Pak Basman, Sosok Penuh Ketulusan

Gambar. Salah satu gambaran medan jalan yang harus ditempuh menuju Sukamade
Informasi ketinggian air sungai selalu disampaikan oleh Pak Basman kepada kami, Tim Medis PKL Ma’had Minhajul Atsar unit Sukamade. Info tersebut sangat penting bagi kami. Sebab, hari itu kami akan melakukan kunjungan periksa (home visit) ke beberapa dusun di sekitar Sukamade, terutama dusun yang berada di seberang sungai.
Pak Basman begitu aktif dan kooperatif dengan tim medis. Beliau libur dari pekerjaan kebun dan rela mengantarkan kami ke pelosok-pelosok dusun. Padahal, pak Basman saat itu tengah sakit.
Rupanya, sakitnya badan tak dirasakan oleh pak Basman. Beliau tetap kekeh untuk mengantar kami, sekaligus sebagai mediator dengan warga yang terkadang pakai bahasa Madura. Sementara kami tidak fasih berbahasa penduduk pulau garam itu. Saya sendiri sedikit kosakata Maduranya.
Dengan sabar pak Basman mengantar kami. Di atas mobil troper 4 X 4 kami mengobrol selama perjalanan. Banyak hal yang diceritakan pak Basman kepada kami tentang seluk-beluk Sukamade dan penduduknya.
Sepanjang jalan kami diperlihatkan hewan-hewan eksotis hutan. Mulai dari ayam alas hingga burung rangkok. Untuk banteng, kami agaknya kurang beruntung. “Terlalu siang,” kata pak Basman.
Saat kami hendak menuju dusun Sumberlangsep, mengunjungi warga sakit, tiba-tiba mobil troper kami terperosok. Lumpur dalam betul-betul membuat roda mobil kebanggaan pondok kami itu tidak berkutik.
Dengan cekatan, pak Basman turun dari mobil. Beliau langsung mengelilingi mobil dan memeriksa. Dahan, ranting dan batu dicarinya untuk menyiasati agar mobil tua kami keluar dari kubangan lumpur.
Mobil mengaum keras. Ia mengerang-ngerang layaknya meminta tolong. Tak ayal, anak-anak muda kampung Sukamade berdatangan. Mereka tahu mobil tim medis butuh bantuan.
Setelah dicek, ternyata velg roda mobil pecah. Roda miring. Baut-baut telah lepas dari rumahnya. Kini, baut hanya tersisa dua. Itupun yang satu sudah aus. Memang, medan Sukamade yang berat menjadikan mobil harus bekerja keras. Resikonya, roda kami harus diganti. Sedangkan roda satunya sudah bocor terkena batu-batu licin jalan terjal Sukamade.
Namun begitu, pak Basman terus menyemangati. Kami mengurungkan niat ke Sumberlangsep. Dengan pertimbangan medan yang lebih berat, apalagi mobil sudah tidak layak.
Akhirnya, dengan keadaan memaksa, mobil kita bawa kembali. Kebetulan ada bengkel. Bengkel di kampung Sukamade lumayan banyak. Sebab, ada beberapa warga yang punya truk untuk digunakan keperluan perkebunan PT.
Tim medis lebih memilih bertugas di BP (Balai Pengobatan). Sore hari tak mungkin ke dusun-dusun sebelah. Sebab, hari sudah mendung. Dan dikhawatirkan sungai akan meluap. Tentunya atas rekomendasi pak Basman, informan air sekaligus pemandu kami.
Singkat cerita, begitu baksos medis selesai, kami segera pamit ke warga, termasuk pak Basman. Dengan mata berkaca-kaca, pak Basman berkata, “Saya pikir masih besok! Ada rencana malam ini saya mau mancing oling (belut raksasa) untuk kita bakar bersama.”
“Tidak, pak. Terima kasih!” Jawab kami.
Belum terima dengan jawaban kami, pak Basman menimpali, “Pokoknya, sampeyan harus ke sini lebaran nanti.”
Sore itu, perpisahan kami dengan pak Basman. Sosok warga yang penuh dengan ketulusan. Yang membuat hati kami bahagia, saat ia siap meninggalkan rokok dan akan tekun shalat.
Jazakumullahukhairan pak Basman. Semoga Allah membalas jasa Anda saat memandu kami keliling desa. Kami tidak mampu membalas jasamu.