Sabar di pondok adalah jalan terbaik
Oleh Muhammad Kelvin Palembang 3A Takhasus
Hai saudaraku, salam hangat dariku…
Memang raga-raga kita tidak bersatu…
Berjumpa bukan sesuatu yang tentu…
Terkadang teringat canda tawa yang sudah berlalu…
Membuat senyum simpul di wajahku…
Perjumpaan berbuah kenangan
Kondisi dan keadaan telah membuat kita terpisah sementara. Ibadah membaca al-Quran, belajar akidah, dan nahwu adalah rutinitas kita di beda tempat yang akan segera bersatu. Ukhuwah Islamiyyah tak membuat kami lupa dengan sahabat seiman.
Wahai saudaraku, musibah wabah covid-19 sudah menyebar di bumi pertiwi. Sabar merupakan kalimat yang begitu ringan untuk diucap, namun sabar amalan yang sangat berat. Terkhusus di pesantren.
Tapi ingatlah wahai saudaraku, Allah Ta’ala telah berkata:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanyalah orang-orang yang bersabar diberikan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Ternyata sabar mengandung pahala tanpa batas bagi yang mengamalkannya. Ingatlah wahai saudarku, tidaklah hari ini melainkan hari-hari yang cepat dilalui.
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Itulah hari-hari yang Kami pergilirkan di antara manusia.” (QS. Ali Imran: 140)
Harapan
Kami yang belum bisa kembali ke pesantren merasakan beratnya ujian dan cobaan ketika di rumah. Rutinitas ibadah dan murajaah ilmu tidak lagi seperti saat belajar. Untuk kembali ke pesantren butuh perjuangan dan kesabaran. Terlebih mengingat protokol kesehatan yang harus ditempuh, demi menjaga semua pihak agar tetap aman saat belajar.
Namun, kami yakin, Insyaallah kita akan segera bersatu kembali . Jangan patah semangat dan harapan untuk thalabul ‘ilmi. InsyaAllah semua kejadian memiliki hikmah yang besar. Wabillahit-taufiq.