Muhadharahah Menjelang Tahun Baru

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Dua malam terakhir ini, masjid di ma’had kami tetap ramai oleh santri walau jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Jika tidak ada kegiatan, biasanya yang tersisa di masjid hanyalah petugas piket yang masih merapikan meja, beberapa santri yang masih kuat murajaah, atau sebagian mereka yang sedang salat witir sebelum beranjak tidur.

Malam ini, bahkan jam sudah menunjukkan pukul 9.34, namun petugas piket malah baru mulai menjalankan tugasnya. Karena memang setengah jam lalu -waktu seharusnya mereka mulai menjalankan tugas piket- mereka masih duduk manis di sebuah majlis ilmu, kajian akidah Islam bertajuk “Jangan Kau Pertaruhkan Hidupmu untuk Nataru (Natal dan Tahun Baru).”

Malam ini adalah sesi kedua dari muhadharah tersebut. Sesi pertamanya berlangsung pada malam sebelumnya, tepat pada tanggal 24 Desember 2021 M, di saat orang-orang di luar sana justru sedang merayakan Malam Natal.

Ruang Siaran Muhadharah

Ruang Siaran Muhadharah

Latar Belakang Muhadharah

Tidak lain yang melatar belakangi diadakannya muhadharah tersebut adalah, sebagai bentuk kepedulian terhadap kaum muslimin. Agar mereka tidak terjatuh pada keekstreman dalam menyikapi perayaan Natal Kaum Nasrani, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.

Ya, kita tidak boleh ekstrem kiri seperti kaum liberalis, yang membolehkan muslimin untuk ikut serta dalam perayaan natal, mengucapkan selamat natal, atau minimalnya ikut bergembira dengan perayaan tersebut. Karena pada hakekatnya, mereka (kaum Nashara) pada hari itu merayakan hari kelahiran Nabi Isa yang mereka klaim sebagai Tuhan atau Anak Tuhan.

 

Keyakinan ini adalah keyakinan kufur, yang kata Allah:

تَكَادُ السَّمٰوٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْاَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ۙ اَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمٰنِ وَلَدًا ۚ

“Hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu), karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.” (QS. Maryam: 90-91)

Maka dengan mengikuti perayaan tersebut, secara tidak langsung kita telah mendukung keyakinan kufur mereka.

 

Di sisi lain, kita juga tak boleh ekstrem kanan, seperti para teroris yang melakukan tindakan anarkis saat perayaan natal. Mereka menyangka sedang melarang dari kemungkaran, namun malah terjatuh pada kemungkaran.

Karena, Islam melarang perbuatan zalim kepada siapa pun. Justru, Islam membolehkan untuk berbuat baik kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin. Sebagaimana kata Allah:

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah: 9)

 

Tim Transkrip Muhadharah

Seusai salat isya, muhadharah langsung dimulai. Sejak sebelum magrib, para santri sudah siap menghadirinya. Makan malam mereka segerakan, salat mereka persingkat, tempat muhadharah juga mereka siapkan.

Seperti biasa, para santri selalu terlibat dalam menyelenggarakan kegiatan seperti ini. Di antaranya adalah sebagai tim transkrip. Saat muhadharah berlangsung, mereka tidak hadir di masjid, melainkan di ruang Tasjilat yang berada di arah kiblat menempel dengan dinding masjid.

Transkrip Selama Kajian Berlangsung

Transkrip Selama Kajian Berlangsung

Dengan headset yang terpasang di telinga, mereka berjuang mengkonversikan audio muhadharah ke dalam teks yang dapat terbaca dengan bantuan software khusus. Terdiri dari 4 orang, tim itu berbagi tugas. Satu orang sebagai operator software, dua orang sebagai editor langsung, dan satu orang fokus mengisi ayat dan hadis dalam bahasa Arab.

Mata mereka fokus menatap layar monitor, sementara jari mereka lincah bergerak di anatar puluhan tombol keyboard. Berkejaran dengan muhadharah yang terus berlanjut. Mereka mempekerjakan tiga indra sekaligus dalam satu waktu dan semuanya membutuhkan konsentrasi tinggi.

 

Semoga perjuangan tersebut tercatat sebagai pahala di sisi Allah. Karena mereka telah berusaha untuk turut berkontribusi dalam menyebarkan ilmu agama ini.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.