Makin Hari, Dia Makin Dekat Ke Sini

qurban

 

Oleh Zakariya Faishal Ahmad Jember 2A Takhasus

 

 

Januari 2020, terlihat beberapa teman bergerombol sedang membicarakan sesuatu. Benar, mereka sedang membicarakan tentang virus yang muncul pertama kali di kota Wuhan China. Salah seorang teman yang mendapat berita dari orang tuanya tentang virus tersebut menceritakan kepada teman-temannya tentang penularan virus itu. Korban demi korban berjatuhan akibat virus tersebut yang sekarang dikenal dengan sebutan covid-19.

Awal mulanya aku anggap covid itu perkara sepele yang akan tuntas dalam waktu singkat. Namun setelah mendengar info lanjutan dari salah seorang ustadz di kelas. Ternyata  korban jiwa akibat covid telah mencapai 400 orang.

Beberapa hari setelahnya beliau kembali menyampaikan kepada kita bahwa kian hari jumlah korban meningkat dan mencapai angka 600. Tidak lupa beliau memberi nasehat kepada kita agar banyak-banyak berdoa kepada Allah. Semoga Allah segera mengangkat musibah ini dan tidak sampai ke tanah air kita Indonesia.

Hal ini membuatku berfikir, apakah virus corona ini akan menjadi wabah yang akan melanda berbagai Negara, begitu pula Indonesia? Hanya kepada Allah lah kita bertawakkal.

Dan ini terbukti, nyatanya pada bulan ketiga, yaitu bulan Maret, Covid-19 telah masuk ke negara kita Indonesia. Hati ini mulai gelisah, tidak tenang, atau setidaknya berbeda dengan kondisi biasanya. Bagaimana kalau nanti begini? Bagaimana kalau nanti kalau terjadi demikian dan demikian. Demikianlah yang Allah katakan dalam ayat-Nya,

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفا

“Tidaklah kami mengirimkan tanda-tanda kekuasaan (kami) melainkan untuk menakut-nakuti.’’ (QS. al-Isra: 59)

Namun setidaknya keberadaanku di pondok pesantren sudah membuatku tenang. Bagaimana tidak, pihak pondok pseantren atau lebih tepatnya para asatidzah dan Satgas Tanggap Covid-19 yang dibentuk pondok yang terdiri dari asatidzah itu sendiri dan tim medis, mereka begitu gencarnya memberikan edukasi dan arahan-arahan atau protokol-protokol Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah kita. Mulai dari memakai masker, CTPS, jaga jarak, hindari kerumunan dan berbagai protokol lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu dalam tulisan yang singkat ini. Mereka senantiasa mengingatkan kami manakala kami lupa atau lalai dalam penerapan perkara di atas.

Tidak ada di antara kita yang merasa nyaman memakai masker atau tidak berjabat tangan. Karena hal tersebut sangatlah berbeda dari kebiasaan kita. Namun hendaknya kita tanamkan dalam diri kita bahwasannya hal tersebut sebagai bentuk ketaatan kita kepada pemerintah. Yang mana hal ini merupakan hal wajib. Baik dalam perkara yang kita senangi ataupun tidak, baik dalam keadaan lapang maupun susah, selama tidak memerintah kemaksiatan. Apabila mereka menyeru kepada kemaksiatan maka tidak ada ketaatan kepadanya.

Singkat waktu ternyata angka kematian 600 yang dahulu aku dengar dari negara lain kini telah terjadi di negara kita. Sedih rasanya mendengar jumlah kasus Covid-19 kian hari semakin bertambah. Bahkan dalam seharinya bisa mencapai ribuan kasus.

Semua negara tak terkecuali negara yang terkenal maju dan memiliki teknologi canggih dan modern, semuanya kalang kabut, kewalahan dalam menangani virus corona tersebut. Laa haula wala quwwata illa billah.

Dahulu kita mendengar Covid-19 berada jauh dari kita. Tetapi sekarang Covid-19 itu telah dekat dengan kita. Hingga ada yang mengatakan, “Pamanku kena covid” atau bahkan “Ayahku ayahku positif.” Benar, Covid telah masuk ke lingkup keluarga. Dan kini aku sendiri merasakan hal itu. Yaitu anak dari saudara umiku, beliau telah kembali kepada Sang Penciptanya akibat covid yang dideritanya. Sepupuku dipanggil oleh Allah dengan sebab terpapar Covid.

Tanggal 16 Oktober 2020, seperti biasa aku telpon orang tua tiap pekan. Namun saat itu HP-nya tidak diangkat. Kemudian aku coba lagi namun hasilnya sama. Aku tunggu beberapa menit dan kemudian aku coba telpon lagi dan alhamdulillah diangkat.

“Dari tadi telpon ya?” sapa orang tuaku dengan nada yang sedikit berbeda dari biasanya. Aku jawab, “Ya, tadi telfon beberapa kali.” Beliau lanjut berbicara, “Tadi masih di perjalanan. Baru pulang takziyah. Itu lho Mbak meninggal.”

Sebuah berita yang membuatku terkejut, bak sebuah petir di pagi hari yang cerah. Spontan lisan mengucapkan kalimat istirja’ (inna lillahi wa inna ilahi raji’iun). Kemudian beliau menjelaskan. Awalnya sesak nafas, kemudian pihak keluarga membawanya ke puskesmas sekitar pukul 22.00 WIB. Namun pihak puskesmas sendiri tidak mampu untuk menanganinya. Akhirnya beliau dilarikan ke rumah sakit yang terletak di kota.

