Persatuan agama?

 

Oleh Abdul Halim Rengat Takhasus

 

Musuh-musuh Islam sejak dahulu sampai sekarang tidak pernah bosan untuk menghancurkan agama Allah. Berbagai cara mereka tempuh, secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Gelar cendikiawan Islam mereka sandang, sehingga kaum awam muslimin tertipu. Berbagai kerancuan dan keyakinan rusak, mereka sebar.

Di antara keyakinan sesat mereka adalah keyakinan persatuan agama. Meyakini bahwa seluruh agama yang ada di muka bumi ini sebenarnya adalah sama. Karena berasal dari satu sumber, bahkan masih disebut Islam.

 

Jawaban bagi yang menyakini persatuan agama

Syariat adalah apa yang dibawa oleh para Rasul, berupa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla yang karenanya diciptakan manusia dan jin. Sebagaimana perkataan Allah Azza wa Jalla:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Itulah Islam, tidak ada agama yang diterima oleh Allah Azza wa Jalla selainnya. Sebagaimana perkataan-Nya:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ

“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima.” (QS. Ali imran: 85)

 

Pengertian Islam

Islam memilki dua pengertian: secara umum dan khusus.

  1. Islam secara umum

Bermakna menyerahan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan larangan. Oleh karena itu, para umat terdahulu dikatakan muslim, ketika syari’at mereka masih berlaku dan belum dihapus.

  1. Agama Nabi Nuh ‘alaihis salam

Allah ‘Azza wa Jalla menceritakan ucapan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya:

فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Ganjaranku tidak lain hanyalah dari Allah dan aku diperintahkan agar aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri.” (QS. Yunus: 72)

 

2. Agama Nabi Ibrohim ‘alaihis salam

Allah kisahkan ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dalam al-Qur’an:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus[1] lagi berserah diri (kepada Allah). Sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran: 67)

Allah ‘Azza wa Jalla juga berkata:

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ () وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Ketika Rabbnya berkata kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali memeluk agama Islam.” (QS. al-Baqarah: 131-132)

 

3. Agama Nabi Musa ‘alaihis salam

Allah ‘Azza wa Jalla menceritakan pula ucapan Nabi Musa ‘alaihis salam ketika menyeru kaumnya:

يَاقَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ

“Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja. Jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” (QS. Yunus: 84)

Allah ‘Azza wa Jalla juga berkata tentang kitab Taurat:

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Dengan Kitab itu, diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah.” (QS. al-Maidah: 44)

 

4. Agama Nabi Isa ‘alaihis salam

Allah ‘Azza wa Jalla bercerita pula tentang Hawariyin pengikut setia Nabi Isa ‘alaihis salam:

وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Nabi Isa yang setia: ‘Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.’ Mereka menjawab: ‘Kami telah beriman dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu). (QS. al-Maidah: 111)

 

5. Agama Nabi Sulaiman ‘alaihis salam

Allah Ta’ala juga kisahkan tentang Ratu Saba’:

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Wahai Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” (QS. an-Naml: 44)

 

6. Islam secara khusus

Adapun pengertian Islam secara khusus, maka dikhususkan kepada syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam saja. Adapun selainnya, maka tidak dikatakan Islam. Allah Azza wa Jalla berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ () لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. al-An’am: 162-163)

Allah ‘Azza wa Jalla berkata tentang umat beliau:

هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ

“Dia (Allah) telah menamai kalian orang-orang muslim dari dahulu. Begitu pula dalam al-Qur’an ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu.” (QS. al-Hajj: 78)

 

Islam penghapus agama sebelumnya

Sehingga tidak ada Islam yang benar setelah diutusnya Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam kecuali dengan mengikuti beliau. Karena agama Islam adalah penghukum atas seluruh agama, serta syari’at Islam adalah penghapus seluruh syariat yanga ada sebelumnya. Allah ‘Azza wa Jalla berkata:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah. Kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan beriman kepadanya dan menolongnya.’ Allah berkata: ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ Mereka menjawab: ‘Kami mengakui.’ Allah berkata: ‘Kalau begitu saksikanlah (wahai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.” (QS. Ali iImran: 81)

 

Al-Qur’an membenarkan agama sebelumnya

Al-Qur’an membenarkan apa yang dibawa oleh para rasul sebelumnya Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana perkataan Allah ‘Azza wa Jalla:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai ujian terhadap kitab-kitab selainnya.” (QS. al-Maidah: 48)

 

Dan juga perkataan Allah ‘Azza wa Jalla:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh agama.” (QS. at-Taubah: 33)

 

Para Nabi diperintahkan untuk mengikuti syariat Islam

Para Nabi ‘alaihimus salam diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk mengikuti, beriman, membela, dan dan menolong Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas bagaimana dengan umat mereka?! Orang-orang yang mengaku pengikut setia para Nabi, seharusnya mengikuti mereka dalam hal ini. Namun nyatanya kebanyakan mereka enggan, bahkan menentang dan mendustakan, na’udzu billah.

Sehingga siapapun yang sampai kepadanya risalah Nabi Muhammad shallahu ’alaihi wa sallam, namun tidak beriman, maka dia termasuk orang kafir penghuni api neraka. Sebagaimana sabda Nabi shallahu ’alaihi wa sallam:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorangpun dari umat ini yang mendengar tentangku, Yahudi maupun Nashrani, kemudian mati dan tidak beriman dengan risalahku melainkan termasuk penduduk api neraka.” (HR. Muslim no. 240 dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

 

Kesimpulan

Dengan ini diketahui bahwa perselisihan tentang penamaan umat terdahulu, apakah muslim atau tidak hanyalah secara lafadz saja. Karena Islam dengan pengertian umum mencakup seluruh risalah yang berlaku ketika seorang Nabi diutus, mencakup islamnya setiap umat yang mengikuti seorang Nabi selagi syariat tersebut belum dihapus, sebagaimana dalil-dalil yang telah disebutkan.

Adapun setelah Nabi Muhammad shallahu ’alaihi wa sallam diutus, maka penamaan Islam khusus terhadap risalah beliau. Barangsiapa yang tidak beriman dan tidak mengikuti beliau, maka bukanlah seorang muslim.

 

Barangsiapa yang mengklaim ada sebuah agama selain Islam yang berlaku dan diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla berupa agama Yahudi, Nasrani, atau selainnya, maka dia telah mendustakan perkataan Allah ‘Azza wa Jalla:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Dan perkataan Allah ‘Azza wa Jalla:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

 

Penutup

Sehingga Islam adalah mengikuti syariat yang berlaku, apabila ada yang dihapus maka bukan dinamakan agama lagi. Mengikutinyapun bukan dikatakan Islam, seperti berkiblat ke Baitul Maqdis. Dahulu sebelum dihapus, disebut sebuah agama dan Islam, akan tetapi tidak jika setelah dihapus. Begitu pula ziarah kubur, dahulu dilarang, akan tetapi menjadi sebuah agama dan Islam setelah diperintahkannya, semoga bermanfaat.

Sumber: Taqrib Tadmuriyah karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah.

[1] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.