Sabar menjalani musibah demi sebuah kemenangan yang besar

Oleh Abu Sufyan Muhammad Shofwan Tahfizh 3 Qudama
Musibah, suatu hal yang tidak lepas dari kehidupan seorang manusia, Allah lah yang menimpakan musibah, baik menimpa kepada individual maupun kepada umum (banyak orang), semuanya kembali kepada tujuan-Nya, mengapa Dia menimpakan musibah kepada para hamba-Nya,
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-‘Ankabut: 3)
Dan dalam firman-Nya pula,
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. al-An’am: 42)
Itulah tujuan dari ditimpakannya musibah pada suatu kaum, agar mereka tunduk, merendah diri di hadapan Sang Ilahi dan agar terpilahkan orang-orang yang jujur dalam takwanya dari orang-orang yang dusta.
Maka jadikanlah musibah wabah Covid-19 sebagai bahan Muhasabah (intropeksi diri). Dan sekaranglah! Waktunya, untuk kita bersimpuh di hadapan Penguasa Alam Semesta ini, dengan memperbanyak amalan, qiyamul lail, berdoa disertai perendahan diri. Renungi! Betapa lemahnya kita, hanya dengan Allah menurunkan makhluk-Nya yang amat kecil itu, kita sudah kepayahan.
Maka dari itu, teruslah berdoa, bersyukur, bersabar dan mengharap pahala. Berdoa dengan harapan yang tinggi, akan diangkat wabah dari dunia ini, kemudian bersyukur kepada Allah, dengan masih diberikannya kita kesempatan untuk bisa meneguk manisnya ilmu langsung dari di hadapan para asatidzah dan masih diberikannya kita kesehatan di masa-masa seperti ini serta bersabar untuk mentaati pemerintah dengan tetap menjalankan protokol-protokol yang telah ditetapkan olehnya. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu,
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ أَوْ كَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ
“Mendengar dan taat kepada pemerintah muslim pada perkara yang dia sukai dan dia benci selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan namun jika memerintahkan kepada kemaksiatan maka tidak ada mendengar dan taat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu pula bersabar untuk tetap tinggal di wilayah yang terkena wabah, jika dia di dalamnya akan tetapi jika dia di luar wilayah tersebut, maka janganlah dia mendekati wilayah tersebut. Sungguh, ketahuilah! Buah dari kesabaran amatlah manis rasanya. Disebutkan dalam hadits Aisyah rd berkata,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ «كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ , فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ , فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ بِهِ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ
“Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam tentang Thaun, maka beliau mengabarkan kepadaku, bahwasannya dia adalah adzab yang diutus atas siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum muminin, tidaklah seseorang terjadi di wilayahnya Thaun, kemudian tetap ditinggal di wilayahnya sabar dan mengharap pahala dan dia menghetahui bahwa tidaklah apa yang menimpanya, kecuali telah dicatat oleh Allah untuknya kecuali dia akan mendapat balasan seperti balasan bagi orang yang yang mati syahid.”
Mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid dan engkau tentu telah mengetahui balasan bagi para syuhada, apa itu? Al-Jannah. Perhatikanlah! Betapa manisnya buah dari kesabaran tersebut.
Jannah adalah sebaik-baik balasan, balasan yang tiada tandingannya. Jannah, tempat yang mana disebutkan oleh Rasulullah saw,
مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أَذِنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, tidak pernah pula terbetik di dalam hati.”
Maka, aku akhiri tulisan ini dengan sebuah nasihat yang agung:
Bertakwalah kamu kepada Allah ….
Gambarkanlah tentang akhirat di hatimu …..
Jadikanlah kematian selalu di depan matamu ….
Jangan lupakan tempat berdirimu di hadapan Allah …..
Takutlah kepada-Nya ….
Jauhi semua larangan-Nya ….
Tunaikan semua kewajiban dari-Nya ….
Jadikanlah kebenaran selalu bersamamu, di mana pun kamu berada ….
Jangan engkau menganggap kecil nikmat Allah yang telah Dia anugerahkan kepadamu, meskipun itu sedikit, terimalah dengan rasa syukur …..
Jadikanlah diammu untuk berfikir, bicaramu untuk berdzikir dan penglihatanmu untuk dijadikan sebagai pelajaran ….
Dan mohonlah perlindungan kepada Allah, dari panasnya api Neraka dengan ketakwaan ….