Belajar Melalui Kitab, Apakah Efektif?

Belajar melalui kitab

 

Oleh Adam Jogja, Takmili

 

Mungkin bagi sebagian thalabatul ilmi (para penuntut ilmu) -karena satu dan lain hal- mereka agak kesulitan untuk mencari ilmu langsung dari para ulama. Akhirnya mereka hanya belajar melalui kitab-kitab para ulama saja. Padahal di sana ada yang mengatakan, “Barang siapa yang gurunya hanya kitab maka salahnya lebih dominan dari benarnya.”

Permasalahan ini disampaikan kepada asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin yang kemudian beliau menjawabnya, “Tidak diragukan lagi bahwa memperoleh ilmu itu bisa dari para ulama dan bisa juga dari kitab. Karena, kitab itu sejatinya adalah alim itu sendiri, dialah yang berbicara denganmu melalui kitabnya. Jadi, apabila seorang kesulitan mencari alim hendaklah ia mempelajari kitabnya.

 

Di sisi lain, mempelajari ilmu melalui ulama tentu lebih cepat mendapatkannya dari pada dari kitab. Karena apabila seseorang itu mempelajari ilmu dari kitab, dia akan lebih capek dan membutuhkan usaha lebih. Bersamaan dengan itu, terkadang ada sebagian perkara yang tertutupi darinya (tidak bisa ia pahami sendiri -pent). Seperti, kaidah atau ketentuan syariat yang diletakkan para ulama. Maka ini mengharuskannya untuk mempunyai referensi.

Adapun perkataan, “Barang siapa yang gurunya adalah kitab maka salahnya lebih dominan dari benarnya,” maka ini tidak benar dan juga tidak salah secara mutlak. Jika ia mengambil ilmu dari kitab apa pun (tanpa memilih-milihnya) maka ini adalah kesalahan yang tidak kita ragukan lagi. Namun jika ia mengambil ilmu dari kitab-kitab orang saleh yang terpercaya dan kokoh ilmunya maka sesungguhnya ini tidak banyak kesalahannya. Bahkan seringnya lebih banyak benarnya.” (Kitabul Ilmi fatwa ke-48)


Baca Juga: Rekomendasi Kitab untuk Pelajar Pemula


Kesimpulan

Menuntut ilmu ada dua model:

1) Bisa dari ulama langsung dan ini yang lebih utama.

2) Dari membaca kitab-kitab mereka.

Yang sempurna adalah menggabungkan kedua metode tersebut. Namun apabila tidak bisa, maka dengan salah satunya.

 

Akhir kata

Sekian, kurang lebihnya mohon maaf. Wallahu Ta’ala a’lam bis-shawab. Semoga Allah memberkahi kita semua. Amin.


Artikel Kami: Biografi al-Imam Abu Dawud


 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.