Tidakkah kamu menangis kawan?
Oleh Abu Abdurrahman Aceh Tahfizh
Kalau seandainya seorang hamba ingin merengungi sejenak bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala sebagai rabb semesta alam ini telah banyak memberikan kepada hamba-hamba-Nya berbagai macam kenikmatan-kenikmatan, dari nikmat yang terkecil hingga nikmat yang paling besar yang menuntut seorang hamba untuk mensyukuri segala kenikmatan tersebut. Tapi sedikit dari hamba-hamba-Nya yang mau mensyukurinya, bahkan kebanyakan dari mereka ingkar terhadap kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan.
Diantara kenikmatan besar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah kenikmatan tertawa dan menangis, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى (42) وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
“Dan sesungguhnya kepada rabbmu lah kesudahannya segala sesuatu(42) Dan sesungguhnya Dia lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (An Najm: 42-43)
Berkata al imam Al Qurthubi rahimahullah:
“Dialah yang memenuhi sebab-sebab tertawa dan menangis”
Berkata Atha’ bin Muslim rahimahullah:
“Yaitu dia bergembira dan bersedih, di karenakan dengan bergembira akan menjadikan seseorang tertawa dan dengan bersedih akan menjadikan seorang menangis.” (Tafsir al Qurtubi, 17/116)
Tertawa adalah sifat manusiawi yang akan menjadikan seorang hamba tersebut senang dan bahagia, adapun menangis adalah sifat yang akan menjadikan seseorang itu sedih dan takut kepada Allah. Takut azab dan balasan Allah kepada orang-orang yang kufur terhadap-Nya.
Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah memuji orang-orang yang menangis karena takut kepada-Nya di banyak ayat di dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا (107) وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا (108) وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
“Sesungguhnya orang-orang yang berilmu sebelumnya, apabila di bacakan Al-Qur’an kepada mereka, mereka akan menyungkurkan wajah mereka dan sujud kepada Allah(107) dan mereka berkata: “Maha suci rabb kami, sungguh janji rabb kami pasti di penuhi(108) dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan bertambah kekusyukan mereka.” (Q.S. Al Isra: 107-109)
Menangis karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah sifat yang mulia, yang telah Allah sifati para nabi-nabi-Nya dengan sifat ini, di karenakan meraka para nabi adalah orang-orang yang paling takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan juga mereka mengetahui akan kebesaran dan keagungan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ
“ Dan sebagian mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain saling bertegur sapa(25) Mereka berkata, “sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan di azab)(26) Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka(27) sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dia lah yang Maha Melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. At Thur: 25-28)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam. Dan dari orang yang kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dari orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila di bacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka akan tunduk sujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، ومنها وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Tujuh golongan yang akan di naungi oleh Allah di hari kiamat nanti. Di hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, diantaranya; seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendiri hingga berlinang air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya menangis dalam keadaan sendiri karena takut kepada Allah dan azab-Nya yang pedih ini merupakan sebuah karunia besar yang Allah berikan kepada sebagian dari hamba-hamba-Nya. Dikarenakan kebanyakan orang ketika dia sendiri jiwanya akan mudah mengajak dirinya untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah dan mengerjakan perkara-perkara yang Allah benci. Namun apabila jiwanya berusaha untuk menjauhi maksiat tersebut, menjauhi segala macam perkara-perkara yang di haramkan dan ia mengakui akan keagungan dan kebesaran Allah niscaya dia akan mudah untuk menangis karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia berhak mendapatkan naungan dari Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam beliau adalah orang yang paling bertakwa dan takut kepada Allah. Beliau shallahu ‘alaihi wa salam juga orang yang paling banyak menangis karena takut kepada Allah dan sedikitnya beliau tertawa karena beliau telah melihat bagaimana Allah mengazab orang-orang yang kufur terhadap-Nya dengan azab yang sangat pedih dan memberikan balasan kepada orang-orang yang mau beriman kepada-Nya dengan balasan yang besar berupa di masukkan dia kedalam surga, yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang tidak pernah di lihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik di hati siapa pun. Di dalam shahihain dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu nabi shallahu ‘alaihi wa salam bersabda kepada beliau radhiyallahu ‘anhu:
اقْرَأْ عَلَيَّ الْقُرْآنَ» قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَقْرَأُ عَلَيْكَ؟ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قَالَ: «إِنِّي أَشْتَهِي أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي»، فَقَرَأْتُ النِّسَاءَ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا} [سورة: النساء، آية رقم: 41] رَفَعْتُ رَأْسِي، أَوْ غَمَزَنِي رَجُلٌ إِلَى جَنْبِي، فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَرَأَيْتُ دُمُوعَهُ تَسِيلُ
“Bacakan untuk aku Al-Qur’an.” Aku katakan; “Wahai Rasulullah engkau menyuruhku membacakan Al-Qur’an untukmu dalam keadaan Al-Qur’an tersebut turun kepadamu.” Rasulullah menjawab; “Aku suka mendengarkan Al-Qur’an dari orang lain.” “Maka aku membacanya untuk beliau shalallahu ‘alaihi wa salam surat an-Nisa’ hingga ketika sampai ayat “Dan bagaimanakah keadaan orang kafir nanti jika kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka”. Aku mengangkat kepalaku atau ada yang seseorang yang mengisyaratkan kepada ku dengan pundaknya, maka aku mengangakat kepalaku dan aku melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam telah bercucuran air mata beliau.” (HR. Muslim)
Beliau shallahu ‘alaihi wa salam terkadang menangis karena takut terhadap umatnya dan rasa kasih sayang beliau kepada mereka, terkadang beliau menangis karena takut kepada Allah, terkadang beliau menangis karena mendengar bacaan Al-Qur’an, menangis dengan pengagungan dan perendahan diri kepada Allah yang akan melahirkan rasa takut kepada-Nya, beliau juga pernah menangis ketika meninggalnya Utsman bin Makhzum,dan beliau juga menangis ketika terjadinya gerhana matahari dengan di tegakkannya shalat kusyuf. Ketika meninggal anak beliau Ibrahim bercucurlah air mata beliau dan beliau menangis karena sayangnya beliau kepada Ibrahim dan bersabda,
“air mata bercucuran, hati terasa sedih dan kita tidak berucap kecuali apa yang di ridhoi oleh rabb kita, sesungguhnya karena kepergian engkau wahai Ibrahim orang-orang menangis.”
Maka hadits-hadits diatas sebagai bahan intropeksi bagi kita semua, bagaimana Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam orang yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang, orang yang telah Allah jamin masuk kedalam surga masih menangis karena takut akan siksaan Allah, takut akan azab-Nya yang pedih. Lalu bagaimana dengan kita orang yang belum ada jaminan dari Allah subhanahu wa ta’ala, kita tidak tau apakah kita akan Allah wafatkan dalam keadaan beriman atau akankah Allah mengampuni dosa-dosa kita yang sangat banyak. Tidak adanya rasa takut ketika di bacakan kepada kita ayat-ayat Allah tentang neraka, ayat-ayat tentang penghuni neraka, tidakkah kita menangis ketika Al-Qur’an di perdengarkan kepada kita, apakah dikarenakan maksiat-maksiat yang telah kita lakukan di pagi dan malam hari sehingga menjadikan hati kita keras yang hal tersebut menyebabkan kita tidak menangis ketika di bacakan Al-Qur’an kepada kita.
Sudah saatnya kita banyak-banyak meminta ampun kepada Allah, beristigfar kepada-Nya dan memperbanyak amalan-amalan shalih agar Allah menggolongkan kita termasuk orang-orang yang berbahagia di dunia ini dan di akhirat kelak. Amin ya rabbal ‘alamin.