Jangan mencari-cari kesalahan saudaramu!

 

Oleh Naufal Amir Jember Takhasus

 

Tidaklah ada salah seorang dari kita, kecuali ada malaikat pecatat amal untuk mencatat setiap amalan yang dilakukan. Salah satunya berada di sisi kanan dan yang lainnya berada di sisi kiri. Diperintahkan untuk menulis amalan-amalan kebaikan dan yang lain diperintah untuk menulis  amalan-amalan kejelekan. Tidaklah suatu ucapan dan perbuatan kecuali tertulis dan tercatat seluruhnya.

 

Tidak ada yang tertinggal sedikit pun dari amalan, semuanya akan tertulis kemudian diperlihatkan di hari kiamat nanti dan diberikan kepada seluruh manusia catatan-catatan amalan yang ia lakukan selama di dunia. Dikatakan kepadanya,

اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isra’: 14)

Sungguh beruntung seorang hamba yang catatan amalnya dipenuhi dengan kebaikan dan kesengsaraan bagi siapa saja yang catatannya dipenuhi kejelekan.

 

Perhatikanlah amalmu!

Kita beriman bahwasannya apa yang kita amalkan dari ucapan maupun perbuatan, semuanya tertulis, besar ataupun kecil. Namun anehnya, banyak dari kita melakukan sebuah perbuatan tanpa peduli baik dan buruknya amalan tersebut.

Seolah-olah hal tersebut tidak tercatat, mereka berucap dengan ucapan yang jelek tanpa peduli apa yang diucapkannya. Terkadang engkau mendapati salah seorang dari mereka mencela saudaranya dengan celaan yang sangat buruk, tekadang celaan tersebut ada padanya dan terkadang tidak.

 

Hadits tentang dua orang yang saling mencela

Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda,

الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ، مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُ

“Dua orang yang saling mencela, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memulai, selama orang yang terzhalimi tersebut tidak melampaui batas.” (HR. Muslim no. 2587)

Makna hadits bahwa dosa celaan dari dua orang yang saling mencela, maka dosanya berada pada orang yang pertama kali mencela, kecuali orang yang terzhalimi tersebut melampaui batas dalam membalasnya.

 

Ghibah, dosa besar

Terkadang engkau mendapati sebagian orang membicarakan tentang saudaranya apa yang dia benci, sedang saudaranya tidak ada bersamanya. Ini merupakan ghibah (menggunjing) yang tersebar pada kebanyakan manusia.

Ghibah dianggapnya sebagai hal remeh, padahal perkara tersebut merupakan dosa besar. Allah telah menyerupakan orang yang mengghibahi saudaranya dengan orang yang memakan bangkai saudaranya tersebut. Di dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ؛ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

“Wahai orang-orang yang hanya beriman dengan lisannya namun keimanannya tidak sampai menyentuh hatinya, jangan kalian menggunjing kaum muslmin dan jangan sekali-kali kalian mencari-cari aib kaum muslimin. Sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aib seorang muslim, maka Allah akan kejar aib dia. Barangsiapa yang sudah Allah kejar aibnya, maka Allah akan bongkar aibnya sedang ia berada dalam rumahnya.” (HR. Ahmad)

 

Dan dalam hadits yang lain dengan redaksi,

يفضحه ولو في جوف رحله

“Allah akan membongkar aibnya walaupun dia bersembunyi di dalam rumahnya.”

 

Maraknya perbuatan mencari-cari aib di akhir zaman

Betapa banyak di zaman ini yang mengejar dan mencari-cari aib manusia serta ketergelinciran mereka, kalau mereka melihat ada ketergelinciran, mereka bergembira kemudian menyebarkannya. Apabila mereka melihat sifat yang terpuji, mereka menyembunyikannya. Merekalah orang-orang yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sabdanya,

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ

“Wahai orang-orang yang hanya beriman dengan lisannya namun keimanannya tidak sampai menyentuh hatinya. Jangan kalian menggunjing kaum muslmin dan jangan sekali-kali kalian mengejar, mencari-cari aib kaum muslimin.(HR. Ahmad)

 

Akhir kata

Hendaknya kita bertakwa kepada Allah, koreksilah diri-diri kita terhadap apa yang diucapkan dan diperbuat. Sesungguhnya kita akan ditanya dan dihisab tentangnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat-Nya,

وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

“Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan (tampakkan).” (QS. An-Nahl: 19)

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.