Ngerinya azab neraka
Oleh Luqman Hamzah Takhasus
Belum berlalu potongan malam terakhir menghilang di ufuk barat, yang hanya menyisakan biasan rembulan dan segelintir bintang. Siangpun datang menggatikan. Muncullah sang surya menebarkan cahaya, lalu semakin meninggi untuk menghangatkan bumi.
Manusia mulai beranjak dari pembaringannya untuk bangkit mengawali aktivitas hariannya. Seragam dan dasipun dikenakan dengan rapi, tak lupa sepatupun ikut mengiringi setiap langkah kaki. Berjalan melangkah, menata masa depan, kata mereka. Demi merebut dunia dan berharap akan hasil manisnya. Masing-masing sibuk dengan aktivitas dunianya.
Suara di sudut ruangan
Namun pada waktu yang sama, dibalik riuh rendahnya suara denyut nadi kehidupan ini, terdengarlah ucapan yang mantap seperti memberikan ancaman, “Neraka adalah tempat yang Allah Tabaraka Wa Ta`ala persiapkan untuk orang-orang kafir.”
Ya, ucapan ini bersumber dari salah satu ruang kelas di sebuah Pondok. Aktifitas KBM di dalamnya baru saja berlangsung bersamaan dengan dimulainya berbagai kegiatan yang bersifat duniawi di luar sana.
Kembali kepada ucapan tadi, yang kemudian dilanjutkan,“Hawanya sangat panas, alat pemukulnya dari besi. Dasar jurangnya sangat dalam. Apabila batu dilempakan ke dalamnya, maka akan mencapai dasarnya dalam kurun waktu 70 tahun. Dan bebatuan senantiasa akan dilemparkan ke neraka hingga penuh.”
Tampaknya sang pembicara menjelaskan tentang neraka dan sebagaian sifat-sifatnya. Sang pembicara terebut adalah seorang mudarris (guru) di lembaga Takmili, sedangkan di hadapannya adalah para santri Takmili di salah satu ponpes yang terletak di Jawa Timur. Mereka sangat antusias menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh mudarris mereka.
Materi pelajaran
Kali ini materi yang dibahas bersangkutan dengan neraka, sifat-sifatnya, para penghuninya serta adzab yang diterima oleh mereka. Sebuah tema yang berisi tentang kengerian neraka dan kesengsaraan para penduduknya. Sudah barang tentu, setiap kalimat yang dibawakan padanya telah berlandaskan al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak ayal, tema semacam ini membuat para santri itu lebih terfokus daripada biasanya.
Berbagai penggambaran dihadirkan. Setiap kali melewati suatu alinea yang berbicara tentang kondisi para penduduk neraka, seperti bagaimana mereka diikat, dirantai, dibelenggu, dihantam, diseret dan lain sebagainya. Tangan pun ikut beraksi mempermisalkan, sampai seakan-akan para penduduk neraka tersebut dihadirkan lalu disiksa di hadapan mereka.
Suasana kelas hening dan agak menegang, tak ada satupun yang tersenyum. Masing-masing santri tampak serius menatap teks bacaan yang ada di hadapannya, pendengaranpun fokus menyimak kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf yang dibacakan kepada mereka. Bulu kuduk merinding, rasa takut pun muncul.
Di lain waktu, salah satu tholib (santri) yang ikut hadir menceritakan perasaannya ketika itu kepadaku. “Yang paling terasa ngeri bagi ana itu pas mereka tangannya dibelenggu ke leher, kakinya dirantai ke ubun-ubun lewat belakang, sudah kayak gitu diseret lagi!! Gak bisa dibayangkan bagaimana rasanya. Nau’udzubillahi minan naar.”
Rupanya yang dibaca oleh mudarris tersebut adalah teks yang tertera di dalam modul qiro’ah. Yang merupakan salah satu modul pelajaran di jenjang lembaga takmili. Sebenarnya tujuan inti dari modul ialah untuk melancarkan dan membiasakan lisan santri dalam membaca bahasa Arab. Maka dari itu, disusunlah berberapa teks bacaan Arab di dalamnya. Namun apa salahnya jika mereka turut menyelami makna yang terkandung di dalamnya. Apalagi makna yang dikandungnya tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun terjemahan teks itu adalah:
“Neraka adalah tempat yang Allah Ta’ala sediakan untuk orang-orang yang kafir, hawanya sangat panas, alat pemukulnya dari besi, dasar jurangnya dalam, sampai-sampai batu besar apabila dilemparkan ke dalamnya maka akan membutuhkan waktu 70 tahun agar bisa sampai pada dasarnya. Bebatuan akan senantiasa dilemparkan ke neraka hingga penuh.
