Bahaya sikap taklid buta
Oleh Muhammad Abqori Batam Tahfizh
Allah ta’ala berfirman di dalam al-Qur’an:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Dan jika dikatakan kepada mereka: ‘Marilah berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan Rasul.’ Maka mereka berkata: ‘Cukup bagi kami, apa yang kami dapati dari nenek moyang kami.’ Apakah (mereka tetap mengikuti nenek moyang) meskipun mereka tidak tahu sesuatu dan tidak mendapatkan petunjuk?” (QS. Al-Maidah: 104 )
Faedah ayat
- Akhlak kaum musyrikin adalah taqlid buta
Allah mengabarkan kepada kita kondisi kaum musyrikin saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka: “Marilah menuju al-Quran dan bertauhid kepada Allah serta berdo’a hanya kepada-Nya semata.” Mereka menjawab: “Cukup bagi kami akidah nenek moyang kami.”
Maka al-Qur’an membantah mereka: “Sesungguhnya nenek moyang kalian adalah orang-orang bodoh tidak mengetahui sedikitpun dan tidak mendapatkan petunjuk menuju jalan kebenaran.”
- Banyak kaum muslimin mengikuti jejak kaum musyrikin
Sesungguhnya banyak dari kaum muslimin terjatuh dalam taqlid buta. Di antaranya pengetahuan mereka apakah Allah memiliki tangan? Maka mereka berhujjah dengan nenek moyangnya untuk mengingkari bahwa Allah tidak memiliki tangan. Padahal al-Qur’an menetapkan tangan bagi Allah dalam firman-Nya tentang penciptaan Nabi Adam ‘alaihis salam:
مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada yang Aku ciptakan dengan kedua tanganku?” (QS. Shod: 75)
Tetapi tidaklah tangan Allah itu serupa dengan tangan makhluk-Nya. Berdasarkan firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada yang serupa dengan-Nya dan Dialah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura: 11)
- Bahaya taqlid kepada ustadz
Banyak dari manusia saat kamu berkata kepadanya: “Allah berfirman, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, maka dia berkata: ‘Ustadz saya mengatakan! Apakah mereka belum mendengar firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Maksudnya jangan kalian mengutamakan ucapan seorang di hadapan firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Menurutku, mereka akan segera binasa! Aku mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sedangkan mereka membantah dengan mengatakan Abu Bakr dan Umar berkata.” (HR. Ahmad)
Penutup
Demikianlah bahaya taqlid buta, hendaknya kaum muslimin menjauhinya dan senantiasa terikat dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebagaimana nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang mulia Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu tatkala mengutusnya ke negeri Yaman:
“بِمَ تَحْكُمُ؟ ” قَالَ: بِكِتَابِ اللَّهِ. قَالَ: “فَإِنْ لَمْ تَجِدْ؟ ” قَالَ: بِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ. قَالَ: “فَإِنْ لَمْ تَجِدْ؟ ” قَالَ: أَجْتَهِدُ رَأْيِي، فَضَرَبَ فِي صَدْرِهِ وَقَالَ: “الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رسولَ رسولِ اللَّهِ، لِمَا يَرْضَى رَسُولُ اللَّهِ”.
“Dengan apa engkau menghukumi manusia?” Muadz menjawab: “Dengan al-Qur’an.” Nabi bertanya kembali: “Kalau engkau tidak mendapatinya?” Muadz menjawab: “Dengan sunnah Rasulullah.” Nabi bertanya kembali: “Kalau engkau tidak mendapatinya?” Muadz menjawab: “Aku berijthad dengan pendapatku.” Maka Nabi menepuk dadanya seraya bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah, oleh karena itu Rasulullah ridho.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)