Senangnya Aku Menuntut Ilmu
Oleh Sa’ad Mabrur Mauludin 2A Takhasus
Siang telah pergi, berganti malam yang kian sunyi, lingkaran mentari itu benamkan diri karena titah Sang Ilahi…
Terlihat manusia mulai kembali dari pekerjaan sehari-hari, beristirahat melonjorkan kaki bersama sanak famili…
Berbeda dengan para remaja yang hidup satu atap bersama, Remaja yang memiliki cita-cita tinggi lagi mulia, remaja yang mempelajari ilmu agama. Ya! Mereka adalah para remaja yang rela berjauhan dengan keluarga, adik, kakak, ayah serta bunda yang sangat dicinta…
Tak peduli tak ada sinar matahari, para remaja itu tetap semangat mencari, mempelajari juga merenungi kalam Ilahi serta sabda baginda Rasul yang mereka taati…
Malam gelap gulita, namun rembulan tak datang begitu saja, melainkan hanya pelita ruangan setempat. Para remaja itu terus memanfaatkan waktunya. Lelah berlapis letih berkumpul pada dirinya, akan tetapi tak ia hiraukan. Seakan tak terasa apa-apa! Menakjubkan!
Bangun mulai dini hari, berdiri dalam shalat melantunkan ayat-ayat suci, bersama linangan air mata juga gemetar hati, lalu menengadahkan tangannya sembari berdo’a, “Wahai Rabbi,,, hanyalah karena mengharap wajah dan jannah-Mu kami melakukan semua ini, maka mudahkanlah kami untuk menggapai janji dari-Mu yang tak akan Engkau ingkari.
* * *
2 November 2020…
Pagi ini kami siap kembali berjuang, bersama-sama ingin menjadi para jagoan islam, walau tak dengan tombak dan pedang, namun masih ada jalur qolam…
Pembaca yang budiman…
Pukuk 09.35 menit, setelah waktu jeda istirahat kurang lebih sejak ½ jam yag lalu, ustadz Abu Abdillah Kediri hafidzohuloh ta’ala akhirnya datang, beliau mengucapkan salam kemudian masuk untuk menyampaikan pelajaran mustholahul hadits.
Oh ya, kitab yang sedang kami pelajari sekarang adalah “At-Tadzkiroh fii ‘Uluumil Hadits” karya Imam Ibnul Mulaqqin rohimahulloh ta’ala, sebuah risalah tipis namun mengandung beragam faedah yang sedang coba kami cermati.
Setelah memuroja’ah sedikit dari pelajaran-pelajaran yang telah lalu, akhirnya beliau mulai membaca pelajaran berikutnya…
Qoola rohimahulloh ta’ala, “والضّعيف ما ليس واحدً منهما“
Ya, kami baru saja masuk ke dalam bab pembagian jenis-jenis hadits, dan sampai pada pembahasan hadits dho’if (lemah).
Pembaca yang kami sayangi…
Hadits dho’if itu bukan bagian dari hadits shahih, bukan pula cakupan dari hadits hasan. Dia merupakan jenis tersendiri dari pembagian jenis-jenis hadits serta memiliki cabang jenis-jenis yang sangat banyak. Kemudian ustadz Abu Abdillah Kediri membacakan footnote dari beberapa masyaaikh dan ‘ulama tentang cabang jenis-jenis hadits dho’if tersebut.
Aku tertegun saat beliau membacakan catatan kaki dari Imam As-Sakhowi rohimahulloh. Begini lafadznya:
وقال السّخاوي -رحمه الله- عن هذا التّقسيم ومَن تعنّى فيه: “وحينئذ فالإشتغال بغيره -أي بالتّقسيمات- مِن أمّهات الفنّ الذي لا يتّسع العمر الطّويل لاستقصاءه آكد، وقد خاض غير واحد مِمّن لم يعلم هذا الشّأن في ذلك فتعبوا وأتعبوا ….”
