Panitia zakat santri, sekian manfaat yang didapat
Oleh Tim Reportase Santri
Walaupun kisah ini terjadi di akhir Ramadhan, namun tidak basi untuk diceritakan kembali. Sebuah kisah yang selalu mengajari kami untuk bersyukur kepada Allah kemudian berterima-kasih kepada asatidzah yang telah mengajari kami banyak hal di luar ilmu agama; seperti belajar bertaawun, mengorganisir sebuah kegiatan dan memenej-nya. Ya, di antaranya melalui panitia zakat fitri tahun 1442 H.
Melalui giat ini, kami diajari oleh asatidzah untuk mengemban sebuah tugas dari awal hingga akhir, dari pembukaan hingga penutupan, dari perencanaan hingga pertanggung-jawaban, dari alif sampai ya’ dan dari min sampai ila. Dimulai dari adanya rapat pembagian tugas, pembuatan draft yang dibutuhkan, hingga belajar bagaimana mengatur sebuah kegiatan agar bisa berjalan dengan baik. Kalau di umum sering dibahasakan dengan bagaimana menjadi sebagai EO yang baik, Event Organizer – penyelenggara sebuah kegiatan.
Maka, melalui tulisan ini, kami mengucapkan syukur dan penghargaan kami kepada asatidzah, ikhwan dan kakak kelas yang telah membimbing kami sehingga kami bisa mendapatkan banyak pengalaman dalam mengelola sebuah kegiatan. Sebenarnya, bukan hanya di kepanitiaan zakat saja pengalaman itu kami dapat. Melalui kegiatan Ramadhan, kegiatan Syawwal, kegiatan shalat Id, kegiatan Idul Adha, kegiatan ujian bulanan, bahkan kegiatan mas-uliyyah santri, nasyath santri, dll.
Sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang hamba untuk menunaikan setiap apa yang Allah Ta’ala wajibkan atasnya. Tak lepas pula hak sesama yang harus dipenuhi oleh seorang hamba, berupa zakat fitri. Tak terasa, beberapa hari yang lalu kita masih berada di bulan Ramadhan, bulan penuh ampunan, bulan penuh barakah serta bulan yang amalan kebaikan dipermudah untuk diamalkan padanya.
Namun, waktu terus berjalan, hari demi hari terus bergulir, yang mengharuskan kita untuk berpisah dengan bulan yang penuh barakah itu. Semoga Allah Ta’ala menerima seluruh amal ibadah kita, ta’awun kita, serta amal-amal kebaikan yang kita lakukan pada bulan tersebut. Semoga Allah Ta’ala mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan berikutnya. Amin ya mujiibas saailiin
Pengalaman pertama
Sebagaimana yang telah diketahui oleh kaum muslimin pada umumnya, bahwa di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, mereka diwajibkan untuk membayar zakat fitri bagi yang mampu. Yang mana zakat tersebut akan disalurkan kepada fakir miskin dari kalangan kaum muslimin.
Tepat pada tanggal 25 Ramadhan 1442 H, kami diberi amanah oleh Tim Kantor Takhosus untuk menjadi panitia zakat. Ini merupakan pengalaman pertama bagi kami dalam mengemban amanah ini. Namun, walhamdulillah tim kantor sedikit memberikan gambaran dan teknis berjalannya kepanitiaan ini sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya.
Tugas kami di panitia zakat fitri
Di antara yang menjadi tugas kami adalah menginformasikan kepada seluruh santri terkait pembayaran zakat. Yaitu, dengan mendaftarkan nama mereka serta membayar sesuai harga beras yang telah ditentukan oleh panitia pertiga kilonya. Kemudian dana zakat dari seluruh santri itu kita kumpulkan dan setelah itu baru dibelikan beras.
