Melangkah Sejak Dini
Hari bergulir begitu cepat, bulan berganti bulan, hingga tak terasa tahun pun telah berganti tahun. Sebagian santri tak menyangka ini adalah tahun ke tiganya sejak pertama kali terdaftar sebagai santri resmi di lembaga I’dadi Ma’had As Salafy pada tahun 1435 H/2014 M. Ya, mereka adalah santri kelas 3 I’dadi yang merupakan kelas tertinggi di lembaga I’dadi. Setelah ini mereka akan menjalani program magang atau PKL di berbagai ma’had (pondok pesantren) di Indonesia.
Di tahun ke tiga yang terhitung masih sangat dini dalam rangkaian waktu menuntut ilmu, bayangan medan dakwah seakan semakin dekat meski masih terlihat samar. Mengingatkan para penuntut ilmu untuk memegang kencang penanya, membuka kitab para ulama’, menorehkan tulisan dalam lembaran-lembaran kertas putih, bersiap menuju pertempuran fi sabilillah, menyelamatkan ummat dari teror doktrin ideologi-ideologi rusak musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala.
Santri kelas 3 I’dadi kini dituntut untuk melangkah sejak dini, mempersiapkan diri dalam kerasnya pergulatan di medan dakwah. Program karya ilmiah menjadi sarana bagi santri kelas 3 untuk mengasah senjata, meruncingkan pena-pena jihad yang dipersiapkan untuk menyingkap kebobrokan akidah kotor yang ditebarkan musuh-musuh islam, baik dari kalangan kuffar atau pun munafiqin.
Program karya ilmiah dengan judul Melangkah Sejak Dini dituangkan ke dalam 4 bentuk media, yaitu:
- Mading (masjid dan umum)
- Majalah santri
- Buetin santri
- Artikel website
Untuk mempermudah kerja tim karya ilmiah ini, santri kelas 3 yang berjumlah 60 orang dan terbagi dalam kelas 3A dan 3B dibagi menjadi 6 kelompok;
- Tim Mading Masjid
- Tim Mading Umum
- Tim Majalah Santri
- Tim Artikel Website
- Tim Buletin Santri
- Tim Reportase Kegiatan Santri
Masing-masing tim kerja di atas, dibimbing oleh salah satu guru/ustadz yang membantu dan mengarahkan santri untuk menghasilkan karya yang terbaik.
Bak kilat yang menyambar, secepat itulah mereka bergerak, sejak diresmikannya program Melangkah Sejak Dini ini pada sekitar tanggal 15 Oktober lalu, santri pejuang menyerbu tempat-tempat pembagian warisan para Nabi alaihimussalam. Mereka mendatangi maktabah-maktabah secara berbondong-bondong, membuka kitab demi kitab ulama’ meraup ilmu yang merupakan warisan para Nabi alaihimussalam. Pagi, siang dan malam selalu akrab dengan kitab-kitab para ulama’, hingga tak terasa tubuh pun melemah merasakan letihnya perjuangan. Sejenak mata memandang ke sekeliling lemari emas penyimpan warisan para Nabi alaihimussalam, tersadar masih terlalu banyak kitab-kitab para ulama’ yang belum terbaca, menyadarkan keletihan yang hinggap bukanlah keletihan yang berarti. Masih banyak hal yang harus dilakukan dan dilakukan, senjata pena itu masih terlalu tumpul untuk menusuk mati musuh-musuh dakwah tauhid.
Begitulah, perjuangan ini memang masih jauh dan panjang, langkah kecil yang dimulai sejak dini akan memudahkan perjuangan ketika telah datang waktunya. Untuk itu bersabarlah dalam perjuangan ini, mari terus mengasah pena-pena perjuangan, wa kam min kutub al-ulama’ lam naqra’ha (berapa banyak kita-kitab karya ulama’ yang belum kita baca). Teruslah bersemangat dan ikhlaskan niat, Allah subhanahu wata’ala akan memudahkan perjuangan kita dengannya insya Allah.
Nantikan hasil karyanya!