Pangkal kerusakan akal dan akhlak
Oleh Dawud Malang Takhasus
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya al-Fawaid halaman 143 bahwa pangkal segala perangai yang tercela ialah sombong dan pesimis atau kehinaan. Adapun pangkal segala perangai yang terpuji adalah kekhusyuan dan tingginya cita-cita.
Sebab kesombongan
Diantara sifat tercela yang timbul disebabkan karena sifat sombong adalah bangga diri, kagum dengan dirinya, dengki, dzalim, kerasnya hati, enggan untuk menerima nasehat, suka memonopoli, berusaha mencari posisi, suka dengan kepemimpinan, ingin dipuji dengan sesuatu yang tidak ia kerjakan.
Sebab pesimis dan kehinaan
Adapun sifat bohong, khianat, ingin dipandang oleh manusia, suka berbuat tipu daya, suka menipu, tamak terhadap dunia, ketakutan, bersikap pelit, merasa lemah, malas, tunduk kepada selain Allah Ta`ala, mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik, dan semisalnya. Semua itu bersumber dari kehinaan dan sikap pesimis.
Sebab sifat khusyuk dan optimis
Adapun akhlak mulia seperti sabar, pemberani, sportif, menjaga wibawa dan harga diri, dermawan, lemah lembut, pemaaf, selalu memberikan udzur, selalu berbuat itsar (mengutamakan orang lain), menjaga diri dari perkara-perkara yang rendah, tawadhu (rendah hati), merasa cukup, bersikap jujur, membalas kebaikan dengan kebaikan semisal atau lebih utama, lalai dari kesalahan orang lain, tidak menyibukkan diri dengan perkara yang tidak penting, dan kalbu yang selamat dari segala perangai yang buruk dan semisalnya. Semua itu muncul dan lahir dari sifat khusyu` dan tingginya harapan.
Permisalan dalam al-Qur’an
Allah Ta`ala mengabarkan tentang bumi yang kering kemudian diturunkan air di atasnya sehingga menjadi subur dan dapat diperoleh keindahan serta keelokannya, dan segala yang diciptakan darinya.
Adapun api sifatnya adalah merusak kemudian padam dan menjadi sesuatu yang hina dan segala yang diciptakan darinya akan selalu panas jika ia berkobar. Namun menjadi rendah jika ia telah padam. Akhlak yang buruk dipermisalkan dengan api, adapun akhlak yang mulia ibarat bumi. Barang siapa yang tinggi cita-citanya dan khusyu, maka ia telah berperangai dengan perangai yang mulia. Namun jika rendah cita-citanya dan jiwanya selalu menentang, maka ia telah bersifat dengan sifat yang buruk.
Mudah-mudahan Allah karuniakan kepada kami dan kalian akhlak yang mulia dan melindungi dari akhlak yang buruk. Amin