Melihat Allah

 

Oleh Abu Hudzaifah Kebumen 1B Takhossus

 

Ahlus-sunnah wal jama’ah meyakini bahwa penduduk surga akan mendapat berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik di hati manusia di dunia. Kenikmatan yang paling lezat dan paling besar di surga adalah melihat wajah Allah Ta’ala, mendengar ucapan-Nya, serta kedekatan dengan Allah Ta’ala.

 

Hal ini sebagai mana disebutkan dalam Al-Quran. Diantaranya adalah Allah Ta’ala berfirman:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, bagi mereka pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (QS. Yunus: 26)

Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya adalah memandang wajah Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan di dalam Kitab Shahih Muslim. Di mana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

” إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ “

“Ketika penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Ta’ala berkata: ‘Apakah kalian ingin tambahan?’ penduduk surga mengatakan: ‘Bukankah Engkau telah putihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah masukakkan kami ke dalam surga dan engkau selamatkan kami ke dalam neraka?’ (lalu apa lagi yang kami inginkan?), maka Allah Ta’ala membuka penutup (antara diriNya dengan mereka), (sehingga mereka melihat Allah). Dan tidaklah mereka diberi sesuatu yanglebih mereka sukai selain melihat Rabb mereka” (HR. Muslim, no: 181)

 

Allah ta’ala juga berfirman:

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

”Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya”.(QS. Qaf: 35). Tambahan tersebut adalah melihat wajah Allah Ta’ala sebagaimana dalam hadis yang telah berlalu.

Allah ta’ala juga berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ  إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS. al-Qiyamah: 22-23) Yakni orang-orang yang beriman akan melihat Rabbnya dengan mata kepala mereka di hari kiamat kelak.

 

Adapun dalil-dalil sunnah yang menunjukkan bahwa kaum yang beriman akan melihat Allah di surga nanti juga sangat banyak. Di antara dalil dari As-Sunnah (hadis) adalah:

Sebagaimana diriwayatkan dalam “Shahih Muslim”, bahwasannya Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ

“Demi Allah ta’ala, sungguh tidak ada karunia anugerah yang di berikan oleh Allah ta’ala kepada mereka (penduduk surga) paling mereka sukai selai memandanf dan melihat Rabbnya.” (HR. Muslim)

 

Para pengingkar ru’yatullah (melihat Allah)

Sebanarnya hadis yang menunjukkan akan hal ini sangat banyak sekali, dan mencapa derajat mutawatir (sebuah istilah dalam ilmu hadis untuk sebiuah hadis yang diriwayatkan oleh banyak ulama). Namun sekte sesat kelompok Mu’tazilah dan orang yang sejalan dengan mereka mengingkari aqidah ru’yah ini.

 

Sebab tersesatnya mereka adalah karena mereka tidak mempercayai hadis-hadis. Mereka hanya mengikuti akal pikiran mereka. Mereka berdalil dengan ayat-ayat yang mutasyabih (yang tersamarkan maknanya). Contohnya adalah firman Allah Ta’ala:

قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي

”Berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Allah berkata: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku.” (QS. al-A’raf: 143)

 

Menurut mereka ucapan Allah Ta’ala: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku” ini, menunjukkan tidak adanya ru’yah (melihat Allah), dan bahwasannya ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala tidak dapat di lihat.

 

Penjelasan yang benar tentang makna ayat

Mereka memahami kata “ لن“lan” (yang bermakna tidak akan), dengan peniadaan secara mutlak (selamanya tidak akan pernah terjadi). Padahal yang benar adalah penafian (peniadaan) di sini bermakna penafian (peniadaan) dengan jangka waktu tertentu. Karena dalam ilmu bahasa arab, memang demikianlah makna kata “ لن ”.

Lalu apa maksud “kamu tidak akan sanggup melihatKu” dalam ayat ini?

Maksudnya adalah bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam tidak mampu melihat Allah Ta’ala di dunia.

Dan semua makhluk juga tidak akan mampu melihat Allah Ta’ala di dunia ini. Kerana mereka lemah. Adapun di surga, Allah Ta’ala memberikan kekuatan kepada kaum mukminin agar mereka mampu melihat Rabb mereka.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala semoga kita termasuk orang-orang yang akan melihat Allah Ta’ala di surga kelak. Amin.

“Ya Allah ta’ala, aku memohon kepada Mu kenikmatan memandang kepada wajah-Mu yang mulia serta kerinduan untuk bisa bertemu dan bejumpa dengan-Mu.” (HR. An-Nasa’i dan Imam Ahmad dari sahabat Ammar bin Yasir radhiyallahu’anhu)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.