Salaf dan menulis

 

Oleh Abu Said Sa’ad Pangkep Tahfizh

 

Menulis adalah suatu hal yang mudah, menggerakkan jari terkadang naik dan turun, terus melaju untuk merangkai kata. Di balik aktivitas ini, tersimpan pahala besar bagi yang menginginkan wajah Allah dengan berbagai rangkaian kata yang ia tulis.

 

Para penjaga agama

Apakah engkau ingin menjadi penjaga agama Islam? Di antaranya dengan rangkaian kata yang engkau tulis di atas kertas atau di media manapun dalam rangka menyebarkan faedah ilmu. Mari kita sejenak melihat semangat para salaf dalam menulis, agar melecut semangat untuk meneladani mereka.

 

Semangat salaf dalam menulis

Berikut ini kami sebutkan beberapa kisah semangat para ulama dalam menulis:

  1. Imam Bukhari rahimahullah

Beliau menulis hadits dalam shahih bukhari sebanyak 7.397. Beliau tidaklah meletakkan satu haditspun kecuali dalam keadaan yang beliau ucapkan: “Aku beristikharah kepada Allah dan shalat dua raka’at. Kemudian aku yakinkan keshohihannya.” Beliau juga memiliki perhatian yang besar dan kehati-hatian dalam menulis kitabnya, beliau mengatakan: “Aku menulis kitab shahihku selama 16 tahun.” (Kitab Shahih al-Bukhori cetakan Darus Salam)

 

  1. Imam Muslim rahimahullah

Ahmad bin Salamah rahimahullah berkata: “Dahulu aku pernah membantu Imam Muslim dalam membukukan hadits-hadits di kitab shahihnya selama 15 tahun.”

Imam Muslim rahimahullah berkata: “Kalau seandainya seorang ahli hadits membukukan hadits-hadits selama 200 tahun lamanya, niscaya hasil pembukuan hadits-haditsnya tidak keluar dari kitabku.”

 

  1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah

Beliau memiliki bagian pada setiap bidang ilmu. Pena beliau mengalir seperti air, beliau menulis dengan cepat. Muridnya yang bernama Imam Ibnu Abdil Hadi rahimahullah berkata: “Syaikhul Islam menulis satu jilid yang ringan dalam waktu sehari. Bahkan beliau telah menulis kitab al-Hamawiyah antara waktu dhuhur dan ashar. Dan telah menulis kitab al-Wasitiyyah setelah ashar sekali duduk.” (Al-Fatawa al-Hamawiyyah al-Kubro cetakan maktabah darul minhaj)

 

Dan masih banyak lagi kisah semangat para salaf dalam menulis. Mendengar dan membaca kisah mereka memunculkan rasa malu pada diri kita, lalu di mana kita dibandingkan mereka?

 

Raih pahala sebanyak-banyaknya

Oleh karena itu mari bangkit! Jangan merasa lemah. Lihatlah di sekitar kita, berbagai media dapat kita gunakan untuk menulis berbagai faedah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tatkala penaklukan benteng Khaibar,

 

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

“Demi Allah, Allah memberi hidayah kepada seorang melalui sebabmu, itu lebih baik bagimu dari pada onta merah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

 

Ya, hidayah yang Allah anugerahkan kepada seorang disebabkan torehan tinta atau rangkaian faidah yang engkau tulis, itu lebih baik dari onta merah atau kendaraan mewah.

Tatkala engkau menulis di media manapun, tanpa engkau sadari seorang membacanya dan dari situlah titik awal Allah tancapkan hidayah pada hatinya. Dahulu dia tidak pernah menghadiri shalat berjama’ah di masjid, namun tidak disangka. Ia menjadi orang pertama yang melangkahkan kaki ke masjid.

 

Mulanya ia tak mengenal ilmu, melalui torehan faidah yang engkau tulis, akhirnya tekadnya pun membuncah untuk menuntut ilmu, ia pun melangkahkan kaki ke pondok pesantren. Setelah itu ilmunya pun dibutuhkan oleh banyak orang.

 

Tulislah faedah ilmu

Jangan merasa minder dengan faidah yang engkau torehkan dalam untaian kata, karena bahasanya yang kurang pas atau sebab-sebab yang lain.

 

Jangan! Betapa banyak orang yang termotivasi disebabkan karena satu kata. Tahukah anda kitab Shahih al-Bukhari? Sebuah kitab yang disepakati keshohihannya, bahkan disebutkan kitab tershohih setelah al-Qur’an.

 

Apa yang membuat Imam al-Bukhari menulis kitab ini? Ternyata beberapa kata melatar belakangi penulisan kitab ini.

 

Suatu ketika Imam al-Bukhari menghadiri majelis Ishaq bin Rahawaih. Ishaq pun berkata: “Seandainya salah seorang kalian mengumpulkan sesuatu yang shahih dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

 

Akhirnya tumbuhlah semangat pada diri Imam al-Bukhari untuk mengumpulkan hadits-hadits shohih. Masya Allah melalui satu kalimat.

 

Kemudian siapakah penulis kitab Siyar A’laamin Nubala’? Ya, dia adalah Imam adz-Dzahabi rahimahullah. Tahukah apa latar belakang beliau menuntut ilmu hadits?

 

Suatu ketika sang guru al-Birzaly melihat tulisan beliau, hingga sang guru berkata: “Sungguh tulisanmu menyerupai tulisan orang yang meriwayatkan hadits (muhadditsin).” Lalu adz-Dzahabi pun berkata: “Maka Allah pun membuatku cinta akan ilmu hadits.”

 

Lihatlah apa yang dilakukan oleh kalimat ini pada diri imam Adz Dzahabi hingga beliau menjadi seorang ulama’ serta pakar hadits bahkan termasuk penelitinya.

 

Hati-hati dari tipu daya syaithan

Untukmu yang ingin menorehkan tinta atau ingin mengetik di media manapun. Ingat, syaithan tidak akan lengah. Ia ingin menghancurkan manusia dari pintu manapun yang ia mampu untuk masuk padanya, termasuk dalam aktivitas menulis ini.

 

Simaklah apa yang dijelaskan Ibnul Jauzy rahimahullah dalam kitab “Talbis Iblis”:

“Iblis telah menipu orang-orang yang sempurna dalam berbagai bidang ilmu, sehingga mereka begadang malam dan bersungguh-sungguh di siang hari dalam menyusun karya tulis di berbagai bidang ilmu. Dan iblis menampakkan kepada mereka, bahwa tujuan hal tersebut adalah untuk menyebarkan agama. Padahal hakekat tujuan mereka sebenarnya adalah agar nama mereka terkenal, reputasi yang tinggi, kepemimpinan, dan agar seluruh manusia di jagat raya ini berbondong-bondong mengunjungi penulis tersebut.” (Talbis Iblis hal. 117)

 

Penutup

Mintalah kepada Allah keikhlasan tatkala menulis berbagai faidah. Semoga rangkaian kata ini bermanfaat dan memotivasi para pembaca untuk menorehkan kata demi kata yang berfaedah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah, aku meminta kepadamu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima.”

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.