Pentingnya Ikhlas Dalam Belajar

Syaikh Abdullah bin Abdurrahim al-Bukhari hafidzhahullah berkata[1]:
Menghadirkan keikhlasan dalam belajar sangatlah penting, karena belajar agama merupakan sebuah ibadah. Maka wajib untuk mengikhlaskan niat hanya karena Allah, sebagaimana Allah Ta’ala berkata:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Tidaklah aku diperintah melainkan untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya.” (QS. al-Bayyinah: 5)
Ini adalah perkara yang penting, yaitu hendaknya seorang penuntut ilmu untuk menghadirkan keikhlasan di setiap keadaan, didalam gerak geriknya ataupun ketika diam. Jangan sampai perkara tersebut hilang darinya, karena ini adalah perkara yang amat penting.
Imam Malik rahimahullah berkata, “Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu untuk berhias dengan sifat al-waqar (tidak tergesa-gesa), tenang(sakinah), memiliki rasa takut kepada Allah, dan hendaklah dia mengikuti jejak para salaf yang telah mendahului mereka.” Perkataan ini diriwayatkan oleh Imam Abu Nua’im dalam kitab “al-Khillah” dan al-Hafidz al-Baihaqi dalam kitab “al-Madkhal”.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Ilmu itu tidak akan didapat melaikan dengan tiga perangai; takwa kepada Allah, mencocoki sunnah Nabi, dan memiliki perasaan takut kepada Allah.”
Suatu hari imam Malik bin Dinar bertanya kepada Imam al-Hasan al-Basri rahimahumallah, Imam Malik berkata, “Apa hukuman orang yang berilmu?”
Imam al-Hasan al-Basri berkata, “Matinya hati.”
Imam Malik berkata, “Apa yang dimaksud dengan matinya hati?”
Imam al-Hasan al-Basri berkata, “Ketika seseorang mencari dunia dengan amalan akhirat.”
Kisah ini dikeluarkan oleh Imam al-Hafidz al-Baihaqi dalam kitab al-Madkhal.
Kemudian Syaikh Abdullah bin Abdirrahim al-Bukhari berkata: “Maka wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk selalu menghadirkan keikhlasan, mengikhlaskan niat hanya karena Allah dalam mencari ilmu.”
[1] Faedah shautiyah dars mandzumah baiquniyah.