Santri jago memasak
Oleh Tim Reportase Santri
Di sore itu, di kala mentari mulai meninggalkan jejaknya di ufuk barat, terlihat sesosok santri yang sedang memasang sebuah poster di mading-mading pondok Minhajul Atsar Jember. Maka para santri pun serentak setelah melaksanakan shalat Maghrib, berjalan menuju mading guna melihat apa yang telah ditempelnya tadi.
Ternyata telah tertempel sebuah poster lomba memasak di mading. Ya, panitia lomba liburan Syawal kali ini akan menyelenggarakan lomba masak bagi para santri dengan menu “Mi Goreng Sehat” yang dimasak dengan bumbu alami. Dengan penuh semangat dan antusias, para santri menyiapkan apa yang akan disajikannya nanti malam. Baik tim junior maupun tim senior, semuanya tak ketinggalan ikut meramaikan acara ini.
Malam yang dinantikan
Malam itu pun tiba, tepatnya pada tanggal 4 Syawwal 1442 H seusai shalat Isya, para panitia sibuk menyiapkan meja-meja pingpong di tengah lapangan untuk digunakan para peserta lomba memasak. Sehingga pada malam itu, para santri tidak bisa bermain tenis meja karana semua meja pingpong digunakan oleh panitia untuk lomba memasak.
Semua ketua tim dalam lomba mempersiapkan anggotanya yang akan mewakili timnya untuk maju di perlombaan memasak. Ditunjuklah beberapa orang di setiap tim untuk mengikuti perlombaan memasak tersebut.
Antusias para penonton
Acara yang diselenggaarakan pada malam ini adalah acara yang sangat meriah, para penonton ramai berdatangan guna melihat perlombaan memasak.
Tak menunggu waktu lama, tepat pada pukul 20.00 WIB semua tim sudah siap di tempat yang telah ditentukan oleh panitia. Maka dengan segera, peluit perlombaan pun ditiup. “Priit…..!!!” Para peserta pun berlarian menuju tempat pengambilan uang yang telah digantung oleh panitia. Dengan penuh semangat mengikuti perlombaan, mereka saling berebut mengambil uang yang telah digantung oleh panitia pada tiang besi di tengah lapangan.
“Brakk…!!!” Tanpa disengaja uang yang telah dimasukkan ke dalam plastik dan digantung itu pun berjatuhan, maka perlombaan pun berhenti sejenak. Kembali para panitia menyiapkan uang yang akan digunakan oleh para peserta untuk perlombaan. Masing-masing tim kembali menyiapkan teman-temannya setelah panitia menyiapkan uang tersebut. Demikianlah kami melihat kekompakan masing-masing tim dalam perlombaan ini. Yang dengan ini, semoga akan menjadikan persaudaraan di atas iman akan semakin kuat.
Peluit kedua
Tak lama kemudian, panitia selesai menyiapkan uang yang akan digunakan untuk belanja. Kembali, para peserta bersiap di tempat masing-masing. Peluit kembali berbunyi. Perlomabaan pun dimulai, para peserta berhamburan menuju maqshaf dan mlijo untuk membeli bumbu-bumbu. Mereka hanya diberi jatah uang Rp 20.000 dari panitia untuk belanja. Namun mereka boleh menambah dengan uang sendiri asal tidak lebih dari Rp 10.000.
Konsep Lomba
Jadi, lomba memasak pada program SARIYAH tahun ini agak sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Yaitu, dalam lomba memasak ini para peserta diberi kesempatan untuk memasak dengan anggaran yang telah ditentukan oleh panitia. Setelah itu, mereka berbelanja sendiri di maqshaf lalu berpacu dengan waktu untuk memasak di depan penonton.
Aspek yang dinilai dari lomba ini adalah:
- manajemen belanja
- efisiensi belanja
- laporan keuangan perbelanjaan
- kecepatan masak
- kekompakan tim
- rasa masakan
- penampilan masakan
- kebersihan tempat
- higienitas
- kandungan gizi dari masakan
- dll.
Seusai belanja
Semua tim sibuk meracik bumbu, kompor-kompor yang berjejer di tengah lapangan itu siap dinyalakan. Minyak dan bumbu dengan cepatnya mereka sajikan, masak pun dimulai. Para penonton dengan setia dan penuh antusias tak ketinggalan meramaikan perlombaan di malam itu. Hingga berakhirlah perlombaan setelah kurang lebih dua jam berlalu.
Semua tim segera merapikan tempat masak mereka, makanan dan minuman pun segera mereka sajikan teruntuk para juri yang akan menilai setiap masakan mereka. Dengan sigap dan tanggap, makanan dan minuman pun segera tersajikan.
Para juri siap menanti
Datanglah tiga orang ustadz yang telah ditunjuk dan diundang oleh panitia untuk mejadi juri di perlombaan masak kali ini. Tiga kursi itu sudah terpajang di depan, menandakan para juri sudah datang tuk menilai. Jantung-jantung mulai berdebaran, menuggu hasil akhir perlombaan, siapakah yang akan keluar sebagai pemenang.
Satu persatu juri itu pun mulai mencicipi dan menilai setiap masakan. Siapakah yang paling enak, sehat, dan kreatif. Siapa di antara para peserta yang paling hemat dalam belanjaannya, dan nilai-nilai lainnya.
Hasil akhir pun tiba
Setelah lama menunggu rasa letih dan kantuk dari para peserta, hasil akhir pun tiba. Seusai para juri mencicipi semua masakan yang ada, satu-persatu juri itu menilai dan mengomentari masakan tersebut. Masing-masing tim diminta untuk mewakilkan salah satu anggotanya maju, guna mendeskripsikan makanan yang telah dimasaknya.
Semua perwakilan tim itu pun maju dan memberikan nama masakannya masing-masing. Setelah itu penilaian berlangsung juga. Di malam itu, tim “luqathah” lah yang keluar sebagai pemenang dalam lomba masak kali ini.
Tim “luqathah” yang diwakilkan oleh kelas 4 Takhasus dan musyrif ini memberikan nama masakannya dengan “Mie Buyung”. Mereka memberikan nama ini karena terapresiasi oleh salah seorang teman dari Sumatra yang pernah dijuluki dengan “buyung”.
Berakhirnya acara
Dengan ditentukannya juara pada malam itu, berakhirlah acara lomba masak di tahun ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga pondok Minhajul Atsar dan pondok ahlus sunnah lainnya dari berbagai malapetaka dan musibah. Semoga Allah Ta’ala selalu manjaga asatidzah dari berbagai fitnah baik yang tampak ataupun yang tersembunyi. Amin