Dars ‘Am Takmili, Bentuk Kepedulian Asatidzah Terhadap Santri

Oleh Tim Reportase Santri
“Teet… Teet…” Terdengar suara bel panjang dari sudut gedung asrama Tahfizh, pertanda berakhirnya waktu murajaah al-Qur’an. Jarum panjang menunjukkan angka 12, tepat pukul empat sore. Seusai murajaah, para santri Takhasus dan Tahfizh berhamburan melakukan aktivitas masing-masing. Mulai dari piket kebersihan, belanja di maqshaf, sampai menonton olahraga santri di lapangan.
Berbeda halnya dengan santri Takmili. Sore itu -tak seperti biasanya-, dalam sekejap asrama-asrama mereka menjadi sepi tak berpenghuni setelah sebelumnya ramai dengan halakah murajaah al-Qur’an. Mereka -para pemuda usia belasan tahun- tampak bergegas menuju kamar delapan -ruang belajar santri Takmili yang paling luas- seperti tergiring oleh kutub magnet yang kuat. dalam hitungan menit, kamar yang terletak di sebelah barat masjid itu langsung ramai dan padat dengan santri Takmili. Mereka bersimpuh dalam rangka menghadiri majelis ilmu, Dars ‘Am (Taklim Umum) untuk Takmili.
Asal Usul Program Dars ‘Am Takmili
Berawal dari kepedulian seorang ustadz terhadap semangat belajar santri Takmili yang penting untuk dijaga, tercetuslah ide Program Dars ‘Am Takmili ini. Mengingat, Dars ‘Am rutin yang biasa mereka ikuti bakda magrib materinya berbahasa Arab. Tentu bagi mereka para pemula yang belum pernah mengenyam pendidikan bahasa Arab akan sulit untuk memahaminya.
Maka Sabtu 8 Januari 2022, terhitung sebagari hari pertama berjalannya program Dars ‘Am Takmili. Program ini adalah salah satu bentuk antusias dan perhatian asatidzah untuk para santri Takmili. Materi yang dibahas padanya adalah materi umum, layaknya kajian-kajian umum biasanya. Mulai dari akidah, hadis, serta materi lainnya. Tak ketinggalan, spirit muda juga menjadi salah satu materi, sebagai pelejit semangat belajar santri.
Optimis Kalahkan Pesimis
Hasil yang baik dan indah takkan diperoleh dengan mudah. Begitulah ungkapan yang tepat untuk program rintisan ini. Ya, karena sejatinya sebelum terlaksananya program ini, ada beberapa kendala yang menjadi pokok diskusi antar pengurus dan asatidzah.
Di antaranya adalah terkait waktu yang tepat untuk diadakannya kajian ini. Berdasarkan pengalaman dan penuturan sebagian santri, mereka mengeluhkan adanya kegiatan di waktu tersebut. Mengingat, sore adalah waktu rutin untuk mereka melaksanakan kewajiban piket kebersihan. Singkat cerita, akhirnya diskusi berakhir ketika musyawarah bersama ustadz pembina di hari Jumat malam Sabtu, keputusannya:
“Yang penting dijalani dulu saja, jika ada kendala nanti kita menyesuaikan kondisi.” Tutur Al-Ustadz Abdullah Probolinggo di penutup rapat malam itu sebelum beliau beranjak keluar dari ruang rapat.
Gayung Sambutan dari Santri
Tak menunggu lama, siang hari setelah berdiskusi bersama asatidzah pembina, langsung diadakan rapat bersama perwakilan dari santri. Tujuannya tak lain adalah untuk merealisasikan hasil rapat semalam.
Pukul 10.30 WIB seusai pelajaran terakhir, di kantor Takmili telah berkumpul 5 santri untuk menyusun panitia program Dars ‘Am Takmili ini beserta teknisnya. Mereka yang hadir adalah Fahri dari Halmahera dan Rafsanjani dari Palembang mewakili seksi kebersihan, kerapian, dan pengondisian tempat, M. Ibroh dari Palembang sebagai seksi tata suara, Ali Imran dari Ambon sebagai seksi dokumentasi, tak ketinggalan Andi Subagyo dari Banyuwangi sebagai seksi sosialisasi dan publikasi kajian yang telah membuat poster kajian lebih awal.
Alhamdulillah rapat berjalan dengan lancar. Mereka tampak senang dan berterima kasih dengan adanya progam ini.
“Ustadz, nanti teman-teman piket kebersihannya kapan?” Tanya pemuda yang kerap disapa Bang Ali tersebut.
