Musibah, nikmat, ujian ataukah murka Allah?
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
Pertanyaan:
Apabila seorang ditimpa suatu penyakit atau musibah terhadap jiwa dan harta, maka bagaimana ia bisa mengetahui bahwa hal tersebut adalah ujian atau murka Allah?
Jawaban:
Allah menguji hamba-Nya dengan berbagai kesenangan, kejelekan, kesempitan dan kelapangan. Sungguh Allah menguji mereka dengan perkara perkara tersebut untuk mengangkat derajat dan meninggikan kedudukan mereka. Begitu pula melipatgandakan kebaikan-kebaikan mereka. Sebagaimana yang terjadi pada para nabi, rasul, dan orang orang shaleh. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling dahsyat ujiannya adalah para Nabi kemudian orang yang dibawah mereka dan yang dibawahnya.”
Tak jarang Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan suatu musibah disebabkan kemaksiatan dan dosa yg dilakukan hamba-Nya. Sehingga hal ini merupakan bentuk hukuman yg disegerakan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Apa saja musibah yang menimpa kalian, maka hal itu akibat perbuatan kalian sedangkan Allah memaafkan kebanyakan (kesalahan-kesalahan).” (QS. asy-Syura: 30)
Secara umum, kebanyakan manusia meremehkan dan tidak menjalankan kewajiban. Maka apa yang menimpanya, disebabkan dosa-dosa dan peremehan terhadap perintah Allah. Apabila seorang hamba Allah yg shaleh ditimpa dengan suatu penyakit atau yang semisalnya, maka ini merupakan jenis ujian yang didapatkan oleh para nabi dan rasul dan dalam rangka meninggikan derajat mereka dan memperbanyak pahala mereka.
Sehingga mereka pun menjadi suri tauladan bagi orang lain dalam hal kesabaran dan sikap mengharap pahala dari Allah. Ujian itu bisa jadi dalam bentuk suatu musibah untuk mengangkat derajat dan memperbesar pahala, yang mana hal ini Allah anugerahkan kepada para Nabi dan sebagian orang-orang shaleh. Boleh jadi pula hal itu untuk menghapus berbagai kejelekan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
“Barangsiapa yang berbuat kejelekan, maka ia akan dibalas karenanya.” (QS. an-Nisa: 123)
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما أصاب المسلم من هم ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا أذى إلا كفر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah seorang mukmin merasakan kegundahan, kesengsaraan, kesulitan, kepayahan, kesedihan dan gangguan, melainkan Allah gugurkan dosa-dosanya, sekalipun duri yang menusuknya.”
Begitu pula sabda Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من يرد الله به خيرا يصب منه
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka ia akan diberikan ujian.”
Bisa jadi hal itu merupakan bentuk hukuman yang disegerakan karena kemaksiatan-kemaksiatan dan tidak bersegera untuk bertaubat. Sebagaimana pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة
“Jika Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, maka hukumannya akan disegerakan di dunia. Namun jika Allah menginginkan kejelekan bagi seorang hamba, maka Ia akan menahan hukuman tersebut hingga disempurnakan balasannya pada hari kiamat nanti.” (HR. at-Tirmidzi, hasan)
Sumber: Kumpulan Fatwa dan Tulisan Syaikh bin Baz 4/371.
Diterjemahkan oleh Fikri Jambi Takhasus