Pada hari kiamat nanti, neraka akan didatangkan dengan tujuh puluh ribu tali kekang. Setiap tali kekang ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat. Panas api dunia hanya sepertujuh puluh dari panas api neraka. Di dalam neraka terdapat ular-ular sebesar leher unta serta kalajengking sebesar keledai. Apabila salah satu dari hewan tersebut menyengat dengan satu kali sengatan, niscaya pedih racunnya akan terasa selama empat puluh tahun.
Pakaian mereka adalah baju yang terbuat dari api. Makanan mereka buah zaqqum. Minuman mereka air panas serta nanah bercampur darah. Seandainya sedikit saja dari zaqqum mencemari dunia, maka akan rusak kehidupan penduduk bumi. Lalu bagaimana dengan seorang yang makanannya adalah zaqqum, ia makan sampai penuh perutnya? Kemudian minum dari air yang sangat panas. Jika air panas tadi didekatkan ke mulutnya, kulit wajahnya mengelupas, apabila diminum, melelehlah isi perutnya. Lalu mereka dihantam dengan alat pemukul dari besi maka bergeserlah seluruh persendian dari tempatnya.
Tangan mereka dibelenggu ke leher dan kaki mereka disatukan dengan ubun-ubun dari arah belakang menggunakan rantai. Tak pelak, adzabpun mereka terima pada wajah-wajahnya. Tak sanggup untuk berlindung dengan tangan. Lalu mereka diseret dengan wajah tersungkur.
Mereka meminta kepada para penjaga jahannam yang keras lagi kasar wataknya. Agar mereka berdo’a kepada Allah Ta’ala untuk meringankan adzab walau sehari saja. Maka para malaikat tersebut menjawab, ”Bukankah telah datang kepada kalian para rasul dengan membawa penjelasan?” ”Tentu.” jawab mereka. Lalu para malaikat membalas lagi, ”(kalau begitu) silahkan berdo’a. Tidaklah orang-orang kafir melainkan sia-sia (tidak dikabulkan dan tidak diterima).”
Mereka juga memanggil, “Wahai malaikat Malik, tolong mintakan untuk kami agar Rabbmu mematikan kami saja.” Maka ia menjawab, “Kalian kekal di sini.” Lalu merekapun berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, memelas dan meminta: “Wahai Rabb kami, kelurkan kami dari sini. Apabila kami kembali bermaksiat, sungguh kami adalah orang-orang yang dzolim.” Allahpun menjawab: “Hinalah kalian di neraka dan jangan lagi kalian ajak bicara Aku!’ Saat itu berputus asalah mereka dari segala kebaikan. Yang mereka lakukan hanyalah berteriak dan menjerit seperti keledai dan meminta agar dibinasakan dan dimusnahkan. (selesai)
Jangan merasa aman dari adzab Allah
Saudara-saudaraku yang semoga dilindungi dari adzab neraka. Lihatlah keputusasaan mereka. Lihatlah makanan dan minuman mereka. Lihatlah keadaan mereka ketika diadzab. Itulah ancaman bagi setiap orang yang membangkang. Itulah neraka yang disediakan bagi setiap pelaku maksiat.
Walaupun kita sebagai seorang muslim, kita tidak boleh merasa aman dari adzab neraka. Siapa yang selamat dari perbuatan dosa dan maksiat? Siapa yang menjamin bahwa amal sholehnya diterima di sisi Allah Ta’ala? Sementara Allah menegaskan di dalam al-Qur’an:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)
Siapa pula yang dapat menjamin kejujuran dan ketulusan hatinya ketika beribadah? Siapa yang menjamin keselamatan dirinya dari penyimpangan dan badai fitnah yang kian merajalela seperti di zaman ini? Tidak ada jaminan sama sekali bagi kita semua. Apalagi kita tidak tahu kalimat apa yang terakhir kita ucapkan di kala maut menjemput?
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
“Wahai Rabb kami, jauhkanlah kami dari adzab neraka. Sesungguhnya adzab jahannam itu merupakan kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqan: 65)
Semoga Allah menjauhkan kita dari adzab neraka dan memudahkan kita untuk menjalani sebab-sebabnya. Amin