Survey Area Taman Nasional Meru Betiri
…… …..
Kriiing……kring…….
Kuraih ponselku. Lamat terlihat nama ustadz….didalamnya.
“Siap ustadz. Na’am. Kita siapkan. Jam setengah tiga thet. kita target setelah subuh sampe pesanggaran”.
Pak Rahmat menemani kami menjembatani dengan petugas Meru Betiri dan tokoh masyarakat setempat.
Sampailah kami di pantai di Rajegwesi. Sebentar kemudian kami putuskan bertemu pak Nur Iman tokoh masyarakat setempat dengan sambutan hangat. Kopi lokal tersaji panas menghangatkan suasana, tersampaikan pula maksud dan tujuan secara sempurna, disertai penerimaan dan arahan kepada kita.
Sesaat izin pamit kami sampaikan untuk melanjutkan perjalanan. Sukamade jauh di sana. Menapaki bebatuan terjal, licin penuh tantangan menggelora.
suasana harapan dan gembira, mengiringi perjalannan disertai degup jantung melalui medan tak biasa…..batu, lumpur, naik, turun, tikungan tajam menanjak, tak surut pula sungai menghadang….
Sampailah …..sukamade…pantai penyu.
Sesa’at trooper terarah kekiri berhenti di depan rumah bapak Busyiri. Tokoh setempat kenalan lama bapak Rahmat.
Sambutan hangat, senyum melekat mengingatkan kisah lama tatkala masih menjabat. Cerita lama mengalir sampai pula pada kisah kaum durjana penebar bencana. PKI turut mengotori anak negeri. Bekal majalah antikomunis menyertai, kami haturkan sebagai hadiah pak kampung dan pak Busyiri.
Singkat, padat, semua selesai dengan kesimpulan senyum dan harapan kami…. digandeng sajian sore hari mengiringi kepulangan kami. Jazakumullahukhoiraa kami ucapkan.
Sejuta harapan menggelayut diangan seiring roda trooper berputar kedepan. Sesaat terhenti tatkala terhadang genangan air sungai. Menunggu surut. Ya. Luapan sungai akibat hujan tak kunjung henti dibagian hulu hutan Meru Betiri.
Perhitungan matang akhirnya kami berani memilih jalan kekanan menghindari lubang sungai kemudian berputar kekiri. Begitu petunjuk seorang laki-laki.
Keluarlah kami dari Meru Betiri dengan sisa tenaga dan kantuk mata menyertai sampai akhirnya berakhir di ma’had pada malam hari.