Hasungan untuk Berteman dengan Orang Baik dan Peringatan dari Bergaul dengan Orang Buruk
al-Imam Abu Hatim Ibnu Hibban rahimahullah menyebutkan dalam bab Dzikru al-Hatstsu ‘Ala Shuhbatil Akhyar Wa az-Zajr ‘An ‘Usyratil Asyrar yang menjelaskan makna hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
إِنَّمَا مَثَلُ الجليس الصالحُ والجليسُ السوءِ كحامِلِ المسك، ونافخِ الكِيْرِ فحاملُ المسك: إِما أن يُحْذِيَكَ، وإِما أن تبتاع منه، وإِمَّا أن تجِدَ منه ريحا طيِّبة، ونافخُ الكير: إِما أن يَحرقَ ثِيَابَكَ، وإِما أن تجد منه ريحا خبيثَة
“Sesungguhnya teman baik dan teman yang buruk itu diibaratkan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi dapat memberikan wewangian untukmu, atau engkau membelinya, atau sekedar mendapatkan aroma wangi darinya. Adapun pandai besi bisa jadi akan membakar pakaianmu atau engkau mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya.” (HR. al-Bukhari: 5534 dan Muslim: 2628)
Kemudian beliau rahimahullah berkata (artinya), “Orang yang berakal akan senantiasa berteman dengan orang-orang baik dan akan memisahkan diri dari berteman dengan orang-orang buruk. Karena kecintaan kepada orang-orang baik akan cepat tersambung dan lama untuk terputus. Adapun kecintaan kepada orang-orang buruk akan cepat terputus dan lama untuk tersambung.
Berteman dengan orang-orang buruk akan melahirkan prasangka buruk terhadap orang-orang baik. Barang siapa bersahabat dengan orang-orang buruk maka dia tidak akan selamat untuk masuk dalam golongan mereka.
Maka yang wajib bagi orang-orang yang berakal untuk menjauhi orang-orang yang memiliki keraguan (dalam agamanya, pen), agar ia tidak menjadi orang yang ragu juga. Seperti halnya berteman dengan orang-orang baik akan melahirkan suatu kebaikan, berteman dengan orang-orang buruk pun juga akan melahirkan keburukan.
Sumber: Tahdzir Ahlussunnah as-Salafiyin Min Mujalasati Wa Mukhalathati Ahlil Ahwa’ Wal Mubtadi’iin karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah.