Surat dari kawan yang belum bisa kembali ke pesantren
Oleh Nahareza Banjarnegara 3B Takhasus
Segala puji hanya milik Allah, yang telah memberikan limpahan nikmat kepada hamba-Nya. Semoga kita semua senantiasa di dalam perlindungan Allah. Tak terasa dua tahun sudah kita berkawan. Tapi 2 tahun itu terasa begitu cepat. Rasa-rasanya baru kemarin ndaftar bareng, masa orientasi thullab (MOT), main bola bersama, PKL, dll. Apakah kalian masih ingat kenangan saat orientasi di awal masuk pondok? Mendapat amanah untuk dikader menjadi tim kebersihan (DKP), sarpen, jaga pos, masak-masak, makan bersama dan kita akhiri dengan rihlah ke pantai Bangsring, Banyuwangi?
Hingga hari ini, kami harus menjenguk orang tua untuk sementara. Perpisahan kita bukan akhir dari segalanya, toh kita masih di bawah langit yang sama, suatu saat kita pasti kembali bersua.
Namun qadarullah, di bulan Maret, manusia digemparkan dengan wabah. Covid-19 namanya. Banyak manusia yang meninggal karena wabah ini. Keadaan sosial, ekonomi dan segala aktivitas menjadi terganggu.
Tapi walhamdulillah, kita masih dapat melakukan thalabul ilmi. Disaat sebagia teman kita di luar tidak bisa merasakan nikmat thalabul ilmi ini. Ini merupakan suatu nikmat besar yang harus dijaga. Pasti dan pasti ada hikmah besar di balik wabah ini.
Allah berkehendak untuk menguji keimanan para hamba-Nya atau bahkan memperingatkan hamba-Nya agar mereka bertaubat dari maksiat.
Bersabar di Pondok
Tapi renungilah, itu semua demi kebaikan dan kemaslahatan kita. Kita diajari untuk mendengar dan taat kepada waliyul amr (pemerintah), betul bukan? Diantaranya kita mematuhi kebijakan dan protokol yang mereka tetapkan, selama hal itu makruf, maka wajib bagi kita untuk mendengar dan taat. Karantina/isolasi adalah salah satunya, maka kita sebagai ahlussunnah wajib mengikuti arahan tersebut.
Jenuh? Pasti!
Bosan? Jelas!
Semua orang merasakan hal yang sama di masa pandemi seperti sekarang. Tapi coba antum resapi, asatidzah (para pengajar) hafidzohumullah rela berkorban waktu, tenaga dan pikiran demi santri mereka. Mungkin tidak berlebihan jika ana mengatakan:
“Kita (para santri) adalah orang-orang istimewa, spesial, aset berharga. Dijaga, diperhatikan, dan diperjuangkan.”
Maka berangkat dari sini, kita dituntut untuk bersabar, bersabar atas semua yang kita rasakan . Ingatlah perkataan Allah ta`ala:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
”Ajak dirimu untuk bersabar bersama orang-orang yang ikhlas untuk berdakwah di jalan Allah siang dan malam.” (QS. Al-kahfi: 28)
Yah, memang sabar itu berat, namun mau tak mau harus kita amalkan. Namun yakinlah hasilnya pasti lebih baik.
Janji Allah ta`ala itu pasti, camkan itu! Allah ta`ala berkata:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan diantara mereka para pemimpin yang memberi hidayah sesuai petunjuk Kami selama mereka bersabar dan mereka sangat yakin terhadap kebenaran ayat-ayat Kami.” (QS. as-Sajdah: 24)
Akhir kata, mungkin ini yang bisa ana kirimkan untuk antum semuanya, tetap semangat di masa wabah, semoga Allah ta`ala melipatkan pahala kita. Amiin,