Menilik biografi singkat Abu Bakar ash-Shiddiq

 

Oleh Ishlah Lahamido Palu Takhasus 4A

 

Pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, pada kali ini kita akan menukil biografi salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sahabat yang mulia Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Nama dan nasab Abu Bakar

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi radhiyallahu`anhu.

Bertemu nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menemani beliau sejak awal diutusnya sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan “Ash-Shiddiq” (senantiasa membenarkan) dan “Atiq” (manusia yang terbebaskan dari api neraka).

Diceritakan bahwa Abu Bakar dijuluki “Atiq” karena terbebasnya beliau dari api neraka. Hal tersebut dijelaskan oleh sahabiyah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Abu Bakar adalah orang yang Allah bebaskan dari neraka.” Semenjak saat itulah Abu Bakar dijuluki dengan “Atiq”[1].

Namun para ulama sepakat atas julukan yang tepat untuk Abu Bakar adalah “Ash-Shiddiq” berdasarkan penegasan sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Allah lah yang telah menjuluki Abu Bakar melewati lisan Rasul-Nya dengan ash-Shiddiq.”

Diceritakan bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra` mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung membenarkan.

Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam al-Qur`an,

إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (at-Taubah: 40)

Aisyah, Abu Sa’id, dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”

Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya atas pasukan dzatus salasil, “Aku mendatangi beliau dan bertanya: ‘Siapa manusia yang paling engkau cintai?’ beliau bersabda, “Aisyah.” Aku berkata, “Kalau dari lelaki?” Beliau menjawab, “Ayahnya (Abu Bakar).” Aku bertanya lagi, “lalu siapa?” beliau menjawab, “Umar.” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki. (HR. al-Bukhari dalam shahihnya no. 3662)

Masa kekhalifahan Abu Bakar

Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggangi kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya kemudian masuk masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah.

Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata, “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”

Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara di hadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata: “Duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berpidato,

“Amma ba`du, barang siapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berkata,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ  مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (144)

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)

Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata, “Demi Allah, seakan-akan sahabat yang lain tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat al-Qur`an itu, tak seorangpun di antara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”

Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata, bahwa Umar ketika itu berkata, “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa Nabi benar-benar  sudah meninggal.”

Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata, “Maka orang-orang menyabarkan hati mereka sambil tetap meneteskan air mata. Lalu para sahabat Anshar berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah”. Mereka berkata, “Dari kalangan kami (Anshar) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian (Muhajirin)!” Maka Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar.

Dalam hal ini Umar berkata: “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya”. Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata, “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.”

Habbab bin al-Mundzir menanggapi, “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia, dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” usul Abu Bakar. Umar menyanggah, “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah pemimpin kami, orang yang terbaik di antara kami dan paling dicintai Rasulullah.”

Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh para sahabat. Lalu ada seorang yang berkomentar, “Kalian telah memutus (hak kepemimpinan) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar menjawabnya: “Allah yang telah memutusnya.” (HR. al-Bukhari dalam shahihnya no. 3668)

Menurut ulama ahli sejarah, Abu Bakar sebelumnya menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata: “Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga beliau berkata, “Tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.

Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin.

Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. Beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar), “Ini putramu (telah datang)!”

Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menderumkan untanya. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum menderum dengan sempurna sambil berkata: “Wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar: “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata, “Wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar menjawab, “Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.”

Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim? Tanya Abu Bakar. Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang justru menyanjung Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

Wafatnya Abu Bakar

Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil Awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah.

Umar menyalati jenazahnya di antara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah. [2]

 

[1] Dikeluarkan oleh al-Imam al-Hakim di dalam Mustadraknya jilid 2 hal  450.

[2] Lihat: Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir dan Shifatush Shofwah karya Ibnul Jauzi. Tahdzib Syarh ath-Thahawiyah, al-Kabaa`ir karya adz-Dzahabi.

Mungkin Anda juga menyukai

2 Respon

  1. mars berkata:

    Bismillah..
    Ada salah ketik untuk kalimat terakhir pada alenia yg terdapat kalimat (“Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata, bahwa Umar ketika itu berkata, “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, ……..)

    • Admin 3 berkata:

      Benar,

      Mohon maaf atas kesalahan dari kami dan ketidaknyamanan dalam membaca.

      Masukan dan koreksi selalu kami nanti.

      Semoga menjadi sebab berkembang dan majunya situs sederhana ini.

      Jazakumullahukhairan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.