As-Sakhowi rohimahulloh ta’ala berkomentar tentang pembagian (hadits dho’if) dan para ‘ulama yang terlalu berdalam-dalam (dalam pembagian hadits dho’if): “Padahal saat ini, menyibukkan diri dengan selainnya (selain pembagian hadits dho’if) termasuk induk-induk disiplin ilmu, yang umur panjang –sekalipun- tidak akan mampu membatasinya dengan pasti. Sungguh, bukan hanya 1 orang -yang mereka sendiri tidak mengetahui tentang perkara ini- yang telah membahasnya (berdalam-dalam padanya), akhirnya merekapun lelah, dan melelahkan (orang lain)…”
“…Umur panjang sekalipun tidak akan mampu membatasinya dengan pasti!!!”
Pembaca rahimakumullah…
Teringat juga pesan mutiara yang pernah disampaikan kepadaku oleh ustadz Abu Abdillah Majdiy 2 tahun lalu. Saat aku masih pada jenjang takmili di Situbondo, pada masa-masa futur melanda. Beliau mengatakan,
“Ilmu itu sangat luas dan panjang. Berlembah-lembah, apabila kita tempuh satu lembahnya dengan seumur hidup kita, niscaya kita tidak akan sampai ke ujungnya.”
Apabila yang demikian ini dinisbatkan kepada para penuntut ilmu agama, yang hari-harinya selalu ditemani dan di penuhi dengan kitab dan pena. Lalu apa kabar mereka, orang-orang yang berpendidikan, hingga bertahun-tahun mengenyam bangku kuliah dalam keadaan minim ilmu agama, namun serta merta mereka merasa cukup dengan pengalamannya?!
Maka, jangan merasa minder atau bahkan khawatir karena apa yang sedang kita perbuat. Ingatlah kita ingin menjadi generasi anak-anak akhirat yang tak pantas lalai tentangnya walau sesaat!
Demikian kawan, jangan pernah merasa cukup dengan ilmu-ilmu yang telah kita dapat, sungguh hakekatnya baru sedikit sekali yang kita peroleh, tak ada bandingannya dengan para ‘ulama terdahulu yang telah menjaga lalu mewariskan ilmu agama ini untuk kita.
Janganlah kita berleha-leha sedang kita berada di atas nikmat yang tiada tara, yang membuat para raja dan putra mahkota menyiapkan makar dan tipu daya demi merebutnya, bahkan walau harus dengan pedang-pedang mereka.
Terlebih lagi, jangan sampai terbesit di benak-benak kita suatu pikiran untuk pergi dari sini, ranah tholabul ilmi!
Untukmu kawanku yang rela pergi memisahkan diri dari komunitas pencari ilmu syar’i, sedikit ku cuplik goresan tanganku untukmu semenjak 2 tahun lalu…
Akhi fillah…
Mengapa lari dari kebaikan ini? Tuk apa kau menyendiri dalam mencari jati diri? Tak mungkin bersembunyi dari kenyataan Ilahi. Sungguh rugi jka pergi dari tholabul ilmi!!!
Akhi fillah…
Apa nampaknya yang kau cari? Kebebasan atau segudang kenikmatan fana kah dalam hati?! Siapa gerangan orangnya kau teladani? Manusia-manusia rendah pengejar dunia kah kau idami?!
Akhi fillah…
Sudah lupakah engkau akan janji? Janji tuk perbaiki diri. Janji tuk tetap kokoh berdiri di sini bersama kami. Ya. Kami para tholabul ilmi!
Akhi fillah…
Jika dunia menawarkan manisnya madu, maka katakana,
‘Bahkan manisnya menuntut ilmu lebih dari itu, yang tertanam dalam, dalam sekali pada kalbu.
Akhi fillah…
Jika dunia menampakkan lezatnya keju, maka segeralah berseru, ‘Tak ada waktu lama untuk itu, ajal sudah dekat, dekat sekali sedang menunggu!!!”
Semoga bermanfaat.
#Ibnu_Mauluddin