Duhai Kiranya Masa Muda Bisa Terulang Kembali – Renungan tuk Manfaatkan Waktu

 

Oleh Khalid Abdul Khaliq Bengkulu, Takhasus

 

Waktu adalah suatu hal yang paling berharga dalam hidup. Menyia-nyiakannya merupakan suatu kerugian. Betapa banyak orang yang tak acuh dan tidak perhatian terhadap waktu berujung kepada penyesalan berkepanjangan.

 

Renungan Bersama, Hai Para Pejuang Dakwah

Tak jarang dari kita yang mendapat nasehat dari orang tua mengenai pentingnya menjaga waktu. Beberapa dari mereka menceritakan penyesalannya, mengapa tidak sedari dulu mereka duduk bersimpuh di majelis-majelis ta’lim untuk memperdalam ilmu agama. Mengapa tidak dari dulu mereka belajar membaca kalamullah dengan bacaan yang benar dan fasih.

Lain lagi dengan beberapa kakak kelas yang pernah berbagi cerita, mereka mengungkapkan penyesalannya yang hingga saat ini belum menyelasaikan hafalan al-Qurannya. Di antara mereka juga menyayangkan, mengapa belum mahir dalam membaca dan mengartikan kitab-kitab para ulama.

Semua penyesalan itu adalah karena menyia-nyiakan waktu. Andai waktu bisa kembali barang sejenak saja. Ingin rasanya kembali ke masa-masa menuntut ilmu. Belajar dengan fokus dan penuh semangat.

 

Sebuah Syair dari Seorang Pujangga

Abul ‘Atahiyyah Ismail bin Qasim bin Suwaid bin Kaisan al-Anazi rahimahullah seorang pujangga tersohor di masa khilafah Abbasiyyah. Beliaulah yang pernah menggubah sebuah syair yang maknanya begitu mengena:

بَكَيْتُ عَلى الشَّبابِ بِدَمْعِ عَيْني فَلَمْ يُغْنِ الْبُكاءُ وَلا النَّحيبُ

فَيا أسَفا أسِفْتُ عَلى شَبابٍ نَعاهُ الشَّيْبُ وَالرَّأسُ الْخَصيبُ

عَريتُ مِنَ الشَّبابِ وَكانَ غَضًّا كَما يَعْرى مِنَ الوَرَقِ الْقَضيبُ

فَيا لَيْتَ الشَّبابَ يَعودُ يَوْمًا فَأُخْبِرَهُ بِما صَنَعَ الْمَشيبُ

“Aku tangisi masa muda dengan cucuran air mata. Walau tangisan dan ratapan tak mungkin mengubahnya

Duh betapa sedihnya mengingat masa muda, usia tua dan rambut yang telah disemir meratapinya

Telah hilang masa muda padahal dulu aku kuat perkasa. Seperti dedaunan yang berguguran dari dahannya.

Andai masa muda bisa kembali satu hari saja. Ingin rasanya bercerita betapa berat di masa tua.”

Sadarlah wahai jiwa!!


Baca Juga: Kisah Penggugah Kesabaran dalam Menuntut Ilmu


Petuah Ulama Tentang Waktu

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

الْوَقْتُ سَيْفٌ، فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تَشْغَلْهَا بِالْحَقِّ وَإِلَّا شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

“Waktu laksana pedang, jika engkau tidak bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, ia akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Al-Jawabul Kafi hal. 156)

Pembaca rahimakumullah..

Sebagai penutup, hayatilah untaian nasehat dari sahabat Abdullah bin Masud,

مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ فَنَقَصَ فِيهِ أَجَلِي وَلَمْ يَزْدَدْ فِيهِ عَمَلِي

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam lalu ajalku berkurang, namun amalanku tidaklah bertambah.” (Mawarid azh-Zhaman li Durus az-Zaman)

 

Penutup

Semoga tulisan di atas dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca sekalian, menjadikannya sebuah renungan, agar tidak menyia-nyiakan waktu muda terlewatkan begitu saja. Semoga Allah taala memberikan taufik-Nya kepada kita semua dengan memanfaatkan masa muda kita dengan sebaik-baiknya. Aamin.


Artikel Kami: Mendulang Faidah dari Perkataan Imam Syafii Tentang Menuntut Ilmu


 

Mungkin Anda juga menyukai

2 Respon

  1. Abu abdillah al bugishy berkata:

    Masya Allah.
    Nasehat yang dalam untuk selalu menuntut ilmu

    • Admin 3 berkata:

      Jazakumullahu khairan atas dukungannya.
      Semoga Allah memberi kita taufik untuk terus istiqamah dalam thalabul ilmi di manapun dan kapanpun, hingga berjumpa dengan Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.