Kiat menggapai keikhlasan niat
Oleh Ikhwan Faqih Cirebon Takhasus
Pagi semangat, siang menurun, sore tambah menurun atau sebaliknya. Demikianlah manusia, hati mereka berada di jari-jemari Allah. Dia berhak membaliknya kapan saja dengan sekehendak-Nya. Sebagaimana pula niat seorang, selalu berubah-ubah. Karnanya, sampai-sampai seorang imam sekaliber Sufyan ats-Tsauri rahimahullah pun berkata,
ما عالجت شيئاً أشد علي من نيتي لأنها تنقلب عليَّ
“Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih sulit dari niatku, karna dia selalu berubah-ubah.”
Maka dengan ini, kami akan menukilkan sedikit dari ucapan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya al-Fawaid mengenai cara agar hati bisa memperoleh yang namanya keikhlasan.
Perhatikanlah, wahai saudaraku!
Tidak akan berkumpul pada hati seorang antara keikhlasan dan cinta terhadap pujian, serta ketamakan kepada yang dimiliki orang lain, kecuali seperti berkumpulnya air dengan api atau biawak padang pasir dengan ikan.
Jika engkau hendak mengajak dirimu untuk berburu keikhlasan, maka yang pertama kali harus engkau lakukan adalah membunuh sifat tamak dengan pisau keputusasaan, serta meninggalkan berharap pujian dan sanjungan sebagaimana para pencinta dunia meninggalkan akhirat mereka. Jika kedua hal ini telah benar-benar engkau lakukan, maka akan mudah bagimu untuk ikhlas.
Cara menghilangkan sifat tamak dan tidak cinta pujian
Apabila engkau bertanya, ”Bagaimana caranya menghilangkan sifat tamak dan meninggalkan pujian dan sanjungan?”
Maka aku katakan, adapun menghilangkan sifat tamak, maka akan mudah jika engkau benar-benar yakin bahwa tidak ada satu perkarapun yang engkau inginkan kecuali di tangan Allah sajalah perbendaharaannya. Tidak ada yang memilikinya selain Allah Ta’ala dan tidak ada yang dapat memberinya selain Allah pula.
Adapun zuhud (merasa tidak butuh) terhadap pujian dan sanjungan akan mudah jika engkau yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bermanfaat pujiannya dan bermudharat celaannya kecuali Allah Ta’ala semata.
Sebagaimana tatkala seorang arab badui (pegunungan) berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya pujianku itu akan memberi keindahan dan celaanku akan memberi aib/cela.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam berkata, ”Yang demikian hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka zuhudlah terhadap pujian yang yang sama sekali tidak menambah keindahanmu dan terhadap celaan yang tidak memberikan mudharat sedikitpun kepadamu. Berharaplah pujian Dzat yang seluruh kebaikan ada pada-Nya dan seluruh keburukan ada pada celaan-Nya.
Sabarlah kawan
Ketahuilah, engkau tidak akan mampu berbuat demikian kecuali dengan menelan pahitnya kesabaran serta keyakinan terhadap janji-janji Allah Ta’ala. Namun, kapanpun kesabaran dan rasa yakin itu pupus, maka yang ada engkau bagaikan seorang yang melakukan bepergian mengarungi lautan, namun tanpa bahtera.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لا يُوقِنُونَ
“Bersabarlah, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak menyakini kebenaran ayat-ayat Allah itu menggelisahkanmu.” (QS. Ar-Ruum: 60)
Allah Ta’ala juga berkata,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan mereka menyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari dan kita pahami. Semoga Allah memperbaiki amal perbuatan kita dan diterima di sisi-Nya. Amin