Jalinlah persaudaraan!

 

Oleh Faridz Wates Takhasus

 

Tak mungkin seorang insan mampu hidup sendirian, berjauhan dari orang lain, bahkan tidak merasa butuh bantuannya. Tidak sama sekali. Sebab, hidup di dunia takkan lepas dari berbagai problem dan tanggungan. Setiap jalan tak selalu mulus dan halus. Pasti ada aral dan rintang. Walau hanya satu lubang atau butiran kerikil yang menghadang.

Oleh karena itu, dengan hikmah-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan setiap insan memiliki keterkaitan dengan insan yang lainnya. Keterkaitan berupa hubungan nasab atau hubungan persaudaraan yang diikat di atas agama Islam, seperti  saudara semuslim, sahabat thalabul ‘ilmi (mencari ilmu), dll. Yang mana hal itu, akan mendorong satu sama lain saling membutuhkan ulur tangannya. Dalam rangka meringankan beban yang sedang dipikul olehnya.

 

Persaudaraan santri sejati

Saudaraku di jalan Allah, menjadi seorang santri adalah sebuah keistimewaan tersendiri. Tidak semua orang dapat mencicipinya. Linkungan ruh santri menuntut mereka untuk saling bersaudara dengan teman-temannya. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan nasab sekalipun. Meskipun sebelumnya mereka tidak saling mengenal, bahkan tempat tinggal mereka berjauhan.

Akan tetapi walhamdulillah, karena Allah mereka bertemu di sebuah medan ilmu syar’i. Tujuan mereka satu, mencari ilmu agama mengaharap pahala Allah semata dan mengangkat kejahilan dalam diri mereka dan  juga orang lain.

 

Hal itu sudah ada di dalam al-Quran. Perintah Allah Ta’ala kepada hamba beriman untuk saling bersaudara, bersatau padu, diikat dengan tali Allah yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Allah juga melarang dari berpecah belah dan saling bermusuhan. Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

“Berpeganglah kalian semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu karena nikmat Allah, kamu menjadi orang-orang yang bersaudara.”  (QS. Al-Imron: 103)

 

Persaudaraan atau yang lebih akrab dikalangan santri dengan ‘ukhuwwah’ merupakan nikmat Allah yang besar dan mahal. Hanya orang-orang beriman sajalah yang mendapatkan dan merasakannya. Wajib bagi kita untuk mensyukurinya, dengan saling memintal tali ukhuwwah. Semoga Allah memudahkannya. Amiin.

 

Problem itu pasti ada

Dalam menapaki thalabul ‘ilmi, pasti setiap santri memiliki tanggungan dan masalah yang berbeda-beda. Karena itu, merupakan sunatullah (ketetapan Allah) dan warna-warni yang menghisai setiap langkah kaki santri.

Coba kita buka mata! Melihat mereka para pejuang agama, para ulama salaf. Baik dari kalangan tabi’in atau tabi’ut tabi’in dan yang setelahnya.

 

Perjalanan mereka begitu indah. Penuh dengan rintangan dan problem. Di antara mereka ada yang kehabisan bekal dalam mencari hadits, sampai ia tidak makan dua hari lebih. Hingga akhirnya teman seperjuanagnnya mengetahui hal itu, lalu membantu dan meringankannya.

Itulah salah satu bentuk problem yang mau tidak mau harus membutuhkan kasih tangan saudaranya. Walaupun tidak memintanya, atau bahkan ditawari. Kedudukan seorang saudara atau sahabat bagi setiap individu sangatlah urgen. Hendaknya kita menjadi orang yang peka kepada sahabat kita.

 

Jalinlah persudaraan dengan baik!

Saudaraku yang semoga rahmat Allah selalu menaungi kita semua. Agama Islam mendidik kita untuk berakhlak baik dengan orang lain, baik tua, muda, atau bahkan sebaya, tetap berbuat baik. Syariat Islam sangat sempurna dan indah, tidak perlu adanya pengurangan dan penambahan.

Akhlak baik kepada sesama itu memiliki banyak pengertian. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjabarkannya dalam kitab Makarimul Akhlaq, bahwa beberapa ulama di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Akhlah baik kepada orang lain adalah engkau tidak mengganggunya, engkau mencurahkan kedermawanan kepadanya, serta engkau selalu bermuka manis tatkala berjumpa dengannya.” (Ihyaa ‘ulumud-diin 3/52)

 

Sungguh mudah dan simpel untuk kita berakhlak baik kepada orang lain. Namun, ini hanya sebatas yang dijelaskan oleh Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah. Tentu masih luas arti apa itu budi pekerti (akhlak baik).

Hendaknya kita berusaha bermuamalah dengan orang lain dengan akhlak yang baik dan sopan santun. Seperti menolong teman tatkala sedang kesusahan. Membahagiakan teman saat dirundung kesedihan. Berbagi makanan kepada teman seperjuangan. Dengan mengharap ganjaran Allah bukan tendensi dunia yang rendahan.

 

Tidak ada yang rendah di sisi Allah

Saudaraku di jalan Allah Ta’ala, semoga Allah memperbaiki keadaan kita semua. Apapun kebaikan yang kita curahkan, tidak sepantasnya untuk diremehkan. Pahala itu tidak dilihat dengan besar atau kecilnya amalan. Alangkah bagus ucapan Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullah yang berbunyi:

رب عمل صغير تكبّره النيّة ورب عمل كبير تصغّره النية

“Bisa jadi amalan kecil berbobot pahalanya disebabkan niat, sedangkan bisa juga amalan besar menjadi ringan pahalanya disebabkan niat.”

Terus beramal kebaikan kepada orang lain wahai saudaraku! Tak luput untuk kita selalu memperbaiki niat dan memperbaruinya. Jangan sampai kita tidak mendapatkan buah pahala dari apa yang selama ini kita tanam dan rawat. Memang menjaga hati untuk tetap suci dari niat busuk adalah hal yang susah dan berat. Kuncinya memohon kepada Allah supaya terhindar darinya dan berusaha semaksimal mungkin.

Saudaraku, semoga amal kebaikan kita diterima oleh Allah dan diberi pahala yang banyak di sisi-Nya. Amiin

 

Renungan

Sebelum aku tutup, bacalah kalimat yang bagus dan indah ini. Coba kita membuka mata hati  memahami huruf demi huruf, yang terlontar dari seorang ulama ajaib yang banyak orang berdecak kagum dengannya. Mudah-mudahan kita akan sadar dan berebut untuk beramal kabajikan. Yaitu kata mutiara yang disajikan oleh Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah Ta’ala, beliau berkata:

“Boleh jadi, saat engkau tidur terlelap, pintu-pintu langit sedang diketuk oleh puluhan doa kebaikan untukmu. Dari orang kelaparan yang telah engkau beri makan, atau dari seorang yang sedih yang telah engkau bahagiakan, atau dari seorang yang berpapasan denganmu yang telah engkau berikan senyuman, atau dari seorang yang dihimpit kesulitan dan telah engkau lapangkan. Maka janganlah sekali-sekali engkau meremahkan sebuah kebaikan.” (Miftah Daaris Sa’adah)

 

Semoga kita dimudahkan selalu untuk melakukan amalan kebaikan serta ringan tangan untuk membantu teman yang sedang membutuhkan bantuan. Ya Allah, Rabb semesta alam, Dzat Yang Penuh Kasih Sayang, berilah saudara kami yang sedang mengalami kesusahan jalan keluar dan solusi. Engakulah satu-satunya Rabb yang dapat memberi kemudahan. Semoga bermanfaat.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.