Perjalanan PKL Sukamade Penuh Pelajaran
Bersyukurlah! Wahai Penuntut Ilmu
Hari Kamis, pertengahan November 2019, Tim PKL-SPN Unit Sukamade mengadakan tasliyah ke Teluk Permisan. Alhamdulillah, dengan kemudahan dari Allah Ta’ala kemudian bantuan dari petugas Taman Nasional Merubetiri (TNMB), kami bisa sampai ke Teluk Permisan dengan selamat.
Di malam harinya, di keheningan malam Teluk Permisan dengan ditemani api pemanas dan kompor portable, salah satu petugas TNMB bernama Mas Sholi berkisah tentang masa lalunya. Beliau sering mengingatkan kami untuk bersyukur dengan kenikmatan, karena kami telah menempuh jalan yang mulia, yaitu mondok (menjadi santri).
Mas Sholi bercerita tentang perjalanan hidupnya, “Saya dulu diminta orang tua untuk mondok, tapi saya tidak mau. Setelah saya beranjak dewasa dan berkeluarga, saya baru menyesal karena tidak mondok.”
Beliau melanjutkan, “Karena orang yang telah berkeluarga dituntut untuk terjun ke masyarakat, kalau kita tidak punya ilmu maka akan bingung tidak karuan. Saya punya teman, dulu mondok kemudian setelah lulus, dia kerja sama saya. Tapi gaji yang dia dapat jauh lebih banyak daripada saya. Kenapa? Karna dia memiliki hafalan al-Quran.”
Karena sebab ini, beliau sering mengingatkan kepada kami untuk banyak-banyak bersyukur. Kami juga mengambil banyak manfaat dari kegiatan PKL, yaitu betapa besarnya kenikmatan belajar ilmu agama yang sangat sedikit sekali dari manusia yang menyadarinya.
Wahai saudaraku, seorang yang tidak mengetahui ilmu agama dan memandangnya hanya dengan kacamata dunia, mereka juga menyadari bahwa ilmu agama akan mengantarkan pelakunya ke derajat yang mulia.
Lantas bagaimana dengan kita yang telah menghafal ilmu? Baik dalam al-Qur’an maupun sunnah, maka harus lebih semangat dalam mempelajarinya sebelum datang sebuah penyesalan yang tidak bermanfaat lagi penyesalan di hari tersebut.
Setelah Diskusi Dia Berhenti
Suatu malam kami mengikuti kegiatan jaga malam di Pos II di Taman Nasional Unit Sukamade, pantai tempatnya penyu-penyu bertelur. Setelah menelusuri gelapnya malam dan jalan yang berlika-liku, ditambah dengan genangan air yang begitu banyak sampailah di sebuah bangunan kecil yang diterangi lampu “LED” bertenaga aki.
Alhamdulillah kami bertemu dengan dua orang hansip (satpam) yang sedang bertugas jaga. Dua orang itu bernama Bpk. Juwairi dan Bpk. Dabir yang sekaligus menjabat sebagai ketua RT di desanya.
Setelah memperkenalkan diri kami masing-masing dan menyampaikan maksud kedatangan kami, beliaupun akhirnya menyambut kami dengan sambutan yang hangat.
Di tengah-tengah obrolan dan canda tawa hingga larut malam. Tiba- tiba kami dikejutkan pemandangan yang langka dan sudah sangat jarang dijumpai. Kedua satpam ini ternyata beranjak untuk menunaikan shalat tahajud, di saat hamba-hamba Allah sedang terlelap tidur.
Di tengah malam yang gelap gulita, seakan tak ada kehidupan, mereka berdua berdiri mengharapkan ridha sang ilahi. Di sela-sela waktu jaga mereka, mereka masih menyempatkan rukuk, dan sujud, bermunajat kepada Yang Maha Kuasa.
Wahai saudaraku, bagaimana dengan kondisi kita yang telah mengenal manhaj salaf, sudahkah kita menyempatkan ruku’ dan sujud di waktu tersebut?
Ataukah kita lebih memilih untuk tidur dan menikmati mimpi-mimpi indah yang semu, padahal keutamaan shalat tahajud telah kita ketahui bersama. Bangkitlah wahai saudaraku, kejarlah keutamaan yang Allah janjikan.
Seusai mereka shalat, kami dikejutkan kembali dengan pertanyaan yang beliau lontarkan kepada kami seputar hukum rokok, salah satu dari mereka mengatakan, “Maaf mas, saya mau tanya tentang hukum rokok. Para ulama ada yang mengatakan makruh dan ada yang mengatakan haram, mana yang benar mas?” Kami menjawab dengan keadaan grogi karena takut salah, maka kami mencoba untuk menjelaskan efek negatif yang timbul dari rokok, baik dari sisi kesehatan maupun kerugian materi.
Walhamdulillah, setelah kami mencoba mamaparkan bahaya merokok kepada beliau, beliaupun tampak puas dan senang dengan jawaban kami. Akhirnya beliau bertekad kuat untuk meninggalkan barang haram tersebut.
Di tengah obrolan, salah satu dari mereka izin pergi terlebih dahulu. Setelah beberapa waktu, beliau datang dengan membawa seekor ayam kampung, seraya mengatakan, “Mas, malam ini kita akan bakar-bakar.” Tidak lama kemudian, santapan malam telah terhidang di hadapan kami. Seusai menyantap hidangan tersebut, kita dipersilahkan untuk istirahat. Tanpa terasa, jam telah menunjukkan pukul 03:15 dini hari.
Di pagi harinya, bapak tersebut menegaskan dan berjanji meninggalkan rokok. Hal ini beliau buktikan hingga kami kembali ke pondok. Semoga Allah memberi pahala dan keistiqamahan kepada kami dan beliau. Amin.
Ditulis oleh Tim PKL-SPN Unit Sukamade