Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Sang Utusan

 

Oleh Ridho Murtadho Sidoarjo, Takmili

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dikenal oleh kaumnya dengan sifat amanah, jujur, dan pemikiran lurus yang berpaling dari kehidupan jahiliah. Beliau tidak meminum arak, tidak sujud kepada berhala, dan tidak bersumpah atas nama sesembahan selain Allah.

Beliau juga lebih suka menyendiri untuk beribadah dan bertadabur (merenungkan kehidupan) di gua Hiro’ selama beberapa hari yang terhitung. Semua ini sebelum beliau diutus sebagai Rasul.

Tatkala umur beliau mencapai 40 tahun, turunlah kepadanya wahyu. Tidaklah beliau bermimpi, kecuali akan datan kebenarannya bagaikan sinar pada waktu subuh. Dan ini adalah mimpi yang benar. Inilah permulaan wahyu dimulai.

 

Ayat Pertama yang Turun

Pada hari Senin di bulan Ramadan, Jibril ‘alaihis salam datang pertama kali kepadanya di gua sambil berkata: “Bacalah!”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Aku tidak bisa membaca.”

Kemudian Jibril mendekapnya kembali sampai terasa lelah dan sesak, lalu Jibril melepaskannya dan berkata: “Bacalah!” Nabi menjawab: “Aku tidak bisa membaca.”

Kemudian Jibril mendekap beliau untuk ketiga kalinya, kemudian berkata kepadanya:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

“Bacalah, dengan nama Rabbmu yang Maha Menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-Alaq: 1-2)

 

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dalam keadaan menggigil, hingga masuk ke dalam rumah Khadijah dan berkata: “Selimuti aku! Selimuti aku!”. Khadijahpun menyelimuti beliau sampai rasa takut itu menghilang, lalu beliau menyampaikan apa yang terjadi kepada istrinya.

Kemudian mereka berdua pergi kepada keponakan Khadijah, Waraqah bin Naufal yang memiliki pengetahuan tentang agama Nasrani. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada Waraqah bin Naufal tentang apa yang terjadi, akhirnya dia menjawab: “Sesungguhnya itu adalah malaikat yang turun kepada Musa.”

Ayat di atas adalah yang pertama kali turun dalam al-Qur’an.

 

Turunnya Ayat Yang Kedua

Beberapa waktu kemudian, wahyu terputus untuk beberapa saat lamanya. Maka Nabi pun sangat bersedih, sampai turun kepada beliau surat al-Mudatsir. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai menyeru manusia untuk menauhidkan Allah dan memperingatkan dari kesyirikan.

Manusia pertama yang beriman dengan ajakan beliau dari kalangan wanita adalah Khadijah, dan dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakr. Adapun dari para pemuda adalah Ali bin Abi Tholib, dan dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah.

Sedangkan yang termasuk dalam orang yang pertama-tama masuk Islam adalah keluarga Abu Bakr, Sa’ad bin Abi Waqqash, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, dan Khalid bin Sa’id bin al-Ash radhiyallahu ‘anhum.

 

Tahapan-Tahapan Dakwah

  1. Dakwah secara sembunyi

Setelah Allah Ta’ala menurunkan ayat-Nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ

“Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berikanlah peringatan.” (QS. Al-Mudatsir: 1-2)

Maka beliau memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi dari orang-orang yang beliau percayai, dan ini berjalan selama tiga tahun.

 

2. Dakwah secara terang-terangan

Beliau diperintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan ketika turun firman Allah Ta’ala:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Berilah peringatan kepada kerabat-kerabat dekatmu.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

 

Kemudian Nabi mendaki bukit Shafa dan berseru: “Waa shobahah.” Maka orang-orang Quraisy berkumpul kepadanya, lalu beliau bersabda: “Wahai Bani Fulan, wahai Bani Abdi Manaf, wahai Bani Abdil Muthalib. Apa pendapat kalian jika aku kabarkan kepada kalian bahwa pasukan berkuda telah keluar dari kaki bukit ini? Apakah kalian akan membenarkanku?”

Mereka menjawab: “Engkau bukanlah orang pendusta dari kalangan kami.”

Lalu beliau berkata: “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian dari azab pedih yang ada di hadapan kalian.” Maka bangkitlah paman beliau Abu Lahab seraya berkata: “Celaka engkau, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?” Maka turunlah ayat:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

“Binasalah Abu Lahab, binasalah dia.” (QS. Al-Masad: 1)

 

Penutup

Demikianlah kisah ringkas awal kali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat wahyu. Mulai dari beliau diperintahkan untuk berdakwah secara sembunyi-sembunyi, hingga terang-terangan menjelaskan tauhid dan memperingatkan dari bahaya syirik. Wallahu ‘alam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.