Jangan Lelah Menempuh Jalan ke Jannah

 

 

Oleh Abdurrahman al-Bugisy, Tahfizh Mutawassith

 

Kawan…

Memang, belajar itu berat dan melelahkan. Lelah secara fisik maupun pikiran. Terlebih lagi mereka yang mengonsentrasikan umurnya untuk mendalami ilmu agama (nyantri). Bisa dibayangkan, dari mata terbuka hingga tertutup kembali, pena dan kertas menjadi kawan sehari-hari.

Tak jarang, karena kurang porsi istirahat atau kurang pintar manajemen waktu menyebabkan mata setengah terbuka setengah terpejam di saat pelajaran, pendengaran melemah, sinyal penangkap suara guru pun kian lama kian hilang. Dan catatan demi catatan penting pun lewat dari buruan.

Belum lagi jika bicara hal-hal di lingkungan tempat belajar; terbatas, masalah pertemanan, rindu orang tua, dan seringkali berakhir dengan kebosanan dalam belajar. Kalau tidak pandai mengalihkannya, tentu bisa sia-sia. Waktu berlalu begitu saja, sedangkan ilmu dan iman tidak beranjak dari titik rendahnya.

Kawan…

Itulah sekelumit carita tentang fenomena belajar yang melelahkan. Sebenarnya, jika kita mau jujur, apa yang kita alami di dalam dunia belajar ini belum ada apa-apanya dengan mereka yang pernah hidup di jalan yang sama. Ya, para ulama. Namun, rasa-rasanya tidak ada kata lelah dalam kamus hidup mereka. Apalagi berhenti.

Kenapa kita merasa selalu lelah?

Secara garis besar, mungkin ada dua hal yang membuat kita kurang mensyukuri keadaan yang utama ini.

Pertama: tidak bisa memandang keutamaan (thalabul ilmi) sebagai keutamaan.

Kedua: kehilangan motivasi dan lupa tujuan dari belajar.

Tidak bisa memandang keutaman sebagai keutamaan. Karena pikiran sudah terlanjur berbiasa menilai kebahagiaan dengan kesenangan yang instan dan cepat, atau kebahagiaan dan kesenangan itu dianggap seperti yang ada pada mayoritas orang; hidup bebas dan fasilitas tak terbatas.

Padahal jika mau menilai secara jujur kesenangan beserta fasilitasnya itu tidak seberapa, dan bisa kita dapatkan dengan mudah dalam waktu yang singkat, bahkan semua orang bisa memilikinya. Berbeda jauh dengan kebahagiaan memiliki ilmu agama, yang mendekatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kedamaian yang kekal. Tak semua orang bisa mendapatkannya.

Kata para ulama, “Kalau saja para raja dan anak-anak mereka tahu kelezatan majelis ilmu yang kita rasakan, tentu mereka akan mengusir kita dari majelis ini dengan pedang dan kekuatan mereka.”

Lupa tujuan dan kehilangan motivasi belajar juga membuat seorang penuntut ilmu mudah bosan dan patah arang. Tujuan inti dari belajar adalah mendekatkan diri kepada Allah  subhanahu wa ta’ala dengan mengamalkan ilmu yang telah di kuasai. Bukan hanya tentang memperluas wawasan dan bersaing dalam nilai akademis.

Berlalunya waktu yang cukup lama dalam belajar, terkadang membuat seorang penuntut ilmu lupa tujuan. Apalagi jika keadaan pertemanan yang tidak mendukung. Pertemanan negatif yang seringkali mengantarkan pada kelalaian dan sikap menelantarkan ilmu yang telah dikuasai, kebosanan pun melanda.

Ya, hal itu karena kunci penguasaan ilmu dan kemudahannya ada pada praktik dan realisasi ilmu itu sendiri. Jika diamalkan ia akan menetap kuat dan berkembang. Namun, jika tidak ia akan hilang.

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

                “Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

{وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا (66) وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا (67) وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (68)

“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang di berikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi kami, dan pasti kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nisa: 66–68)

Kawan….

Maka jangan lelah untuk terus belajar dan mencari kebenaran yang dapat memperbaiki kehidupanmu, sadarlah bahwa jalanmu ini sudah merupakan jalan yang paling utama. Tidak ada jalan lain yang lebih memudahkan munuju surga daripada belajar ilmu agama.

Jangan rela kau ganti dengan iming-iming dunia yang hampir semua orang punya. Dengan ilmu agama, hidupmu istimewa, insyaallah.

Kawan…

Imbangi jalanmu dengan mengamalkan ilmu. Manfaatkan pertemanan positif yang semakin menambah semangatmu beramal dan lebih baik. Hindari pertemanan negatif yang hanya membuatmu terlena dengan hiburan dunia yang tak seberapa. Perjalanan ilmu memang jauh dan lelah, namun jika kau syukuri kau akan menemukan kebahagiaan diujung jalan nanti. Maka, Bersabarlah!

 

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.