Ikuti sunnah Rasulullah!
Oleh Yahya Sukoharjo Takhasus
Pernahkah engkau mendengar firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang berbunyi,
وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 158)
Ya, itulah ayat yang terdapat dalam surat al-A’rof, ayat yang sudah tidak asing lagi di telinga para penghafal Al-Qur’an. Ia merupakan salah satu ayat dari sekian ayat Allah yang memerintahkan agar mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena suatu ibadah tidak akan diterima di sisi Allah kecuali salah satunya dengan mengikuti bimbingan nabi-Nya.
Akan tetapi didapati dari sekian banyak orang yang menghafal ayat di atas, namun masih terjatuh dalam kebid’ahan dan kesyirikan.
Fenomena di akhir zaman
Di akhir zaman ini, zaman yang sudah jauh dari zaman kenabian, banyak terjadi fonomena yang sangat disayangkan sekali telah menimpa kebanyakan manusia, membuat bulu kuduk berdiri, tubuh menjadi bergemetar, keringat bercucuran.
Mereka beragama, berkeyakinan, bermanhaj, serta beribadah karena ikut-ikutan, membebek kepada seseorang yang berpenampilan islami, namun pada kenyatannya, mereka justru menggiring orang-orang yang mengikutinya menuju murka Allah Subhanhu wa Ta’ala.
Salah satu contohnya
Adalah doa, sebuah ibadah yang agung nan mulia, sebuah ibadah yang jika seorang hamba enggan melakukannya, maka Allah menyifatinya sebagai orang-orang yang sombong dan Allah ancam dengan memasukkannya ke dalam neraka-Nya dalam keadaan hina, sebagaimana dalam ayat-Nya,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Rabbmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.’” (QS. Ghaafir: 60)
Ittiba’, salah satu syarat ibadah
Berdoa tidak akan diterima di sisi Allah kecuali dengan terkumpulnya dua syarat ibadah, di antaranya ialah mengikuti jejak langkah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hendaknya seseorang berhati-hati dari doa-doa yang diada-ada dan tidak ada tuntunannya, walaupun yang membacakannya adalah seorang yang dianggap sebagai orang shaleh, wali, takmir masjid, yang ditokohkan dalam agama, seorang yang disebut sebagai habib atau syaikh, atau dari seorang yang lebih shaleh dari anda. Jika memang tidak bisa berdoa dengan bahasa arab, maka berdoalah dengan bahasa yang mudah dipahami, jangan hanya asal berbahasa arab tapi tidak tahu dalil dan maknanya.
Hanya kepada Allah kita memohon
Hanya kepada Allah lah kita mengadukan kebodohan serta kejahilan mereka tentang agama ini dan hanya kepada-Nya kita mendoakan kebaikan untuk mereka, semoga mereka mendapatkan petunjuk untuk memahami dan mencari kebenaran. Amiin yaa Mujiibas saailiin…