Musibah; Sebab, Hikmah dan Solusi
Seiring musibah yang masih menimpa umat manusia pada hari-hari ini, berbagai pernyataan mulai bermunculan dari banyak pihak. Masing-masing menerangkan asal-usul musibah dengan berbagai perspektif sesuai bidangnya.
Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa setiap musibah itu datangnya dari Allah Ta’ala semata. Dalam perspektif Islam, musibah yang menimpa bukanlah sekadar angin lalu yang tanpa arti. Selalu ada sebab, hikmah, dan solusi dalam mengahadapi musibah tersebut.
Musibah Adalah Karena Ulah Tangan Manusia
Terjadinya musibah dan malapetaka yang menimpa berbagai negara disebabkan karena ulah tangan manusia. Hal ini disebutkan pada banyak ayat dalam al-Qur’an. Diantaranya adalah perkataan Allah Ta’ala,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41)
Dan perkataan Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan musibah yang menimpa kalian maka itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. asy-Syura: 30)
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah nikmat yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Anfal: 53)
Terkait ayat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah tidak akan mengubah kenikmatan yang ada pada diri seseorang hingga ia mengubahnya sendiri dengan kekufuran dan tidak bersyukur kepada nikmat-nikmat-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal: 218)
Tiga ayat yang telah disebutkan menunjukkan kepada kita bahwa terjadinya berbagai malapetaka dan musibah, seperti tanah longsor, banjir bandang, gempa bumi, bahkan termasuk yang sedang menimpa sekarang berupa wabah penyakit yang disebut dengan virus corona (covid-19), adalah disebabkan karena perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan oleh tangan manusia.
Hikmah di Balik Musibah
Allah menurunkan musibah pada sebuah negeri karena adanya hikmah yang sangat banyak. Di antaranya adalah agar penduduk negeri tersebut kembali kepada agama Allah. Hal ini sebagaimana perkataan Allah Ta’ala,
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41)
Sehingga dengan adanya teguran dari Allah berupa musibah, maka harapannya hamba tersebut kembali kepada jalan yang benar.
Solusi untuk Mengangkat Musibah Dalam al-Qur’an
Allah Ta’ala telah menyebutkan solusi untuk mengangkat musibah ini. Di antaranya adalah:
Beristighfar dan bertaubat.
Allah Ta’ala menyatakan,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di tengah-tengah mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. al-Anfal: 33)
Dalam ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan bahwa tidaklah Dia mengazab suatu kaum selama di tengah-tengah mereka masih ada orang yang beristighfar dan bertaubat kepada Allah Ta’ala.
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa azab tidaklah turun kepada orang yang bertaubat dan beristighfar.
Bertakwa kepada Allah.
Takwa kepada Allah merupakan solusi yang sangat tepat untuk keluar dari ujian dan permasalahan. Termasuk pula musibah yang sedang melanda. Allah Ta‘ala menyatakan,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberinya jalan keluar.” (QS. ath-Thalaq: 2)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya.” (Tafsir Ibnu Katsir jilid 8 hal. 146)