Berharganya Ilmu Syar’i
Oleh Abu Yusuf Fakhri Bakhtiar Cirebon
Sebuah kenikmatan besar yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kepada seorang hamba adalah ketika Allah pahamkan dia terhadap agamanya. Oleh karena itu semestinya bagi para thalabatul ilmi untuk bersyukur atas nikmat yang besar ini.
Kalau saja kita mau sejenak melihat realita yang terjadi pada keumuman masyarakat. Tidak jarang yang jauh dari akhlak dan bimbingan Islam. Sebagian lagi lupa untuk apa mereka diciptakan. Di benaknya hanyalah bagaimana agar mendapatkan harta, kedudukan, jabatan, dan hal-hal dunia lainnya.
Padahal Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan di dalam al Qur’an tujuan diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah hanya kepada-Nya saja. Allah ta’ala berkata:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ
“Dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku. Aku tidak menginginkan rizki dari mereka dan Aku tidak menginginkan mereka memberi makan kepada-Ku.”[adz Dzariyat: 56-57]
Dalam ayat ini di samping Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa tujuan diciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah, Allah juga maha kaya tidak butuh dengan harta benda hamba-Nya. Bahkan para hamba-Nya lah yang sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengan sebab tujuan inilah Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus Rasul-Nya, yaitu untuk menerangkan hal-hal yang Allah syariatkan seperti tauhid, ketaatan, akhlaq yang mulia dan memperingati hal yang Allah larang seperti syirik, kemaksiatan, akhlaq yang tercela. Hal ini sebagaimana Allah berkata:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh kami telah mengutus bagi setiap umat seorang rasul agar kalian beribadah hanya kepada Allah dan menjauhi thaghut (peribadahan selain Allah).”[an Nahl: 36]
Terlebih lagi agama Islam telah sempurna, Allah telah jelaskan melalui lisan Rasul-Nya segala aspek kehidupan umatnya. Dalam hal ibadah, muamalah, adab, baik perkara yang besar seperti tauhid maupun perkara yang kecil seperti bersuci setelah buang hajat.
Namun pertanyaannya, sudahkan kita mengetahui syariat Islam? Mana saja yang Allah perintahkan dan mana yang Allah larang? Sudahkah ibadah kita sesuai dengan yang disyariatkan oleh-Nya? Apakah akhlaq kita sudah sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Dan tidak ada cara lain untuk kita mengetahui ini semua kecuali dengan mempelajari ilmu agama. Karena manusia terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berkata:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Dan Allah memberi kepada kalian pendengaran, penglihatan, dan hati agar kalian bersyukur.”[an Nahl: 78]
Di samping itu, menuntut ilmu sendiri merupakan sebuah ibadah yang mana wajib bagi setiap insan untuk melaksanakannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“menuntut ilmu hukumnya wajib atas setiap muslim.”[HR. Ibnu Majah]
Pahala yang didapat seorang penuntut ilmu amatlah besar, serta banyak keutamaan-keutamaan yang akan dia peroleh. Diantaranya adalah Allah berkata,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang yang memiliki ilmu dengan beberapa derajat.”[al Mujadilah: 11]
Sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata: “Ulama 700 derajat di atas derajatnya kaum mukminin, dan jarak antara dua derajat sejauh perjalanan lima puluh tahun.” Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan bagi seorang yang mempelajari ilmu agama baik yang disebutkan dalam al Qur’an maupun as Sunnah.