“InsyaAllah piket di luar waktu dars tetap bisa. Misal di pagi menyesuaikan waktu istirahat.”
Memang, tanggung jawab yang sudah berjalan tetap perlu diberi perhatian. Di lain sisi, ini merupakan sebuah latihan bagi santri untuk terbiasa mengatur waktu dengan baik.
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara; Masa muda sebelum masa tua, masa sehat sebelum masa sakit, kaya sebelum miskin, waktu luang sebelum datang kesibukan, dan masa hidup sebelum datang kematian.” [1]
Baca Juga: Karya Santri Takmili di Masa Pandemi
Suara Mengejutkan dari Sudut Ruang
Di hari perdana berjalannya program Dars ‘Am Takmili, lima menit sebelum pemateri datang, para para santri dikejutkan dengan suara dari speaker di sudut ruangan. Speaker yang terhubung dari Kantor Takhasus itu sedang memutar audio pembelajaran berbahasa Arab dari Qismul Lughah. Ternyata, jadwal Dars ‘Am Takmili bertabrakan dengan jadwal pemutaran audio tersebut. Intronya yang sangat seru membuat kaget seluruh santri di dalam kamar yang sedang menanti kehadiran ustadz.
Melihat hal tersebut, salah seorang santri Takhasus langsung beranjak ke kantor untuk mengondisikan pemutaran audio tersebut. Perlahan, suara menghilang hingga akhirnya Dars ‘Am bisa mulai dalam keadaan telah tenang.
Mukadimah dari Wakil Mudir
Ustadz Abdullah Probolinggo, wakil mudir lembaga Takmili cabang ma’had 1 selaku pemateri di pertemuan perdana itu hadir beberapa menit kemudian. Suasana langsung berubah tenang lagi syahdu.
Dalam pertemuan tersebut beliau menyampaikan mukadimah berupa pentingnya mengenal antar saudara. Tak kenal maka tak sayang, lanjut beliau. Sementara Rasulluah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyatakan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لَا تَدْخُلُوا الجَنَّة َحَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا
“Kalian tidak akan masuk ke dalam surga sa,mpai kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sampai kalian saling berkasih sayang.”[2]
Di antara nasihat yang beliau sampaikan pula:
لَا يُنَالُ العِلْمُ بِرَاحَةِ الجَسَد
“Ilmu tidaklah digapai dengan raga yang bersantai.”
Dan nasihat lainnya hingga mengisi waktu tiga puluh menit di sore itu. Sebelum menutup majelis, beliau menyampaikan pesan tentang pentingnya mengulang dan menelaah pelajaran. Terkhusus pelajaran-pelajaran bersama para asatidzah di ma’had ini sendiri.
Beliau juga memberitakan bahwa insyaAllah akan ada sebuah program terbimbing dalam rangka memurajaah Dars ‘Am bakda magrib yang berbahasa Arab. Harapannya ilmu yang tersampaikan di kajian rutin bakda magrib tersebut dapat mereka serap dan pahami juga dengan baik.
“Insya Allah, nanti akan ada program untuk memudahkan para santri memurajaah Dars ‘Am pembahasan kitab Masail Jahiliyyah. Kita tunggu saja pada pertemuan-pertemuan berikutnya.” Demikian ustadz yang berasal dari kota anggur itu menyampaikan.
Jam tepat menunjukkan 16.45 WIB, beliau akhirnya undur diri dan menutup majelis.
Penutup
Dars ‘Am perdana telah usai, Alhamdulillah berjalan dengan baik dan lancar. Program ini terjadwal setidaknya dua kali dalam sepekan, setiap hari Sabtu dan Ahad. Adapun waktunya menyesuaikan dengan sempatnya asatidzah pemateri,; Al-ustadz Abu Abdirrahman Arif, al-Ustadz Abu Abdillah Majdi, al-Ustadz Abdullah Iman dan al-Ustadz Abdullah Probolinggo.
Meski durasi dan pertemuannya tidak banyak, namun program ini harapannya dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Mengingat pentingnya ilmu agama sebagai bekal di kemudian hari. Juga, materi yang disampaikan adalah materi dasar yang sangat penting terkait ibadah dan muamalah.
Semoga Allah Taala memberikan manfaat melalui ilmu-ilmu yang mereka sampaikan. Amin.
Artikel Kami: Keutamaan Menyebarkan Ilmu
[1] HR. Hakim no.7846 dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu.
[2] HR. Muslim no. 54 dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu