Bersyukur kepada Rabbi, Tetap bisa thalabul-ilmi di masa pandemi
Oleh Abul Musayyib Hafizh Batam tahfidz qudama’
Thalabul ilmi merupakan suatu kewajiban setiap hamba…
Tuk menimba ilmu syar’i yang dibawa oleh rasul yang mulia…
Dan diwariskan oleh para salafus sholih yang merupakan panutan kita…
Memang.. thalabul ilmi tak semua orang bisa menempuhnya…
Hanya yang diberi taufik oleh Ar-Rahman tuk bisa meraih keutamaannya…
Oleh karena itu, tuntutlah warisan yang mulia ini dengan penuh semangat…
Dan bersabarlah atas gangguan dan cobaan yang menimpanya…
Pagi, siang dan malam selalu berputar dalam rangka menaati robbnya…
Binatang, tumbuhan dan ikan memintakan ampun kepada…
Rabbnya tuk hamba yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya…
Sampaipun malaikat rela untuk membentangkan sayapnya di majelis ilmu…
Duhai, betapa mulianya kedudukan para penuntut ilmu agama…
Suasana ma’had kita ketika liburan itu sepi, para santri pulang ke kampong halaman mereka masing-masing selama dua minggu. Tidak disangka dua minggu pun telah berlalu, waktu masuk pun tiba, para santri mempersiapkan untuk kembali ke pondok dalam rangka melanjutkan thalabul ilmi mereka.
Mereka tampak lebih semangat dari pada yang sebelumnya, karena mereka telah memasuki semester baru. Mereka sudah haus dengan ilmu, telah rindu dengan qoolallah (Allah berfirman) dan qoolarrasul (Rasulullah bersabda), berlomba-lomba dalam kebaikan, saling tolong menolong dalam kebaikan, amar ma’ruf dan nahi mungkar. Senang rasanya untuk kembali bersimpuh dengan ustadz belajar sambil tatap muka.
Keadaan seperti ini mereka lalui seperti biasa. Tak terasa datang bulan Februari, pada saat itu ada salah seorang ustadzku yang berkata: “Liburan semester insya Allah tanggal 2 juni 2020.”
Mendengar hal ini, langsung pikiran ini melayang memikirkan liburan. Akan tetapi takdir berkehendak lain, pada bulan Maret 2020, masuk virus Corona ke Indonesia yang berawal dari kota depok.
Maka pemerintah menghimbau untuk sekolah-sekolah diliburkan. Adapun pondok pesantren dihimbau untuk tidak memulangkan santrinya, karena pesantren adalah tempat yang mudah untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Oleh karena itu, ma’had ini tidak memulangkan santrinya dan siap bi’aunillah wahdah untuk melakukan protokol-protokol COVID-19 sesuai dengan pemerintah agar tetap bisa thalabul ilmi.
Ketika himbauan ini diberitakan kapada kami, sontak hati ini agak berat. Ada sedikit rasa iri dengan yang lain karena mereka bisa pulang ke rumah masing-masing bertemu kedua orang tua tanpa berpikir panjang. “Ya.. aku harus sabar atas apa yang menimpa diriku, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik,” gumamku dalam hati.
Hari-hariku, kulalui dengan penuh semangat yang menggelora karena aku tidak memikirkan liburan setelah membaca kisah-kisah para ulama tentang semangat mereka dalam thalabul ilmi.
Ulama aja tidak butuh dengan yang namanya liburan, lalu bagaimana dengan kita? Seberapa jauh kita dibanding dengan mereka, kok kita sudah mengeluh karena tidak ada liburan, padahal kita belum ada apa-apanya kita dengan mereka. Santri penuntut ilmu tidak mudah goyah jika tidak ada liburan di rumah. Tidak lantas kendor semangatnya. Salaf dan ulama, mereka rihlah untuk thalabul ilmi selama bertahun-tahun. Dahulu tidak seperti sekarang, tidak ada penerangan, namun keadaan ini tidak mematahkan semangat mereka untuk menuntut ilmu , hingga jadilah mereka sebagai panutan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Banyak sekali hikmah dibalik musibah ini bagi siapa yang ingin menelisiknya, diantaranya Allah subhanahu wa ta’ala ingin mengangkat derajat seseorang di atas yang lainnya, membedakan mana yang jujur dan mana yang dusta. Belajar dengan tatap muka, hal ini tentu merupakan sebuah kenikmatan yang tidak semua orang mendapatkannya. Terlebih lagi di masa pandemi ini, yang mana di luar sana tidak bisa belajar dengan bertatap muka, akan tetapi yang ada belajar via online (belajar tatap layar).
