DALAM KONDISI TERTENTU, ORANG YANG HENDAK BERKURBAN DIBOLEHKAN MEMOTONG RAMBUT DAN KUKUNYA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ، وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ، فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا
“Apabila telah masuk 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, dan salah seorang di antara kalian ingin menyembelih hewan kurban, maka janganlah mengambil (mencukur) rambut (yang tumbuh di seluruh tubuh) dan kukunya sedikitpun.” (HR. Muslim)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,
ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺧـﺬ ﻣـﻦ ﻳﺮﻳـﺪ ﺍﻷﺿﺤﻴـﺔ ﺷﻴﺌـﺎً ﻣـﻦ ﺷﻌـﺮﻩ ﺃﻭ ﻇﻔـﺮﻩ ﺃﻭ ﺑﺸﺮﺗـﻪ ﻓﻌﻠﻴـﻪ ﺃﻥ ﻳﺘـﻮﺏ ﺇﻟـﻰ ﺍﻟﻠـﻪ ﺗﻌﺎﻟـﻰ ﻭﻻ ﻳﻌـﻮﺩ، ﻭﻻ ﻛﻔـﺎﺭﺓ ﻋﻠﻴـﻪ، ﻭﻻ ﻳﻤﻨﻌـﻪ ﺫﻟـﻚ ﻋـﻦ ﺍﻷﺿﺤﻴـﺔ ﻛﻤـﺎ ﻳﻈـﻦ ﺑﻌـﺾ ﺍﻟﻌـﻮﺍﻡ.
ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺧـﺬ ﺷﻴﺌـﺎً ﻣﻦ ﺫﻟـﻚ ﻧﺎﺳﻴـﺎً ﺃﻭ ﺟﺎﻫـﻼً ، ﺃﻭ ﺳﻘـﻂ ﺍﻟﺸﻌـﺮ ﺑـﻼ ﻗﺼـﺪ ﻓـﻼ ﺇﺛـﻢ ﻋﻠـﻴﻪ ، ﻭﺇﻥ ﺍﺣﺘـﺎﺝ ﺇﻟـﻰ ﺃﺧـﺬﻩ ﻓﻠـﻪ ﺃﺧـﺬﻩ ﻭﻻ ﺷـﻲﺀ ﻋﻠﻴـﻪ ﻣﺜـﻞ ﺃﻥ ﻳﻨﻜﺴـﺮ ﻇﻔـﺮﻩ ﻓﻴﺆﺫﻳـﻪ ﻓﻴﻘﺼـﻪ ، ﺃﻭ ﻳﻨـﺰﻝ ﺍﻟﺸﻌـﺮ ﻓـﻲ ﻋﻴﻨﻴـﻪ ﻓﻴﺰﻳـﻠﻪ ، ﺃﻭ ﻳﺤﺘـﺎﺝ ﺇﻟـﻰ ﻗﺼـﻪ ﻟﻤـﺪﺍﻭﺍﺓ ﺟـﺮﺡ ﻭﻧﺤـﻮﻩ …
“Apabila orang yang hendak menyembelih kurban mengambil/memotong rambut, kuku, atau kulitnya, maka dia wajib bertaubat kepada Allah ta’ala dan jangan mengulanginya lagi, tidak ada kaffarah atasnya, dan yang demikian itu tidak menghalangi dia untuk tetap menyembelih kurbannya sebagaimana yang disangka oleh sebagian awam.
Dan apabila melakukannya karena lupa atau tidak tahu hukumnya, atau rambutnya rontok tanpa disengaja, maka hal ini tidak ada dosa baginya.
Apabila memang ada kebutuhan, maka tidak mengapa untuk mengambil/menggunting rambut dan kukunya, seperti:
- ketika kukunya pecah dan ini cukup mengganggu, boleh baginya untuk memotong kukunya tersebut.
- rambutnya terurai sampai mengenai matanya, maka boleh baginya untuk menghilangkan rambut tersebut.
- atau rambut butuh dipotong untuk mengobati luka
- atau kebutuhan lainnya yang semisal…
Sumber: Mukhtashar Ahkam al-Udhiyah, (1/18)
