Merasakan manisnya keimanan
![](https://www.minhajulatsar.com/wp-content/uploads/2020/12/photo_2020-12-02_05-20-35.jpg)
Oleh Hafizh Ilmi 1A Takmili
Disebutkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ، بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ، مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ
“Tiga perangai dimana seorang akan merasakan manisnya keimanan, yaitu ketika Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selain keduanya, mencintai seorang semata-mata karena Allah taa’la, dan benci untuk kembali kepada kekufuran (murtad) sebagaimana dia benci untuk dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 21)
Di antara prinsip keimanan
- Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
Tidak cukup kecintaan semata, tetapi kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus didahulukan atas kecintaan yang lain.
- Cinta dan benci karena Allah
Di dalam hadits tersebut diterangkan pula inti dari cinta karena Allah dan membenci karena-Nya. Bahwasanya mencintai para nabi, shiddiqin (orang-orang yang jujur dan membenarkan), para syuhada dan orang-orang sholeh karena mereka mencintai Allah.
- Benci untuk kembali kepada kekafiran
Dia benci kembali kepada kekufuran, sebagaimana kebenciannya ketika hendak dimasukkan ke dalam neraka.
Manisnya keimanan
Disinggung juga bahwa iman memiliki rasa manis di dalam hati. Kalau seorang hamba mendapati dan merasakan manisnya keimanan dalam hatinya, maka akan tersisihkan seluruh kecintaan duniawi dan ambisi pribadi. Bahkan dia akan mendapati kehidupan yang lebih baik.
Saudara yang semoga Allah rahmati…
Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya secara otomatis akan selalu berdzikir kepada-Nya, karena orang yang mencintai sesuatu pasti akan sering menyebutnya. Begitu pula dia akan berupaya mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dibandingkan ucapan siapa pun dan segala bentuk keinginan jiwa dan tujuan lainnya.
Barang siapa yang telah berbuat demikian, maka jiwanya akan tenang dan dia akan merasakan manisnya keimanan kepada Allah. Hati yang seperti ini akan merasa lega di dalam menerima syariat Islam dan dia berada di atas cahaya dari Rabbnya.
Demikian yang bisa kami uraikan dala tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya dan dapat direalisasikan dalam kehidupan kita. Wallahu ‘alam