Semangat berdakwah di jalan Allah
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz raihamahullah
Berikut ini adalah fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah yang terkumpul dalam kitab Majmu’ Fatawa wa Maqolat Syaikh bin Baz 6/70 tentang nasehat bagi para da’i untuk semangat mengadakan ceramah dan pelajaran di berbagai penjuru negeri:
Pertanyaan:
نريد من سماحتكم تشجيع الدعاة وطلبة العلم على إقامة الدروس والمحاضرات في كافة أنحاء البلاد؛ حيث لوحظ الجفاء في بعض المناطق وقلة الدعاة وتكاسل طلبة العلم وإحجامهم عن الدروس والمحاضرات، مما يسبب انتشار الجهل وعدم العلم بالسنة وانتشار الشركيات والبدع. حفظكم الله
Kami ingin dari kemuliaan kalian untuk mendorong para da’i dan cendekiawan untuk mengadakan pelajaran dan ceramah di semua bagian negara ini. Berdasarkan yang terlihat di beberapa daerah, berupa kurangnya da’i, adanya sikap malas dari penuntut ilmu dan keengganan mereka untuk mengambil pelajaran dan muhadharah. Demikian ini, menyebabkan meluasnya kebodohan dan kurangnya ilmu sunnah serta meluasnya kesyirikan dan bid’ah. Semoga Allah menjaga Anda.
Jawaban:
لا شك أن الواجب على العلماء أينما كانوا أن ينشروا الحق وينشروا السنة ويعلموا الناس وأن لا يتقاعسوا عن ذلك، بل يجب على أهل العلم أن ينشروا الحق بالدروس في المساجد التي حولهم وإن كانوا غير أئمة فيها
Tidak diragukan lagi bahwa wajib bagi ulama dimanapun mereka berada untuk menyebarkan kebenaran, sunnah, dan mengajar orang-orang dan tidak jemu untuk melakukannya. Sebaliknya, para ulama harus menyebarkan kebenaran melalui pelajaran di masjid-masjid di sekitar mereka, meskipun mereka bukan imam di dalamnya.
وفي خطب الجمعة من أئمة الجوامع يجب على كل واحد أن يعتني بخطبة الجمعة ويتحرى حاجة الناس، وهكذا المحاضرات والندوات يجب على القائمين بها أن يتحروا حاجة الناس، ويبينوا لهم ما قد يخفى عليهم من أمور دينهم، وما يلزم نحو إخوانهم من الجيران وغيرهم من الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، والدعوة إلى الله وتعليم الجاهل بالرفق والحكمة
Dalam khutbah jum’at para imam masjid, setiap orang harus perhatian dengan khutbah jum’at serta mengamati kebutuhan umat. Dalam ceramah dan seminar, mereka yang bertanggung jawab perlunya untuk mengamati kebutuhan umat pula. Menjelaskan kepada mereka apa yang mungkin samar tentang masalah agamanya. Apa yang perlu bagi saudara-saudara mereka dari tetangga dan orang lain dari perintah kebaikan dan mencegah kemungkaran. Begitupula berdakwah kepada Allah dengan mengajarkan kepada orang yang belum mengetahui dengan kebaikan dan kebijaksanaan.
ومتى سكت العلماء ولم ينصحوا ولم يرشدوا الناس تكلم الجهال فضلوا وأضلوا، وقد جاء في الحديث الصحيح عن النبي ﷺ أنه قال: إن الله لا يقبض العلم انتزاعًا ينتزعه من صدور الرجال، ولكن يقبض العلم بموت العلماء، حتى إذا لم يبق عالم اتخذ الناس رؤساء جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا رواه الإمام البخاري في صحيحه. فنسأل الله السلامة من كل سوء لنا ولإخواننا المسلمين
Ketika para ulama diam, tidak menasehati, dan tidak membimbing orang, maka akan bangkitlah fatwa-fatwa orang bodoh, lantas merekapun sesat dan menyesatkan. Sugguh telah datang dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu dengan begitu saja mengeluarkan dari dada manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan diwafatkannya para ulama. Jika tidak ada ulama yang tersisa, orang-orang mengambil sumber fatwa dari orang-orang yang bodoh. Kemudian mereka ditanya, dan mengeluarkan fatwa tanpa ilmu. Lantas setelah itu mereka pun sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari dalam shahihnya)
Kita memohon keselamatan kepada Allah dari semua kejahatan untuk kita dan saudara-saudara kaum muslimin.
