Hukum Menangis Ketika Sakit

Oleh asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu Ta’ala
Pertanyaan:
Saudari yang berinisial AA dari kota Riyadh bertanya, “Aku sakit, terkadang aku menangis disebabkan keadaanku ketika sakit. Apakah tangisan ini bermakna tidak terima dengan ketetapan Allah? Perlu diketahui bahwa tangisan ini di luar keinginanku. lalu apakah bercerita dengan sanak famili tentang penyakitku masuk dalam hal tersebut?
Jawaban:
Tidak masalah bagimu untuk menangis jika tangisan tersebut diwarnai air mata saja tanpa bersuara, hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala putranya, Ibrahim meninggal,
العَيْنُ تَدْمَعُ وِالقَلْبُ يَحْزَنُ وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يُرِضِي الرَّب وَإِنَّا لِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُون
“Mata menangis, hati juga bersedih, adapun kita, maka kita tidak berkata kecuali sesuai dengan yang diridai Allah, sungguh perpisahan denganmu wahai Ibrahim sangat menyedihkan.” (HR. Bukhari)
Hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak sekali. Tidak mengapa bagimu memberitahu sanak famili dan teman-teman perihal sakitmu, diiringi dengan memuji Allah, bersyukur kepada-Nya, menyanjung-Nya, memohon kesembuhan kepada-Nya, dan menempuh sebab-sebab yang diperbolehkan.
Kami wasiatkan agar kamu bersabar dan berharap pahala dari Allah. Bergembiralah dengan kebaikan yang ada dalam firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Juga firman Allah yang lain,
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Demikian juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا يُصِيْبُ المُسْلِمُ هَمٌّ وَلاَ غَمٌّ وَلَا نَصَبٌ وَلَا وَصَبٌ وَهُوَ المَرَضٌ وَلَا أَذًى حَتَّى الشَّوكَةُ إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim kecemasan, kesedihan, beban berat, al-Washab yaitu penyakit, tidak pula gangguan sampaipun duri (yang menusuknya), kecuali Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya disebabkan perkara yang menimpanya.” (Muttafaqun Alaihi)
Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barangsiapa yang Allah inginkan untuknya kebaikan, maka Allah akan memberinya muslibah.” (HR. Bukhari no. 5645)
Kami memohon kepada Allah supaya memberikan kepadamu kesembuhan, kesehatan, hati yang bersih, dan dimudahkan untuk beramal. Sungguh Dialah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
Sumber: Majmu’ Fatawa wa Maqalat li Syaikh Abdil Aziz bin Baz: 4/144)
Alih bahasa: Abdullah al-Atsary, Takhasus