Mari Pupuk Rasa Peduli, Terkhusus di Masa Pandemi
Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak lepas dari hubungan berkeluarga, bertetangga, dan bermasyarakat.
Dalam menjalaninya, interaksi antar sesama tidaklah bisa terelakkan. Tatanan kehidupan manusia, sedari dulu pun berjalan demikian.
Islam sebagai agama yang sempurna, telah mengatur dan mengajarkan kepada umatnya segala kebaikan yang berkaitan dengan hal tersebut, agar mereka dapat mewujudkan dan meraih kehidupan bermasyarakat yang tentram, tenang dan rukun. Bukankah kehidupan seperti itulah yang didambakan setiap insan?
Allah berfirman,
“اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ.”
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.” (Q.S An-Nahl: 90)
Di dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan agar manusia berbuat kebajikan dan berlaku adil, yang tentunya itu berlaku dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Rasulullah bersabda,
“إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ.”
“Sesungguhnya Allah menetapkan untuk berbuat kebajikan dalam segala sesuatu.” (HR. Muslim)
Di antara bentuk kebaikan yang terkait dalam hubungan bermasyarakat ialah memperlakukan manusia (orang lain) sebagaimana kita ingin diperlakukan dengan yang semisal.
Apabila kita ingin diperlakukan dengan baik, maka kita pun harus bersikap baik terhadap orang lain. Kita ingin diperlakukan dengan baik; dimaafkan jika berbuat salah, dijaga kehormatannya, dan ditutupi kekurangannya, maka kita pun harus memperlakukan orang lain seperti itu pula. Kita tidak ingin dicela, diumbar aibnya, dihina, disakiti atau dicurangi, maka kitapun tidak melakukan hal-hal tersebut kepada orang lain.
Rasulullah bersabda,
“فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ، وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ”
“Barangsiapa yang senang untuk dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia menjemput kematiannya dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, juga memperlakukan manusia dengan sesuatu yang ia senang jika diperlakukan demikian itu kepadanya.” (HR. Muslim)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan, “Maksud hadits ini ialah bahwa seseorang hendaknya memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan. Ia menasehati orang lain dan tulus terhadap mereka, sebagaimana ia ingin jika ia diberi nasehat dan diperlakukan dengan tulus. Ia juga tidak menyukai hal-hal buruk apapun menimpa orang lain, jika hal-hal tersebut juga tidak ia sukai apabila menimpa dirinya. Orang yang telah menunaikan hak Allah, dengan beriman kepada-Nya dan hari akhir, hendaknya ia juga menunaikan hak-hak manusia. Jangan menyikapi mereka kecuali dengan sikap yang ia pun ingin jika disikapi seperti itu. Maka ia tidak suka jika mendustai mereka, berbuat curang, menipu, dan tidak suka jika mereka ditimpa keburukan (sebagaimana ia tidak suka apabila hal-hal tersebut menimpanya). Demikian hendaknya seorang (muslim) ketika bersikap terhadap orang lain, ia tidak menyikapi mereka selain dengan apa yang ia pun ingin disikapi dengannya.” (Syarh Riyadh ash-Shalihin)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda,
“لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.”
“Tidak sempurna iman salah seseorang dari kalian, hingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Prinsip ini adalah prinsip yang umum, menyeluruh dan berlaku dalam berbagai aspek kehidupan manusia ketika bersosial atau bermasyarakat.
Seorang suami kepada istrinya dan sebaliknya, seorang atasan terhadap bawahannya dan sebaliknya, seseorang terhadap temannya, sekelompok anggota rumah tangga terhadap tetangganya, dan lain sebagainya sangat penting untuk memperhatikan hal ini dan berusaha mengamalkannya.
Itulah salah satu keindahan islam. Keindahan yang semakin memancar auranya apabila setiap muslim berusaha untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-harinya di tengah masyarakat dan ketika berinteraksi sosial dengan orang lain. Wallahu a’lam bish showab.
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita tatanan masyarakat yang baik dan tentram, memberikan taufik kepada kita semua agar dimudahkan untuk meniti jalan kebaikan, dan membimbing kita untuk selalu menetapi kebenaran hingga Allah mewafatkan kita semua dalam keadaan tetap berada di atas agama islam.
(A/R)