Hingga sekitar jam 01.00 WIB orang tuaku ditelfon oleh pihak keluarganya bahwasannya anak saudari umiku telah meninggal akibat covid yang dideritanya, rahimahallah. Semoga Allah menempatkan beliau ke dalam surga-Nya yang diliputi kenikmatan.

Kesedihan karena meninggalnya orang-orang tercinta merupakan tabiat dan fitrah insan. Tidak terasa air mata berlinang membasahi pipi manakala menyaksikan jasad orang yang kita cintai telah terbujur kaku di hadapan kita. Allah ta’ala mengatakan,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Sungguh Kami akan memberikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. al-Baqarah: 155)

Asy-Syaikh as-Si’di rahimahullah mengatakan,

وَالأنْفُسِ أي: ذهاب الأحباب من الأولاد، والأقارب، والأصحاب

“Kekurangan jiwa maksudnya adalah meninggalnya orang-orang yang dicinta, baik anak-anak, kerabat, dan teman dekat.” (Taisir Karimir Rahman, hlm. 75)

Covid-19 yang telah melanda berbagai negeri merupakan peringatan dari Allah. Dan ini juga menunjukkan rahmat Allah kepada para hamba-Nya, agar bersegera untuk kembali kepada-Nya sebelum tertimpa adzab yang mengerikan di neraka kelak. Mari kita bersegera kembali kepada Allah dengan menaati semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya serta kita khusukkan hati kita dalam beribadah kepada-Nya.

Jikalau musibah Covid ini tidak membuat kita sadar, tidak menambah kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah, atau bahkan kualitas iman kitah malah menurun, batasan-batasan Allah kita terjang, lalu musibah apalagi yang akan membuat kita sadar dan kembali kepada Allah!

Sedikit nasehat untuk diri pribadi yang lebih pantas untuk mendapatkan nasehat di masa pandemi ini, kemudian untuk teman-teman seperjuangan. Tiada salahnya kalau kita menginstropeksi diri. Kita ingat kembali apa niatan kita datang ke ma’had. Insyaa Allah semua semuanya datang dengan niatan yang baik, niatan yang mulia.

Ingatlah! Bahwasannya kita sedang berada di sebuah jalan yang dengannya Allah akan memudahkan kita untuk menggapai kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pula terbesit dalam hati seorang. Yaitu surga yang didambakan oleh setiap insan.

Mungkin diantara kita ada yang terpaksa datang ke ma’had karena dorongan orang tua. Begitu pula ada di antara kita yang datang karena keinginan pribadi tanpa dorongan orang lain. Atau bahkan ada di antara kita yang sedikit mendapat tantangan untuk berangkat ke ma’had. Oleh karenanya syukurilah nikmat yang agung ini. Kenikmatan yang seandainya para raja beserta pangerannya mengetahui apa yang kita rasakan, niscaya mereka akan mengusir kita dengan pedang-pedangnya dari majelis ilmu.

Artinya kita-kita ini merupakan orang-orang pilihan dari sekian banyak orang yang ada di muka bumi ini. Betapa banyak orang yang ingin merasakan kenikmatan ini, duduk bersimpuh untuk belajar dan mendengarkan ucapan Allah dan ucapan Rasul, namun mereka terhalangi oleh beberapa faktor dan sebab.

Apakah kita lupa perjuangan serta kerja keras orang tua kita. Mereka rela banting tulang, pagi siang dan malam hanya untuk membiayai kita. Apakah perjuangan mereka akan kita sia-siakan begitu saja. Tidak ada yang mereka harapkan dari kita melainkan agar kita menjadi anak shalih lagi berbakti serta bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Mari kita bangkit bersama membenahi kekurangan yang ada. Kobarkan semangat untuk meraih surga-Nya. Kita manfaatkan sebaik-baiknya kenikmatan yang kita sedang berada di atasnya. Tetaplah bersabar dalam meniti jalan yang akan mengantarkan kita menuju surga-Nya yang bertabur kenikmatan yang abadi.

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah kita begitu pula jajarannya yang telah berjuang mencurahkan segenap tenaganya untuk melindungi masyarakat Indonesia dari ancaman Covid-19. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan sebaik-baik balasan.

Tak lupa kami ucapkan pula jazaakumullah khoiran katsiran kepada Asatidzah dan Satgas Tanggap covid-19 Ma’had Minhajul Atsar Jember. Yang mana melalui kerja keras dan perjuangan mereka dengan izin Allah hingga saat ini kita masih bisa merasakan kenikmatan sehat, aman bahkan kenikmatan thalabul ilmi yang agung dan mulia ini, hafizhahumullah.

Kami ucapkan pula jazaakumullah khoiran katsiran kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan untuk tetap semangat dalam menuntut ilmu agama ini. Semoga Allah segera mengangkat wabah ini dan menggolongkan kita dalam deretan hamba-hamba-Nya yang bersabar. Dan semoga tuntasnya musibah ini Allah menambah kekokohan iman, takwa dan akhlak mulia kita.

ربنا لاتزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة وقنا عذاب النار

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.