Ternyata tidak sebatas dari para santri, kami juga menerima zakat dari para ikhwan kavlingan. Di antara mereka ada yang langsung menyerahkan beras kepada kami, ada juga yang lewat perantara Maqshof (koperasi). Adapun penerimaan zakat secara langsung dimulai pada tanggal 29 Ramadhan. Kami mulai melayani pembayaran zakat pada jam 09:00 WIB – 11:00 WIB, dan dilanjutkan sore hari ba’da ashar hingga jam 17:00 WIB. Alhamdulillah, hari pertama kami berjaga, banyak dari ikhwan kavlingan yang membayar zakat.
Setelah beras dari ikhwan terkumpul banyak, kami jadikan satu di Masjid bagian belakang. Pengumpulan beras kami bagi menjadi tiga; beras zakat dari santri, ikhwan kavlingan secara langsung, dan yang melalui Maqshof. Yang demikian agar mudah saat mencocokan antara beras yang ada dengan catatan beras itu sendiri.
Dana yang terkumpul dari para santri, kami gabungkan dan dibelikan beras dengan timbangan 5 kg. Adapun dari para ikhwan, sebagian mereka ada yang menyerahkan langsung 5 kg, ada juga yang 25 kg. Maka beras yang beratnya 25 kg kami bagi lagi menjadi 5 kg, agar mudah dalam mendistribusikannya.
Masalah bukan alasan untuk menyerah
Pernah suatu ketika data zakat tidak sesuai dengan jumlah beras yang terkumpul. Sehingga Kami merasa bahwa kami telah salah dalam mendata. Kamipun mengulangi dalam mengitung, mendata dan mengecek, namun tetap saja hasilnya nihil. Kami terus berusaha mencari dan mencari, di mana letak salahnya? Seluruh pikiran telah kami curahkan, waktu tidur kami korbankan.
Ya, bukan waktu yang sebentar. Tapi, karena kami merasa ini bukan harta sendiri, ini harta umat, jadi kami tidak ingin melalaikannya. Hingga akhirnya, berkat pertolongan Allah Ta’ala kemudian ketelitian dan kesabaran dua kawan kami, jalan keluarpun kami temukan. Alhamdulilah, semua ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, agar lebih berhati-hati dan lebih teliti lagi kedepanya.
Tugas terakhir kami
Di hari ke-30 Ramadhan, kami menjumlah seluruh beras zakat yang ada untuk disetorkan kepada pengurus yang siap mendistribusikannya ke masyarakat. Malam itu, yang merupakan malam ‘Ied, kami menunggu intruksi untuk memindahkan beras yang siap didistribusikan dari masjid ke pos jaga. Kemudian diangkut kedalam mobil ikhwan luar agar disalurkan ke pihak yang berhak menerimannya, alhamdulillah tugas kami bisa selesai pada malam itu.
Oiya, dalam menjalankan tugas ini, kami dibimbing oleh beberapa mudarrisin dan ikhwan yang ditunjuk untuk menjadi penanggung-jawab giat zakat fitri. Kami melihat bagaimana beliau-beliau sangat antusias dalam memberikan bimbingan dan bagaimana semangat mereka dalam bertaawun. Kesungguhan, perjuangan, pengorbanan mereka adalah pelajaran tersendiri bagi kami, para santri.
Akhir kata
Diakhir tulisan ini kami -selaku panitia zakat tahun 1442 H/2021 M- hanya bisa mengucapkan jazakumullahu khairan katsiiran kepada seluruh asatidzah dan tim kantor yang telah ber-husnudzan kepada kami untuk diamanahi menjalani amanah ini.
Banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa kami petik dari perjalanan selama mengemban amanah ini. Kami diajari untuk saling mengerti, mengalah, dan memafkan. Kami juga diajari bahwa masalah bukan alasan untuk menyerah dan berhenti, tapi jadikan ia sebagai tantangan yang mendongkrak jiwa kita ini. Semoga Allah Ta’ala menerima seluruh amalan kebaikan dan ta’awun kita. Amin Ya Rabbal ‘alamiin