Kisah salaf di bulan Ramadhan

 

 

Oleh Tim Mading Takhasus

 

Pembaca yang semoga Allah rahmati, di bulan yang penuh berkah ini, mari kita sedikit menengok kisah salaf. Bagaimana semangat mereka dalam beribadah di bulan Ramadhan. Walaupun kita yakin tidak bisa menyaingi ibadah mereka, tapi setidaknya dengan membaca kisah-kisah tersebut, kita meneladani semangat mereka.

 

Bacaan al-Quran salaf

Ar-Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah berkata: “Dahulu Imam asy-Syafi’i mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.”

 

Qatadah bin Di’amah rahimahullah biasa mengkhatamkan al-Qur’an pada hari-hari biasa selama 7 hari. Jika datang bulan Ramadhan, beliau mengkhatamkannya selama 3 hari. Ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, beliau mengkhatamkannya pada setiap malam.

 

Waki’ bin al-Jarrah rahimahullah membaca al-Quran pada malam bulan Ramadhan dan mengkhatamkannya ketika itu juga, ditambah sepertiga dari al-Qur’an (kurang lebih 10 juz). Beliau juga shalat 12 raka’at pada waktu dhuha dan shalat sunnah setelah zhuhur hingga ashar.

 

Shalat tarawih mereka

As-Saib bin Yazid rahimahullah berkata, “Umar bin al-Khaththab pernah memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari radhiyallahu ‘anhum menjadi imam tarawih pada malam Ramadhan. Kemudian sang imam membaca 200 ayat, hingga kami bersandar kepada tongkat-tongkat karena lamanya berdiri, tidaklah kami selesai dari shalat kecuali telah mendekati waktu shubuh.”

 

Abdullah bin Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku mendengar ayahku berkata, ‘Dahulu kami selesai dari shalat malam pada bulan Ramadhan, kami pun bersegera mempersiapkan makan sahur karena khawatir waktu shubuh segera tiba’.”

 

Dahulu Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma menegakkan shalat malam di rumahnya pada bulan Ramadhan. Ketika orang-orang telah pulang dari masjid, beliau mengambil sebuah wadah yang berisi air, kemudian keluar menuju masjid. Beliau tidak keluar dari masjid sampai selesai shalat shubuh di masjid tersebut.

 

Kedermawanan salaf

Ketika Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berpuasa, tidaklah beliau berbuka kecuali bersama orang-orang miskin. Apabila ada seorang peminta-minta datang dalam keadaan beliau sedang makan, beliau mengambil jatah makanannya dan memberikan makanan tersebut kepada si peminta tadi. Ketika kembali, ternyata keluarga beliau telah memakan semua yang tersisa di wadah tempat makanan itu. Sehingga beliau berpuasa pada pagi harinya dalam keadaan belum makan sesuatupun.

 

Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah biasa memberi jamuan berbuka pada bulan Ramadhan untuk 500 orang. Pada ‘idul fitri, beliau memberi masing-masing mereka uang sejumlah 100 dirham.

Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Yang paling disenangi bagi seorang adalah semakin bertambah kedermawanannya pada bulan Ramadhan, sebagai bentuk upaya meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

 

Penutup

Demikianlah beberapa contoh semangat kaum salaf dalam memanfaatkan bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah. Maka, mari kita titi jejak mereka, tiru semangat mereka, ikuti langkah mereka. Kita tidak tahu apakah tahun depan kita masih berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan. Semoga Allah memudahkan kita dalam beramal shaleh dan menerima seluruh amalan kita. Amin

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.