Bersabar Agar Sukses di Masa Sukar

 

Oleh Mush’ab Klaten Takhasus

 

Di teras rumahnya, seorang lelaki berumur tengah duduk melamun di atas kursi bambu hasil karya sendiri. Matanya menatap ke depan menyela di antara batang jati yang berusia lebih dari satu dasawarsa. Dari sana terlihat bentangan tanah subur, yang ditumbuhi semak-semak hijau nan terhampar lebar. Bangunan tua, yang tak lagi berbentuk layaknya sebuah rumah, hanya menyisakan beberapa bagian temboknya yang masih bertahan berdiri, menjadi batas jarak pandang lelaki itu.

Sesekali angin sepoi berhembus, walau tenang, tapi cukup memancing keluarga bambu yang bergerombol itu untuk bernyanyi khas. Sederhana, namun sudah cukup untuk membuat suasana sore itu makin syahdu. Tanpa diminta mereka akan mengirim ratusan daun kuning yang berputar-putar di udara, seperti mainan yang dilemparkan ke atas oleh anak-anak kecil di kota, lalu terjun ke bawah dengan gaya terjun yang indah.

Berbagai hal tengah melintas di kepala lelaki itu, berputar-putar di otaknya, agaknya ia sedang menghadapi sesuatu yang amat besar, rumit, dan sulit dipecahkan. Tatapannya melukiskan betapa beratnya situasi yang tengah dialaminya. Seakan tatapannya itu sedang menyelinap di antara problem-problem yang tengah ia dapati, berusaha menembusnya dan mencari celah untuk keluar dari sana.

 

Menaati Allah Kunci Hadapi Masalah

Seberat apapun ujian yang menimpa seorang hamba mukmin, hak Allah harus tetap terpenuhi. Karena bagaimanapun kondisinya, perintah Allah tetaplah menjadi kewajiban, bahkan itulah sumber solusi, dan dari sanalah akan datang pertolongan.

Baju gamis masih dikenakan oleh lelaki itu, belum lama tadi, ia baru saja pulang dari masjid, sekarang ia sedang menuntaskan bacaan zikir pagi petang.

Sebagai hamba yang mukmin, ia tahu amal saleh adalah kunci setiap masalah, dari sanalah solusi akan datang. Dengan amal saleh seorang hamba akan menjadi dekat dengan Allah, semakin erat hubungan dia dengan Allah, semua urusannya akan mudah terselesaikan, karena Allah akan menolong orang-orang yang dekat dengannya.

 

Sabar, Indah Namun Tak Mudah

Sabar merupakan anugrah terbesar bagi seorang hamba tatkala musibah melanda. Karena dengan kesabaran, ujian yang dirasa akan berbalik menjadi berita gembira. Bukankah seorang muslim yang diuji lalu bersabar akan mendapat pahala yang berlipat? Bukankah kesabaran di kala cobaan itu merupakan karunia yang mahal untuk didapat?

Tak semua orang bisa mendapatkannya. Dengan sabar dosa-dosanya akan berguguran, dengan sabar rasa sakit yang diderita akan membuahkan pahala dan kebaikan.

Namun hanya mereka yang ikhlas sajalah yang bisa bersabar menghadapi cobaan, hanya mereka yang yakin bahwa ujian ini adalah tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sajalah yang bisa menerima dengan ikhlas ujian yang datang, lalu menghadapinya dengan penuh kesabaran dan mengharap pahala, hatinya tentram.

 

Ia selalu yakin bahwa Allah selalu menginginkan kebaikan untuknya, mungkin untuk mengajarinya bersabar, mungkin untuk mengingatkan dia akan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Atau bisa jadi, Allah hendak mengajarinya bersyukur, karena rasa syukur itu akan lebih berkualitas, setelah merasakan betapa pahitnya bersabar di kala ujian, bukankah begitu…?

Sehingga hati orang yang bersabar kala cobaan, akan tetap tenang, bahagia, tentram, meski ujian yang dihadapinya sangat berat, sungguh kenikmatan yang tidak bisa dibayar dengan apapun, hidupnya akan selalu bahagia, bagaimanapun kondisi dia.

 

Sabarlah dalam Menuntut Ilmu!

Beda halnya dengan mereka yang tak tahu agama, atau tidak melandasi kehidupannya dengan ilmu dan amal saleh. Bagaimanapun kondisi dia, sedang mendapat kenikmatan ataupun ujian, ia tak pernah mendapat kebahagiaan.

Jika diberi karunia ia tidak pandai bersyukur, selalu merasa kurang, terus berambisi, dan selalu ingin lebih. Walaupun tubuhnya telah hancur karena kelelahan mencari harta, namun hatinya tetap mendambakan yang lebih lagi. Ia tak pernah istirahat, bayang-bayang kemiskinan dan kemelaratan terus menghantuinya, tidak pernah membiarkannya tidur pulas, walau sesaat saja.

 

Apalagi ketika ujian datang, ia mengahadapinya dengan perasaan marah, tidak suka, tidak terima dengan ketetapan Allah. Hatinya terbakar oleh emosi, ia selalu menyalahkan takdir, mengapa hal ini terjadi padanya, kenapa ia terluput dari ini itu. Jika seperti ini kondisinya, di samping sedang dilanda ujian, ia juga mendapat dosa karena sikapnya itu.

Jalan keluar juga tak akan pernah terbuka untuknya, karena Allah tidak meridainya. Musibah yang diderita olehnya akan ditambah dengan musibah yang lain, secara fisik atau materi ia tertimpa cobaan. Bersamaan dengan itu, hatinya juga hancur karena tidak terima dengan keputusan Allah, belum lagi dengan akibat buruk yang akan ia peroleh di akhirat nanti, siksa di atas siksa.

 

Keputusan Allah Pasti Berakhir Kebaikan

Karena itu yakinlah, sesakit apa hati seorang mukmin itu, seperih apa sakit yang dideritanya, selama ia adalah orang yang menjalankan agama Allah, berusaha menaati semua perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya, pada akhirnya ia pasti tersenyum, ia akan tahu rahasia di balik keputusan Allah untuk dirinya saat ini, pasti kebaikan, yakinlah!

Setelah rampung dari zikirnya, lelaki itu bangkit, sembari mengangkat tubuhnya, ia memuji Allah, dengan menyebut nama-Nya yang mulia. Tampaknya ia sangat yakin akan pertolongan Allah di setiap urusan yang dihadapinya. Dan memang harus demikian, kita juga harus yakin bahwa setiap musibah yang menimpa diri kita pasti kita mampu melaluinya, bukankah Allah berkata,

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”(QS. al-Baqarah: 286)

 

Pertanyaannya, apakah kita mau terus berusaha dalam menghadapinya, sehingga kita menang, atau bagaimana? Apakah kita akan menyerah dengan mengeluh dan berburuk sangka kepada Allah, padahal sejatinya kita mampu menanggungnya?

 

Penutup

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita sifat sabar meski bertubi-tubinya fitnah dan seabrek ujian yang menyambar, karna Dialah Yang Maha Mampu untuk memperbaiki hati seseorang hingga akar, sampai tak tersisa lagi titik hitam dalam hati kita yang dapat mengantarkan ke dalam api neraka yang membakar. Amin.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.