Biografi Imam asy-Syafi’i (Bagian-1)
Oleh Mujahid Aceh 3A Takhasus
Siapa yang tidak kenal Imam asy-Syafi’i? Di negeri ini, nama ini begitu populer. Bagi seorang santri atau penuntut ilmu, asy-Syafi’i adalah nama yang sangat agung di telinga mereka. Agung kerena keilmuan yang Allah berikan untuk beliau. Mari kita simak biografi imam Syafi’i rahimahullah berikut ini,
Nama dan nasab
Beliau merupakan seorang “Imam”, “Alim” (orang yang berilmu), dan“Habrul Ummah” (pelita umat).
Sedangkan nama beliau adalah, Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al–Muththolib bin Abdimanaf bin Qushay bin Kilab al-Qurasyi al-Makki al-Muthathalibi asy-Syafi’i, rahimahullahu Ta’ala. Beliau berkuniah dengan Abu Abdillah. Nasab beliau bertemu dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pada kakek buyutnya, yaitu Abdumanaf bin Qushay.
Kelahiran
Beliau dilahirkan di kota Gaza, Palestina, pada siang hari Jum’at, akhir bulan Rajab, bertepatan pada tahun 150 Hijriyyah.
Tempat tinggal
Kemudian beliau dan keluarga pindah ke ‘Asqolan, dan saat itu as-Syafi’i masih belia. Beliau pernah berkata “Aku dilahirkan di Gaza, kemudian ibuku membawaku ke Asqolan.”
Sosok ibu
Siapakah sosok wanita yang mampu – ba’dallah– melahirkan anak yang sangat luar biasa? Seorang pria yang begitu cerdas, alim, lagi bersahaja? Pasti di balik itu semua ada seorang wanita yang tak jauh berbeda dengan sang pelita.
Wanita itu bernama Fathimah bintu Abdullah bin al-Mahdh bin al-Hasan bin al-Mutsanna bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Ada juga yang mengatakan bahwa beliau ibu adalah; Fathimah bintu Abdillah bin al-Hasan bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Sebagian yang lain menuturkan bahwa ibu beliau adalah; Ummu Habibah Azdiyah al-Azdiyyah.
Keutamaan ibunda imam asy-Syafi’i
Para ulama dan Ahli sejarah memang berselisih pendapat mengenai Ibunda beliau.
Namun siapapun Ia, apapun kunyah dan julukannya, Ibu beliau tersebut memiliki keutamaan sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam An Nawawi; “Bahwa dia (ibunya imam asy-Syafi’i) termasuk Ahli ibadah. Terpuji akhlaknya. Wanita yang fakih (paham) tentang urusan agama. Bahkan mampu untuk mengambil istinbath (kesimpulan hukum dari sebuah dalil).”
Kisah tentang ibu beliau
Ada sebuah kisah unik berkaitan dengan ibu beliau, sebagaiman disebutkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah, beliau menuturkan:
“Suatu ketika ibunda beliau bersama seorang wanita dan seorang pria berangkat menghadap Qodhi (Hakim), untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Ketika sampai disana, sang Qodhi ingin untuk memisahkan antara Ibunda as-Syafi’i dengan Wanita tadi. Maka Ibunda asy-Syafi’i menukas; ‘Anda tidak boleh melakukan hal ini (yaitu memisahkan antara dia dengan si wanita), karena Allah mengatakan :
]أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى[
“Supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (QS. al-Baqarah: 282)
Ayat ini memberitakan tentang utang piutang, yang disyariatkan untuk menghadirkan dua orang saksi dari kalangan laki-laki. Namun, jika tidak ada dua saksi laki laki, maka dengan menghadirkan seorang laki laki dan dua orang wanita.’
Nah, kasus ibunda asy-Syafi’i persis dengan kondisi diatas. Maka tidak boleh untuk memisahkan dua orang wanita tersebut. Mengapa?Karena Allah mengatakan:
]أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى[
Seketika Qodhi pun terdiam mendengarkan dalil yang disampaikan Ibunda asy-Syafi’i rahimahullah.
Inilah diantara contoh terkait ibunda beliau. Bagaimana Allah menganugerahinya kecerdasan, dan kemampuan untuk istinbath dalil dalam kondisi tegang sekalipun. Wallahu a’lam