Semua Telah Allah Jamin Rezekinya

 

Oleh asy-Syaikh Bin Baz rahimahullahu Ta’ala.

 

Pertanyaan dari saudara Ibrahim A.Z. asal Baniyas, Syiria. Penanya mengatakan,

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا}

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Bukankah yang diinginkan dari ayat ini adalah; Allah Subhanahu wa Ta’ala memastikan bahwa diri-Nyalah yang menjamin makanan setiap makhluk hidup di muka bumi ini, mulai dari manusia hingga hewan dan serangga.

Lalu bagaimana kita mencocokkan ayat ini dengan tragedi kelaparan seperti yang melanda negeri-negeri di Afrika?

 

Jawaban:

Ayat tersebut sebagaimana lahirnya, tidaklah menyalahi realita. Bencana alam atau kelaparan yang Allah takdirkan, semua itu tidak akan membahayakan seorang hamba kecuali jika memang telah tiba ajalnya dan terputus rezekinya.

Adapun yang masih tersisa umur atau rezekinya, niscaya Allah akan berikan itu semua melalui berbagai jalan, baik yang kita ketahui dan ada yang tidak. Hal tersebut sesuai dengan firman-Nya,

 

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ۝ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ}

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikannya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

 

{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ}

“Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat mengurus rezekinya sendiri!? Allahlah yang memberikan rezeki kepadanya dan kepada kalian.” (QS. Al-‘Ankabut: 60)

«لاَ تَمُوتُ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا»

“Tidak akan mati satu jiwa pun melainkan setelah disempurnakan rezeki dan ajal yang telah ditetapkan untuknya.” (Disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 1702)

 

Seorang insan terkadang memang diuji dari sisi harta, yang itu merupakan sebab perbuatannya sendiri. Apakah karena ia malas, lebih memilih pengangguran padahal lapangan kerja tersedia, atau karena maksiat yang dikerjakannya.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ}

“Nikmat apapun yang engkau peroleh pastilah datangnya dari Allah. Dan bencana apa saja yang menimpamu pastilah merupakan hasil kesalahan kamu sendiri.” (QS. An-Nisa’: 79)

 

Dan firman-Nya,

{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ}

“Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka itu disebabkan perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah banyak memaafkan kesalahanmu.” (QS. Asy-Syura: 30)

Juga sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam,

«إِنَّ العَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ»

“Seorang hamba benar-benar akan terhalangi dari pintu rezeki karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ibnu Majah no.4022)

 

Dan terkadang seorang hamba ditimpa kemiskinan, penyakit, atau selainnya, dikarenakan Allah ingin menguji kesabarannya. Allah berfirman,

{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ۝ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}

“Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.

Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Innalilahi wa inna ilahi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kami kembali).” (QS. Al-Baqarah: 155-156)

{وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

“Dan Kami coba mereka dengan yang baik-baik dan juga dengan yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al-A’raf: 168)

Yang baik-baik dalam ayat ini adalah nikmat, sedangkan yang jelek-jelek adalah musibah.

 

Juga sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam,

«عَجَبًا لِأَمْرِ المَؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءٌ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاء شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ»

“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya).

Jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.

Dan ini hanya ada pada seorang mukmin.” (HR. Muslim no.2999)

Ayat serta hadits yang semakna dengan ini sangatlah banyak. Wabillahittaufiq.

 

Sumber: Majmu’ Fatawa wa Maqalat asy-Syaikh Ibnu Baz (6/253).

Diterjemahkan Oleh Abdul Halim Perawang.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.