Sejarah Kelompok Sesat dalam Islam

 

Oleh Maulana Shaifi Palembang, Takhasus

 

Alangkah baiknya kita mengetahui bahaya kesesatan, sebelum mengenal lebih dekat siapa kelompok yang sesat. Di antara bahayanya yang paling terbesar adalah, sang pelaku merasa bahwa apa yang dia hasung merupakan kebenaran, sehingga sulit untuk dimintai taubat. Nah, dari titik inilah, Iblis lebih mencintai kebid’ahan daripada maksiat. Sebagaimana yang katakan Imam Sufyan ats-Tsauri:

«الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ, الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لَا يُتَابُ مِنْهَا»

“Perbuatan bid’ah itu lebih Iblis cintai daripada kemaksiatan, karena kemaksiatan itu masih bisa diharapkan taubatnya, sedangkan bid’ah tidak.” (Hilyatul Auliya)

 

4 Biang Kesesatan

Sudah menjadi sunnatullah (keputusan Allah) bahwa agama Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan saja, yaitu mereka yang selalu berada di atas jalan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, meskipun seorang diri.

Namun berbagai firqah (kelompok) yang ada, semuanya akan bermuara  pada empat pentolan, sebagaimana kata para ulama. Yaitu: Syi’ah, Khawarij, Jahmiyyah dan Qadariyyah.

 

Kelompok Pertama

Kelompok pertama yang menyimpang dalam agama Islam adalah Syi’ah. Pendiri Syi’ah pertama adalah Abdullah bin Saba’ la’natullah alaihi, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Di antara keyakinan sesatnya adalah menganggap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu sebagai tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini.

Kalau seseorang menilik lebih dalam, niscaya dia akan mendapati bahwa kelompok ini memiliki banyak aliran yang berbeda-beda, ada yang ekstrem dan ada yang bermudah-mudahan. Di antara pecahan kelompok Syi’ah ini ada: Rafidhah, Qaramithah, Fathimiyah, Itsna ‘Asyariyah, Ja’fariyah, Zaidiyah, dan Isma’iliyah.

Sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa yang berhak menerima risalah kenabian adalah Ali bin Abi Thalib, bukan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan lebih parahnya lagi, mereka meyakini Ali adalah tuhan yang bisa mengatur alam semesta.

 

Demikian pula mereka mengkafirkan mayoritas para sahabat kecuali sebagian kecil. Mereka menganggap 2 sahabat yang paling mulia; Abu Bakar dan Umar adalah dua berhala Quraisy.

Demikian pula mereka menghalalkan nikah mut’ah (kawin kontrak), taqiyyah (berbohong), dan banyak lainnya. Mereka juga menuduh Ummahatul Mukmimin Aisyah radhiyallahu ‘anha meracuni Rasulullah sehingga beliau wafat, sumber ibu yang melahirkan berbagai kejelekan, dan setan pelacur yang ditinggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Menurut mereka, pada hari kiamat nanti Aisyah akan dibawa ke hadapan Imam Mahdi kemudian mendapat cambuk. Dan berbagai tuduhan lainnya yang akan menyempitkan dada seorang mukmin.

 

Kelompok Kedua

Kelompok kedua adalah kaum Khawarij, pendirinya ialah seseorang yang bernama Dzul Khuwaisirah. Dahulu Dzul Khuwaisirah tidak terima dengan pembagian ghanimah (harta rampasan perang) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada tokoh-tokoh Najd di Madinah pasca perang Hunain.

Ciri-ciri orang ini cekung kedua matanya, menonjol dahinya, berjenggot lebat, tulang pipi besar dan berkepala gundul. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا، قَوْمًا يَقْرَءُونَ القُرْآنَ، لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الإِسْلاَمِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ، وَيَدَعُونَ أَهْلَ الأَوْثَانِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“Sungguh akan muncul dari tulang sulbi orang ini, sekelompok kaum yang membaca al-Quran namun tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari hewan buruannya. Mereka memerangi ahlul Islam dan meninggalkan para penyembah berhala. Seandainya aku menjumpai mereka, aku benar-benar akan memerangi mereka seperti kaum Ad.” (HR. Bukhori 7432 dan Muslim 143)

Penamaan Khawarij adalah karena mereka keluar (melepaskan diri) dari kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Kemudian mereka membunuh sahabat Ali dengan cara yang licik, Abdurrahman bin Muljim-lah pembunuhnya.

Abdurrahman bin Muljim beranggapan bahwa Ali demikian pula Muawiyah bin Abi Sufyan tidak berhukum dengan payung hukum al-Quran, sehingga keduanya telah kafir.

Mereka juga disebut dengan Haruriyyah karena mereka berpusat di daerah Harura setelah tragedi pembunuhan itu

Pecahan dari firqah ini sangatlah banyak di antaranya; ISIS, al-Qaeda, dan lain sebagainya.

Mereka menganggap bahwa pelaku dosa besar telah kafir dan akan kekal di neraka. Semua insan yang tidak berhukum dengan hukum Islam adalah taghut, kafir, serta halal hartanya.

 

Kelompok Ketiga

Kelompok berikutnya adalah Qadariyah. Pendiri pertama yang memunculkan pemikiran Qadariyah adalah Susan atau Sufuwiyah atau Sansawiyah yang berasal dari Iraq dan beragama Nahsrani, lalu masuk Islam. Tak lama kemudian ia pun murtad. Orang ini memiliki murid yang bernama Ma’bad al-Juhani, kemudian ideologinya diwariskan ke orang yang bernama Khailan pada akhir-akhir masa sahabat.

Mereka dinamakan dengan Qadariyyah karena menolak takdir Allah. Setiap pecahan kelompok yang mengingkari takdir dinamakan Qadariyah. Kelompok Qadariyah sendiri ada dua macam:

  1. Yang berlebihan dalam penetapan takdir, sampai mereka beranggapan bahwa seluruh perbuatan hamba itu paksaan. Mereka adalah kaum Jabriyah.
  2. Yang berlebihan dalam menafikan takdir Alah Ta’ala, mereka adalah kaum Mu’tazilah, majusinya umat ini.

Kelompok Keempat

Pentolan kesesatan yang keempat adalah kaum Jahmiyyah. Nama firqah ini bernisbat kepada orang yang bernama Jahm bin Shafwan, muridnya Ja’ad bin Dirham yang berguru kepada Thalut. Thalut sendiri berguru kepada seorang Yahudi bernama Labid bin Aksam.

Kelompok ini memiliki keyakinan yang menyimpang, seperti:

  • Meniadakan nama dan sifat bagi Allah Ta’ala.
  • Surga dan neraka belum tercipta.
  • Bahwa iman hanya cukup di hati.
  • Pelaku dosa besar imannya selalu sempurna.
  • Dan masih banyak yang lainnya.

 

Akhir Kata

Semoga setelah mengetahui bahaya kesesatan serta firqahnya, kita bisa lebih berhati-hati. Jangan sampai kita menjadi korbannya. Dan tidaklah ada sebuah firqah melainkan kembalinya ke 4 pentolan ini. Adapun syubhat baru yang muncul, itu hanya varian baru dari pendahulunya. Wallahu a’lam.

 

Sumber: Kitab Lum’atul I’tiqad dan yang lainnya.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.