Perangai Takwa dalam Ibadah Puasa
Puasa merupakan jalan untuk meraih predikat takwa sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Memang demikianlah, pada ibadah puasa terdapat beberapa sikap, perilaku, dan perangai yang mencerminkan ketakwaan. Beberapa pernagai tersebut di antaranya:
Pertama, seorang yang berpuasa meninggalkan segala yang diharamkan oleh Allah ketika berpuasa (pembatal puasa), yaitu makan, minum, dan yang lainnya, padahal jiwa ini cenderung senang kepada hal-hal tersebut. Seorang yang berpuasa meninggalkan itu semua semata-mata karena Allah (lillahi ta’ala), ia berupaya mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap limpahan pahala dari-Nya. Ini adalah perangai takwa.
Kedua, dengan berpuasa, seorang akan melatih jiwanya untuk senantiasa muraqabatullah (sikap merasa diawasi oleh Allah). Ia tinggalkan segala yang disenangi oleh hawa nafsunya padahal ia mampu untuk melakukannya. Ia tinggalkan itu semua karena tahu bahwa Allah mengawasinya. Walaupun orang lain tidak tahu kalau ia makan di siang hari Ramadhan misalnya, namun Allah mengetahuinya. Bisa saja seseorang yang berpuasa, secara sembunyi-sembunyi ia makan dan minum tanpa sepengetahuan orang lain. Orang lain pun tetap menilai ia seang berpuasa. Namun karena dirinya tahu bahwa Allah mengawasainya, maka ia pun tinggalkan makan dan minum. Inilah salah satu wujud muraqabatullah.
Ketiga, puasa itu mempersempit jalan setan di tubuh manusia. Ketahuilah bahwa setan itu berjalan dalam tubuh manusia sesuai dengan aliran darahnya. Rasulullah bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ.
“Sesungguhnya syaithan berjalan di dalam tubuh manusia sesuai dengan aliran darah.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Puasa akan melemahkan pengaruh setan pada diri seseorang, sehingga perbuatan maksiat akan terminimalisir. Nampak bahwa di bulan puasa kecnderungan untuk berbuat maksiat berkurang.
Keempat, seringkali amal ketaatan seorang yang berpuasa itu bertambah. Dan ini banyak kita saksikan. Di mana-mana masjid diramaikan dengan shalat berjama’ah, qiyamullail (shalat tarawih), tadarus Al-Qur’an, ceramah-ceramah, dan kajian intensif keagamaan. Tanpa dilombakan, kaum muslimin dengan sukarela berlomba-lomba mengeluarkan infaq dan shadaqahnya. Tentu ini semua juga merupakan perangai takwa.
Kelima, ketika orang yang kaya berpuasa, ia akan merasakan beratnya rasa lapar. Ia merasakan penderitaan yang biasa dirasakan oleh fakir miskin. Sehingga keadaan seperti ini akan bisa mendorongnya untuk membantu kalangan papa dan sengsara itu. Tidak diragukan juga bahwa ini merupakan perangai takwa.
Sumber Taisirul Karimir Rahman dengan tambahan keterangan seperlunya.