وبما ذكرنا يعلم أن الواجب على أهل العلم أينما كانوا في القرى والمدن وفي القبائل وفي هذه البلاد وفي كل مكان أن يعلموا الناس وأن يرشدوهم بما قال الله ورسوله ﷺ وما أشكل عليهم في ذلك، وجب عليهم أن يراجعوا الكتاب والسنة ويراجعوا كلام أهل العلم
Apa yang telah kami sebutkan, memberikan penjelasan bahwa mengajarkan ilmu itu adalah tugas para ulama di manapun mereka berada, di desa dan kota, suku-suku, di negara-negara ini dan di manapun. Untuk memberitahu orang-orang dan membimbing mereka tentang apa yang Allah dan Rasul-Nya katakan serta perkara yang isykal (ada permasalahan) bagi mereka. Kemudian mereka harus merujuk kembali kepada al-Qur’an, sunnah dan penjelasan para ulama.
فالعالم يتعلم إلى أن يموت، ويتعلم ليعلم ما أشكل عليه، ويراجع كلام أهل العلم بالأدلة حتى يفتي الناس ويعلمهم على بصيرة، وحتى يدعو إلى الله على بصيرة
Seorang yang berilmu ia akan belajar sampai mati. Belajar untuk mengetahui apa yang membuatnya bingung, dan meninjau perkataan ulama dengan bukti sehingga dia memberikan fatwa kepada orang-orang dan mengajar mereka dengan wawasan ilmu akurat, bahkan dia berdakwah kepada Allah dengan ilmu.
فالإنسان في حاجة إلى العلم إلى أن يموت ولو كان من الصحابة
Maka seorang manusia sangat butuh kepada ilmu sampai ia meninggal walaupun seorang sahabat sekali pun.
فكل إنسان محتاج إلى طلب العلم والتفقه في الدين ليعلم ويتعلم، فيراجع القرآن الكريم ويتدبره، ويراجع الأحاديث الصحيحة وشروحها، ويراجع كلام أهل العلم حتى يستفيد ويتضح له ما أشكل عليه ويعلم الناس مما علمه الله، سواء كان في بيته أو في المدرسة أو في المعهد أو في الجامعة أو في المساجد التي حوله أو في السيارة أو في الطائرة أو في أي مكان، أو في المقبرة إذا حضر عند الدفن ولم ينقض القبر بأن جلسوا ينتظرون يذكرهم بالله كما كان النبي ﷺ يفعل
Oleh karena itu, setiap orang perlu mencari ilmu dan pemahaman agama agar ia mengetahui dan mempelajarinya. Dia mengkaji al-Quran dan merenungkannya, mengulas hadits otentik dan penjelasannya, serta mengulas perkataan para ulama agar dapat memperoleh manfaat, menjadi jelas masalahnya, orang-orang menjadi tahu apa yang Allah ajarkan kepadanya. Apakah itu di rumahnya, sekolah, institut, universitas, masjid-masjid, di dalam mobil, di pesawat, atau di mana saja. Atau di kuburan jika dia hadir di pemakaman dengan mengingatkan mereka tentang Allah seperti yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
والمقصود أن العالم ينتهز الفرصة في كل مكان مناسب واجتماع مناسب ولا يضيع الفرصة، بل ينتهزها ليذكر ويعلم بالكلام الطيب والأسلوب الحسن والتثبت والحذر من القول على الله بغير علم. والله ولي التوفيق
Yang dimaksud dari semua ini adalah hendaklah seorang berilmu untuk menggunakan setiap kesempatan yang cocok dan pertemuan yang sesuai dan tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia menggunakannya untuk muraja’ah, mengajar dengan kata-kata yang baik, sopan santun, berdasarkan dalil, dan kehati-hatian agar tidak berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan hanyalah Allah Maha Pemberi Taufik.