Untaian Hikmah dari Kajian Menjelang Iftar di Ma’had Kami
Oleh Tim Jurnalistik Santri
Pemandangan indah terlukiskan di langit Ma’had Minhajul Atsar. Pancaran sang mentari mulai condong ke arah timur. Senja nan menawan, mengingatkan kita tentang keagungan dan kebesaran Allah.
Di bawah naungan senja, para thalabah (santri) melakukan aktivitasnya. Namun ada yang berbeda di sore bulan Ramadhan ini. Ya, sore itu para thalabah mempersiapkan diri untuk mengikuti dan mendengarkan untaian hikmah dari para asatidzah yang disampaikan rutin menjelang magrib.
Antrean yang Mengular
Semenjak pukul 16.30, gayung-gayung tempat alat mandi para thalabah telah tersusun rapi mengantre di depan pintu kamar mandi yang tertutup. Sebagian thalabah bahkan telah mandi sebelum waktu tersebut untuk menghindari antrean yang panjang.
Ya, mereka tidak ingin terlambat untuk mengikuti kajian menjelang iftar. Tidak hanya santri Takhasus, santri Takmili dan Tahfizh juga tidak mau tertinggal untuk berlomba-lomba mengikuti kegiatan yang sangat berfaedah ini.
Untaian Hikmah yang Disampaikan dengan Indah
Kajian tersebut digelar setiap sore menjelang iftar, mulai pukul 17.00. Singkat, tapi sarat dan padat. Tiga kata itulah yang tepat disematkan untuk kegiatan ini. Bagaimana tidak, dalam waktu yang sangat singkat menjelang berbuka, sang ustadz dituntut untuk dapat membawakan materi dengan tuntas dan jelas.
Mutiara-mutiara hikmah yang disampaikan disambut hangat oleh para thalabah dari seluruh lembaga. Faedah yang dibawakan pun tidak hanya satu rubrik saja, namun berganti-ganti di setiap harinya antara akidah, fikih, adab, fatwa, dll.
Sebuah mutiara hikmah yang masih melekat di benak kami, disampaikan pada tanggal 4 Ramadan 1443 H oleh fadhilatul ustadz Luqman Baabduh hafizahullah.
“Ayyuhat thalabah yang semoga Allah rahmati, waspadalah dari al-baghyu (kezaliman) di antara antum. Karena dampaknya tidak hanya sekarang, namun bisa berkelanjutan hingga bertahun-tahun.”
Hidangan Berbuka Telah Siap
Sementara seluruh thalabah bersimpuh mendengarkan untaian hikmah dengan seksama, sebagian thalabah mendapatkan tugas untuk menyiapkan santapan berbuka, yaitu mereka tim iftar dari kelas 1 Takhasus.
Mereka sibuk menata nampan dan gelas-gelas di bagian belakang masjid. Namun hal ini tidak mengusik kekhusyukan para thalabah yang menghadiri kajian di bagian depan masjid.
Baca Juga: Tim Islah (Iftar Santri Bernilai Ukhuwah) Temani Santri Berbuka Puasa
Detik-detik Menjelang Azan Magrib Berkumandang
Sang ustadz pemateri mulai memasuki kata-kata penutupan mengakhiri kajian sore itu, karena beberapa detik lagi azan magrib akan berkumandang.
Ketika ustadz telah mengakhiri penyampaiannya, sontak seluruh thalabah berbondong-bondong mendekat ke nampan-nampan yang telah tersaji. Mereka teringat sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam:
«لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ.»
“Manusia akan senantiasa berada di atas kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun Alaihi)
Sebelum adan magrib berkumandang, seluruh thalabah telah duduk rapi di sekitar nampan-nampan yang tersedia. Menantikan untuk bisa menikmati hidangan iftar bersama, dihiasi dengan perbincangan hangat penuh kekeluargaan, sesekali disisipi gurauan ringan pencair suasana.
Akhir Kisah
Waktu yang dinanti pun akhirnya tiba, suara yang ditunggu-tunggu pun terdengar. Berbuka termasuk salah satu kenikmatan bagi orang yang berpuasa. Ketika sang muazin melantunkan azan magrib, para thalabah dengan sigap menyantap hidangan yang tersedia.
Walhamdulillah… Semoga Allah Taala menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini. Amin.
Artikel Kami: Bagaimana Bisa Terjadi Kesurupan di Bulan Ramadan?
Penulis: Abdullah al-Atsari Jogja, Takhasus