Pengalaman kami selama di ruang isolasi
Oleh Haidar Solo 3B Takhasus
Sebenarnya tanggal 28 Februari 2021 bukanlah awal dari datangnya kabar bahwa telah ada tempat karantina yang siap dipakai, 3 pekan sebelum itu telah ada kabar bahwa ada tempat karantina yang “kosong” telah sampai kepada kami sekeluarga. Tetapi, dikarenakan:
- Nenek sedang sakit, sakit karena jatuh yang menyebabkan pergelangan tangan kanan beliau mengalami “patah tulang”. Setelah diperikasa di Rumah Sakit Ortopedi (khusus tulang), nenek harus dipasang “gips” selam 4 bulan. Menurut dokter, tulang diusia beliau berbeda dengan tulang yang masih muda, yang proses penyembuhan “tulang muda” lebih cepat dan efektif daripada “tulang tua”. Dan proses operasi pada “masa ini” tidak bisa dilakukan kepada beliau, karena hal di atas serta beberapa pertimbangan yang lainnya.
Setelah itu, pekan berikutnya kami diberitahu kebal bahwa ada tempat “karantina” kosong.
- Adik yang tercinta –qadarullah– sakit. Dengan demikian keberangkatanku ke Jember tertunda lagi untuk yang kedua kalinya.
Sepekan kemudian anapun dihubungi kembali oleh “pihak kantor” hafidzohumullah: “Pada hari sabtu ada tempat karantina yang kosong lagi.” “Naam, insyaAllah ana siap.” jawabku. Akhirnya, ana membeli barang-barang yang diperlukan dan sedikit oleh-oleh.
- Qodarullah al ini ana yang tertimpa sakit. Akhirnya keberangkatanku tertunda ketiga kali, hal tersebut mengharuskan menghadiahkan “oleh-oleh” kepada keluarga, tidak jadi buat teman-teman. Karena oleh-oleh yang tidak bisa bertahan lama.
Akhirnya berangkat juga
Walhamdulillah, pada hari Sabtu berikutnya ana diberi kabar kembali oleh Kantor Takhasus bahwa ada tempat karantina yang “sudah siap”. Setelah itu, ana meminta izin untuk berangkat di hari berikutnya. Hari selasa tanggal 2 Maret 2021, rumah yang digunakan untuk karantina siap untuk ditinggali, bersam akh Difi Lumajang dan akh Abdul Malik Banjarnegara hafidzohumullah yang masing-masing ikut karantina.
Selasa sore akhirnya menjadi keberangkatanku ke Jember, dengan menggunakan kendaraan “pribadi” yang dikemudikan oleh “keluarga” hafidzohumullah. Rabu dini hari, kami menitipkan sedikit oleh-oleh kepada teman-teman yang sedang menunaikan amanah jaga malam di pos jaga.
Di tempat Karantina
Malam itu, rumah untuk tempat kami karantina telah disiapkan. Dan itu menjadi tempat kami untuk beristirahat. Tidur pun terasa nyenyak dan nyaman, alhamdulillah. Nasi bungkus beserta sayur dan lauk dari Ma’had menjadi sarapan kami “sekeluarga”. Akupun bisa melepaskan kepulangan “keluarga” setelah berpamitan.
Ana menyusun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama masa karantina. Agenda-agenda yang aku buat menjadi tabel ataupun tidak insyaAllah akan berjalan “sesuai´kondisi” saja. Yang aku harapkan adalah semoga selama karantina ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala mudahkan ana untuk lebih ikhlas di dalam tholabul ‘ilmi dan lebih mensyukuri berbagai nikmat yang telah diberikan oleh-Nya, serta menjadi pribadi yang penyabar dan berakhlak mulia.
Rumah Ikhwah
Alhamdulillah karantina di sini sangat luas dan nyaman. Ada lahan buat taman, kasurnya lebih empuk, kamar mandinya jauh lebih bersih setelah dibersihkan, Freon AC nya terasa, dan seterusnya.
Setiap malam, alhamdulillah kami melalui masa-masa digunakan untuk zikir, ibadah, hingga shalat . Waktunya untuk rukuk dan sujud kepada Rabb semesta alam yang selalu menjagaku di saat ana khawatir, takut, dan sebagainya. Kemudian hari demi hari aku jalani dengan membaca dzikir di waktu pagi dan petang.
Aktivitas di tempat karantina fleksibel. Mendengarkan rekaman dars, membaca buku yang sudah aku siapkan dari rumah, muroja’ah, atau pemanasan olahraga. Latihan serven boal ping pong, mencabut rumpur-rumput, membuat taman-taman seadanya, menghilangkan noda membandel di kamar mandi yang harus menggunakam vixal.
Mengecek suhu badan, menjawab TTS, ataupun mengisi cheklist yang diamanahkan oleh “tim kreatifitas karantina”.
Kesan pesan selama karantina
Alhamdulillah setelah menjalani karantina selama 14 hari, kami dibolehkan oleh tim medis pondok untuk keluar. Kesan selama menjalani proses karantina:
- Bahagia, karena bisa memanfaatkan waktu.
- Senang bisa belajar hal-hal yang baru dari buku-buku.
- Nyaman dan aman, fasilitasnya lengkap, alhamdulillah.
- Bersyukur bisa merasakan apa yang dialami teman-teman karantina.
- Berharap, semoga keluar karantina menjadi orang yang memberikan terbaik di manapun berada.
Pesan selama menjalani proses karantina:
- Harapan kita semua, dimanapun kita berada, harus memberikan manfaat terhadap sekitar kita, minimalnya tidak memberikan madhorot atau kesusahan.
- Mari kita memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepada kita, sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
- Mari kita berlatih untuk menjadi orang yang berusaha siap jika terjadi hal-hal yang mendadak atau tiba-tiba, karena ajal itu merupakan sesuatu yang datang secara tidak disangka.
- Apabila kita dihinggapi rasa takut, maka pasrahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta berusaha menghilangkan sebab-sebabnya dengan cara yang syar’i.
- Jalani saja dengan syukur dan sabar, disertai keikhlasan dan minta tolong kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.