Semangat Thalabul Ilmi

Oleh Muhammad Ishlah lahamido 4A Takhassus

 

Wahai saudaraku sekalian! Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang Allah ridhai. Agama Islamlah yang bisa menghantarkan pemeluknya ke dalam Surga. Namun perlu untuk diketahui seseorang yang beragama Islam wajib di dasari al-Quran dan Petunjuk nabi-Nya Shallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi kita pada kurun 14 abad tahun yang lalu pernah bersabda. Beliau berkata,

عن أبي نجيح العرباض بن سارية رضي الله عنه قال : وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب وذرفت منها العيون , فقلنا يل رسول الله كأنها موعظة مودعٍ فأوصنا , قال – أوصيكم بتقوى الله عزوجل , والسمع والطاعة وإن تأمر عليك عبد , فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيراً . فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهدين عضوا عليها بالنواجذ , وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة – رواه أبوداود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح

 Al ‘Irbad bin Sariyah radhialhu ‘anhu  ia berkata : “Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya ,”Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat” Rasulullah bersabda, “Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup (sepeninggalku nanti) niscaya akan menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah (petunujuk mereka) dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru[1] karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)

Akhi fillah..

Setelah kita mengetahui hadis ini, sungguh tidak ada jalan keselamatan bagi kita selain mengikuti jejak beliau Shallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau memang kita mengaku cinta kepada Rasulullah ikutilah jalannya. Sebagaimana Allah Shallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan nabi-Nya untuk menyatakan kepada umatnya agar mengikuti beliau jika memang umat tersebut mencintai Allah sebagai Rabb mereka. Allah berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)

Maka dari itu marilah kita benar-benar berpegang teguh di atas Sunnah kenabian. Jikalau diri ini menginginkan keberhasilan dengan meraih Surga Ilahi. Tiada lain dan tiada metode yang bisa mengantarkan kepada jalan yang lurus melainkan mempelajari ilmu agama dan melakukan thalabul ‘ilmi. Karena dengan itulah seorang hamba bisa sukses di dunia dan akheratnya.

Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ بِهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ، لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ النُّجُومِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظِّهِ – أَوْ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesunguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada para pencari ilmu karena ridha dari apa yang mereka kerjakan. Sesunguhnya penduduk langit dan bumi bahkan ikan-ikan di lautan memohonkan ampun untuk para pencari ilmu agama. Perbandingan keutamaannya seorang yang berilmu dan seorang ahli ibadah adalah seperti bulan dari seluruh bintang. Sesungguhnya para Ulama tidak mewari dinar ataupun dirham namun meeka mewarisi ilmu agama. Maka barangsiapa yang mengambil warisannya sungguh dia telah mengambil suatu bagian yang sangat besar.”[2]

Belajar ilmu agamalah wahai saudaraku agar kita menjadi orang yang beruntung!

Sekali lagi akhi fillah, siapkah kita melewati berbagai ujian yang akan datang melanda sebagaimana yang diberitakan Rasul Shallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah kita telah mengetahui kiat-kiat dan cara menghadapinya? Bagaimana kita  bisa mengetahuinya jika kita tidak menempuh jalan thalabul ‘ilmi. Bahkan lebih dari itu orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti mengaksekan makar-makar dan tipu dayanya. Sekte-sekte menyimpang pun tidak kalah merambah luasnya di tengah umat manusia.

Maka akhi fillah kita butuh waspada dan antisipasi atas semua itu dengan mempelajari ilmu agama. Bagaimana kita akan mengetahui berbagai ideologi menyimpag? Pemikiran-pemikiran sesat, hukum-hukum syirik dan tumbalisme? Tentu jawabannya hanya ada jikalau kita memulai langkah untuk mencari ilmu agama. Carilah ilmu agama ya akhii. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Percayalah!

Semoga yang sedikit ini bisa mencari pencerahan bagi kita semua dan menambah kepercayaan serta semangat di dalam menimba ilmu agama.

 

 

 

[1] Yakni hal-hal baru dalam agama ini yang tidak ada contoh ajarannya dari Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam. Karena agama Islam ini telah sempurna oleh karenanya tidak butuh lagi ada tambahan atau pengurangan sedikitpun. Setiap perkara baru yang ada pada agama ini pasti dia akan tertolak. Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Dari Ummul mukminin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak”.
(Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”) [Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]

[2] Lihat sunan ad-Darimi 1/ 362

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.