Belajar dengan tatap muka jauh lebih nikmat dibandingkan belajar sambil tatap layar (online). Oleh karena itu, bersyukurlah kalian atas nikmat yang ada pada kalian, sebelum dicabut, perhatikan perkataan Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah:
عليكم بمداومة الشكر على النعم، فقل نعمة زالت عن قوم فعادت إليهم.
“Wajib atas kalian untuk terus menerus bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, maka amat jarang suatu nikmat yang telah hilang dari suatu kaum kemudian kembali lagi kepada mereka.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin hlm. 291)
Hingga beralulah bulan Maret, April, Mei…
Tidak terasa, sekarang memasuki bulan November, wabah ini tidak kunjung hilang. Maka angkatlah tangan kita untuk meminta kepada rabb kita agar wabah ini segera diangkat dari negara Indonesia yang kita cintai ini. Jangan lupa untuk mendoakan pemerintah kita agar mereka mendapat hidayah untuk berpegang teguh di atas kitabullah, dan Sunnah Nabi diwaktu-waktu mustajab.
Siapa bilang kita tidak jenuh? Ya, jenuh tentu ada. Akan tetapi, ketika jenuh datang, kita arahkan diri kita kepada kebaikan yang lainnya , sebagaimana bimbingan Rasusullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فترته إِلَي غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ) رَوَاهُ أَحْمد
“Sesungguhnya setiap amalan pasti ada masa-masa semangat, dan setiap masa-masa semangat, pasti ada masa-masa futur. Maka barang siapa yang masa futurnya di atas sunnahku maka dia beruntung, dan barang siapa yang kepada selain itu maka dia binasa.” (HR. Ahmad)
Wahai saudaraku..
Amalkan ilmu yang telah kalian pelajari, dan mintalah kepada Allah agar menjadikan ilmu yang kita pelajari sebagai ilmu yang bermanfaat, sebagaimana perkataan imam Asy-Sya’bi rahimahullahu ta’ala:
كُنَّا نَسْتَعِينُ عَلَى حِفْظِ الْحَدِيثِ بِالْعَمَلِ بِهِ وَكُنَّا نَسْتَعِينُ عَلَى طَلَبِهِ بِالصَّوْمِ
“Dahulu kami meminta tolong kepada Allah atas hafalan hadits dengan mengamalkannya, dan kami meminta tolong kepada Allah untuk mencarinya dengan berpuasa.”
Dan berkata Asy-Syaikh Ibnu Bazz rahimahullahu ta’ala:
أسباب تحصيل العلم إصلاح النية وحفظ الوقت وعمل بما علم
“Sebab-sebab melekatnya ilmu adalah memperbaiki niat, menjaga waktu dan mengamalkan apa yang dia ketahui”.
Dan berkata Asy-syaikh Al-Albany rahimahullahu ta’ala:
“ Ilmu agama, barokahnya akan memperbagus akhlak si pembawa hadits (yang pertama), dan juga memperbagus pola pikir dan pendapatnya (yang kedua) dan yang menjadi masalah adalah barang siapa yang sibuk pada agama namun hal itu tidak memperngaruhi keadaan dia.”
Sebelum kututup, kuucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada kedua orang tuaku yang yang telah memudahkanku dalam perjalanan thalabul ilmi. Juga kepada para ustadzku yang telah mempertahankan aku dan rekan-rekanku agar tetap bisa berthalabul ilmi. Semoga Allah jalla wa ‘azz menjaga mereka ketika di dunia dan dia akhirat kelak. Amin
Kenikmatan thalabul ilmi tidak semua orang bisa merasakannya walaupun hidupnya di lingkungan yang baik. Ingat, hidayah di tangan Allah subhanahu wa ta’ala semata.
Masya Allah tetap semangat kawan!!!
Na’am
Jazakumullahukhairan wa Barakallahu fikum
Tetap semangat kawan
Na’am
Jazakumullahukhairan wa Barakallahu fikum