Puasa Arafah di Hari Penuh Berkah

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Sehabis murajaah Al-Quran bakda asar, ma’had ini terasa begitu ramai. Setiap sudutnya penuh oleh hiruk pikuk santri yang sedang beraktivitas. Di lapangan depan masjid, para santri sedang menjalankan tugas bersih-bersih debu dan sampah. Di depan salah satu sakan tahfizh, ada yang menyiram halaman. Dan di taman bermain, beberapa santri asyik bermain badminton.

Namun yang tersibuk adalah maqshaf dan dapur umum. Di maqshaf, para santri sibuk belanja, berkeliling dari satu rak ke rak lainnya. Yang paling ramai adalah rak sebelah barat dan barisan rak timur yang terdekat dengan kasir. Di rak sebelah barat, mereka mencari jajanan ringan dan minuman, adapun di sebelah barat mereka mencari bahan makanan mentah.

 

Kasir kewalahan melayani para pembeli. Suara tit-tat-tut dari pemindai barcode terdengar bertalu-talu. Beralunan dengan suara printer yang sedang mencetak struk belanja. Di sisi lain, sebagian petugas maqshaf sibuk melayani ikhwah yang berbelanja. Karena ini merupakan jam belanja santri, petugas itulah yang melayani kebutuhan belanja ikhwah.

Sementara di dapur umum, para petugas sibuk menyiapkan makan malam. Mulai dari membagi nasi, lauk, dan mengantarkannya.

 

Buka Puasa yang Selalu Menyenangkan

Semua kesibukan di atas adalah karena hari ini mereka sedang berpuasa Arafah, menjalankan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ingin meraih keutamaan berupa dihapusnya dosa setahun lalu dan setahun yang akan datang. Nah, pada sore hari ini, mereka sedang menyiapkan menu buka puasa.

Setiap sakan menyiapkan sendiri buka puasanya, sebatas yang mencukupi untuk seluruh penghuninya. Masing-masing sakan berinisiatif sendiri-sendiri, ada yang memilih berbuka dengan jajanan instan, dan ada pula yang suka membuat olahan jajajan sendiri. Tinggal membeli bahan mentahnya di maqshaf, lalu memasaknya di kamar masing-masing.

 

Kebanyakan mereka berbuka dengan menu apa adanya. Adanya pizza mini maka bukanya dengan pizza mini. Adanya sepanci cilok, beng-beng, dan oreo wafer maka itulah yang mereka makan. Kalau adanya seember minuman sirup marjan dengan nata de coco maka itu mereka syukuri, dan seterusnya.

Kebetulan, untuk buka puasa ini (sebagaimana biasanya), ada muhsinin yang menyumbangkan dananya untuk para santri. Seluruh santri mulai dari lembaga Tahfizh, Takmili hingga Takhasus mendapat dana senilai Rp. 25.000 per orangnya. Dana itu diserahkan ke setiap sakan, untuk mereka gunakan masing-masing ketika berbuka puasa, sesuai keinginan anggotanya.

 

Kilas Balik Asal-Usul Dana Rp, 25.000

Saat para santri mulai merasakan letih setelah hampir 10 jam menahan dahaga berpuasa,  terdengar salam di depan pintu kantor Takhasus dari seorang ami-ami ikhwan berjubah putih.

“Wa’alaikum salam.” Sahut seorang santri yang ada di dalam.

“Ada Abdullah – bukan nama asli-?” Tanya beliau dengan suara yang tertahan oleh maskernya.

“Ada, sedang di kamar (sakan) mi, ana panggilkan dulu nggeh. Monggo duduk dulu mi.”

 

Ami-ami ikhwan tersebut adalah bendahara ma’had. Beliau mencari Abdullah, santri kelas 6 yang mendapat amanah sebagai bendahara santri. Di kamar, Abdullah baru saja mencoba untuk tertidur, setelah sebelumnya juga ada seorang ikhwan yang mencarinya untuk sebuah keperluan.

Dengan menahan rasa kantuk dan menutup mukanya menggunakan masker biru, Abdullah segera menuju kantor. Mulailah perbincangan antara mereka seputar keuangan santri.

Menu Buka di Salah Satu Sakan Takhasus

Setelah sekian lama, Abdullah menyodorkan sebuah kertas bertuliskan ‘@ 25.000’ kepada Abdurrahman –bukan nama asli-, teman seperjuangannya yang sedang duduk di depan laptop.

“Setiap santri mendapat dana Rp, 25.000 untuk iftar, coba tolong diatur pembagiannya.” Kata Abdullah berpesan.

“25.000 per santri? Banyak sekali mas?” Tanya Abdurrahman terheran-heran. Bagi santri, uang 25.000 untuk iftar amatlah banyak. Apalagi jika uang tersebut digabungkan untuk satu sakan. Jumlah yang besar.

“Iya, ada muhsinin yang ingin berbagi dengan santri untuk buka puasa.”

 

Rezeki Nomplok

Tak cukup sampai di situ, sebelum salat asar, datang seorang ustadz membawa dua termos besar berisi jus. Satu termos jus sirsak, satu lagi jus jambu. Dengan wajah ramah dan ceria, sang ustadz tadi menyerahkan bawaannya kepada seorang santri di kantor Takhasus.

“Ini untuk santri Takmili dan Takhasus.” Pesan beliau.

InsyaAllah ada satu lagi untuk Takmili.” Sambung ustadz yang menjadi pengajar lembaga MTA tersebut.

“Na’am ustadz, Jazakumullah Khairan.” Jawab santri yang menerimanya.

 

Kebenaran Sabda Nabi

Beginilah nikmatnya suasana berpuasa di ma’had, dengan balutan perasaan ukhuwah dan saling cinta-mencintai yang dibangun di atas keimanan. Para santri berusaha mengamalkan sunnah di saat ia semakin terasing. Dan siapa lagi yang akan melanjutkan perjuangan sunnah ini selain mereka.

Kesenangan ketika berbuka sangatlah nampak, sesuai dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

“Orang yang berpuasa akan mendapat dua kesenangan; Kesenangan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya.” (Muttafaqun Alaihi)

 

Semoga Allah memberi mereka keistikamahan di atas Al-Haq. Tak lupa, semoga Allah membalas kebaikan yang diberikan oleh para muhsinin untuk ma’had ini dan santri-santrinya. Semoga Allah mengampuni mereka semua, dan mengumpulkannya di surga Firdaus-Nya. Semoga mereka mendapat keutamaan seperti dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

  مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئاً

“Barangsiapa memberi makan orang yang berbuka puasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun. (HR. Tirmizdi dan Ibnu Majah)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.